Minggu, 28 November 2021

"PEJUANG KEMERDEKAAN KETURUNAN ARAB"

Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah
1. Abdurrahman Baswedan, Perintis Kemerdekaan, Pendiri Partai Arab Indonesia, Anggota Panitia 19 Februari Pembukaan UUD 45 (1945), Anggota BPUPKI, Anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat, Anggota Parlemen RI (1950), Pendiri Kantor Berita Antara, Wartawan, Jurnalis, diplomat, agamawan, negarawan, budayawan, sastrawan. Tokoh berpengaruh keturunan Arab dan Pejuang yang disegani yang dikenal sebagai manusia multi talenta. Beliau juga merupakan Pencetus Sumpah Pemuda Keturunan Arab pada tahun 1934 dalam sebuah konfrensi di Semarang. Sampai saat ini Sumpah Pemuda Keturunan Arab adalah satu satunya kelanjutan setelah Sumpah Pemuda tahun 1928. Baswedan adalah sosok nasionalis yang sangat sederhana dan bersahaja, yang selama perjalanan hidupnya tidak pernah sempat memikirkan segala kesenangan pribadi ataupun memikirkan materi duniawi. Sampai detik terakhir dia tidak punya rumah pribadi, walaupun ia seorang mantan menteri dan anggota Parlemen RI. Baswedan member contoh yang patut ditiru oleh pemuda pemudi keturunan Arab. Seluruh hidupnya ia korbankan untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang penulis dan penyair, ia selalu mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajah. AR Baswedan adalah potret warga keturunan yang pantas dijadikan teladan bagi warga keturunan lainnya yang hidup dan mencari hidup di Indonesia. A.R Baswedan menunjukkan dalam sejarah hidupnya sebagai seorang warga keturunan Arab yang memiliki rasa kebangsaan Indonesia Sejati. Dia melebur perbedaan antara warga keturunan dan warga asli Indonesia dalam satu Nasionalisme, satu tanah air, Indonesia. Dia adalah sosok warga keturunan yang menjadi potret seorang Nasionalis sejati. A.R Baswedan sebagai warga keturunan telah berhasil melahirkan hasil-hasil ganda dalam perjuangannya. Di satu sisi berhasil mempersatukan pertentangan di antara warga peranakan Arab, dan di sisi lain sekaligus berhasil mengajak warga keturunan Arab untuk memilih Indonesia sebagai tanah air mereka dan karenanya harus memperjuangkan kedaulatannya.
2. Muhammad Husni Thamrin, Pahlawan Nasional dan Tokoh Betawi, dalam kitab Al-Fatawi diketahui bahwa nasab sebenarnya berasal dari keluarga Al-Qadri dari Pangeran Syarif Abdurrahman bin Pangeran Syarif Hamid Al Qadri yang makamnya berlokasi di wilayah sekitar Masjid Angke.
3. Sultan Hamid Al-Qadri, pencipta Lambang Garuda Pancasila. Satu hal yang sebenarnya paling tragis dalam sejarah kita, bahwa Sultan Hamid Al-Qadri II adalah seorang perancang lambing negara. Lambang harga mati bangsa ini. Namun tidak satupun jajaran tokoh nasional mau berjiwa besar untuk memberikan pengakuan atas mega karyannya (karya monumentalnya). Seolah semuanya telah tertutup dengan citra negative dirinya yang tidak terhapuskan selama 62 tahun bila dilihat dari perspektif peristiwa yang dialaminya pada tahun 1949, ketika dia adalah seorang Menteri Negara Zonder Portofolio di zaman Kabinet RIS . Dari rezim ke rezim bahkan hingga kini di alam demokrasi, tidak satupun tokoh nasional memberikan apresiasi atas prestasinya itu. Bukankah dari sisi jelak seseorang, pasti ada sisi baiknya ? Dan dari sisi yang baiknya itu, hingga kini dikenal sebagai alat pemersatu dan salah satu harga mati dari empat pilar bangsa ini yaitu Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika (Karya Sultan Hamid) dan NKRI. Oleh karena itu layak kiranya dibuat pemulihan nama baik atau pelurusan sejarah mengenai Sultan Hamid ini.
4. A.S. Al-Attas, Penasehat Ketua PAI (Partai Arab Indonesia), Penandatangan petisi Sutarjo.
5. H.M. A. Husein Al-Attas Ketua Partai Arab Indonesia.
6. Abdullah Bayasut, Politikus PAI (1947 – 1950).
7. Husein Bafagieh, Jurnalis, Pejuang PAI, pendiri majalah Aliran Baroe, jurnalis cerdas. Bafagieh merupakan salah seorang tokoh muda pergerakan keturunan Arab Indonesia atau khususnya di Surabaya pada waktu itu, baik melalui organisasi pemersatu keturunan Arab ataupun melalui aktifitasnya di dalam dunia jurnalisme. Bafagieh bisa disebut sebangai seorang reformer/pembaharu. Bafagieh juga dikenal sebagai jurnalis yang banyak melakukan kritik-kritik sosial terhadap masyarakat Arab sebagai bagian dari usaha mengubah masyarakatnya, yang banyak mengungkapkan tulisan-tulisan dengan cara yang sangat “radikal”, dengan gaya yang blak-blakan dan tanpa basa-basi. Bafagieh adalah seorang yang multi talent seorang yang memiliki kecerdasan multi dimensi. Seorang yang beragama, berilmu dan berbudaya. Seorang yang memiliki pemahamanan agama yang kuat, yang mempunyai kedalaman ilmu pengetahuan dan sekaligus seorang yang ‘berbudaya” serta memiliki kepedulian sosial. Selama hidupnya Bafagieh dikenal sebagai seorang pribadi yang sangat merendah, walaupun perannya luar biasa dan mendapat apresiasi baik dari golongan PAI dan keturunan Arab sendiri, maupun dari seluruh lapisan bangsa Indonesia. Husein Bafaqih juga dikenal sebagai seorang reformis Islam dan seorang Nasionalis. Melalui tulisan-tulisannya, ia sering menuangkan ide-ide nasionalis karena memang beliau dari keluarga yang nasionalis.
8. Barkah Al-Ghanis, aktifis PAI yang juga istri AR Baswedan (kakek Gubernur DKI, Anis Baswedan). Selain seorang Jurnalis.
9. Abdullah Hasan BPH, Wakil Keresidenan Solo.
10. Said Bahmid, Ketua PAI Maluku tahun 40an.
11. Sayyid Muhammad Al-Haddad, gugur bersama Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo dan R.M. Soedjono Djojohadikoesoemo (adik Prof. Dr. Sumitro Joyohadikusomo) dan dimakamkan di TMP. Beliau adalah satu dari 34 Taruna Akademi Militer Tangerang yang gugur dalam peristiwa di Desa Lengkong Tangerang Selatan Provinsi Banten.
12. Bung Abu (Abubakar Alatas) Pemuda PAI yang gugur dalam memimpin satu regu dalam peristiwa Semarang melawan Tentara Jepang.
13. Juslam Badres, tokoh pemuda PAI.
14. Salim Ar-Rasyidi, tokoh yang memonitoring Belanda dengan Bahasa Arab di RRI Jogya (1947 – 1949).
15. Ali Gathmyr, Perintis Kemerdekaan, Ketua DPR Tingkat I Sumatra Selatan.
16. Salim Ali Maskati, Tokoh Perintis Kemerdekaan, tokoh pejuang PAI (Partai Arab Indonesia), merupakan mentor dari AR Baswedan dalam bidang tulis menulis, wartawan Indonesia keturunan Arab pertama. Salah satu karyanya adalah “Indonesia Tumpah Darahku”. Merupakan pelanjut majalah Zaman Baroe.
17. Mr. Hamid Al-Gadri, Politikus, Tokoh Nasionalis, Perintis Kemerdekaan dan Sejarawan, anggota BPKNIP.
18. Ustadz Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi, Aktivis Masyumi, Pejuang dan Ulama dari Surabaya.
19. Abdullah bin Husein Alaidrus, Ketua Jamiatul Khair Yang selalu ikut rapat-rapat Syarikat Islam.
20. Abdullah Salim Basalamah, Ketua DPR DKI (1955 – 1956.)
21. Saleh Sungkar, Ketua DPR Lombok (1955 – 1965).
22. Husein Muthahar, Pencipta Lagu Lagu perjuangan, penyelamat bendera pusaka, pendiri Pramuka.
23. Hoesein bin Shihab, pejuang dan Pendiri Gerakan Pandu Arab Indonesia (ayahanda Singa Petamburan).
24. Said Bahresy, perintis kemerdekaan, jurnalis.
25. Ustdz Abdul Qodir Bin Salim Bahalwan, jurnalis yang disegani pada masanya dengan media “Trompet Masyarakat”, pembuat teks pidato Menteri Agama.
26. Omar Bawazir alis Sakera. Seorang tokoh pejuang yang ceritanya menjadi legenda pada masyarakat Madura. Melakukan perlawanan kepada Belanda dengan menggunakan Clurit, namun kemudian berhasil ditangkap dan kemudian dihukum gantung setelah sebelumnya di Penjara.
27. Mr. Muhammad Roem, diplomat ulung dan salah satu pemimpin perang Kemerdekaan RI. Beliau juga menjadi salah satu utusan pada perjanjian Linggar Jati tahun 1946 dan perjanjian Renville di tahun 1948 juga memimpin delegasi pada perjanjian Roem-Roijen tahun 1949. Beliau masih ada keturunan Basyaiban.
28. Faraj bin Said Awad Martaq, Saudagar Besar dan Pembeli rumah di jalan Pegangsaan Timur No 56, untuk kemudian diserahkan kepada Bung Karno. Beliau adalah seorang saudagar kaya donator perjuangan. Selain rumah di Jalan Proklamasi beliau juga pernah memberikan hibah kepada negara berupa bangunan sekolah Al-Azhar dan Hotel Borobudur. Sebagai tanda ucapan terima kasih dari Bung Karno, beliau kemudian menulis surat yang ditandatangani sendiri dengan menggunakan cap surat resmi Kepresiden RI untuk Syekh Faraj Martaq.
CATATAN KHUSUS : nama-nama yang kami tulis ini adalah kaum pergerakan, politikus yang aktif dalam perjuangan, belum termasuk para ulama keturunan Arab, peran dan kiprah mereka dalam perjuangan terdapat pada bab lain yang terdapat pada buku yang kami tulis.
Sumber : Buku Kiprah Orang Di Nusantara oleh Iwan Mahmud Al Fattah.