Minggu, 28 November 2021

HIZBULLAH, ORGANISASI MILITER SEJATI PASCA KEMERDEKAAN 1945

 Oleh : Iwan Mahmud Al Fattah

Salah satu organisasi Islam yang mempunyai andil besar dalam perjuangan kemerdekaan RI yang sering terlupakan bahkan sering tersisihkan dalam pembahasan sejarah bangsa adalah Hizbullah. Padahal bila kita mendengar, membaca atau mewancarai mereka yang merupakan saksi sejarah atau melalui anak cucu mereka yang dulu ikut berjuang, organisasi yang satu ini sangatlah menggetarkan musuh karena keberanian mereka yang dikenal militan dan berani. organisasi Hizbullah ini juga nantinya mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam terbentuknya organisasi TNI yang para tokoh pendirinya dikenal sangat kuat hubungannya dengan tokoh-tokoh Hizbullah.
Hizbullah sendiri diidirikan pada tanggal 15 Desember 1944. Anggotanya adalah para ulama dan santri yang sangat peduli akan nasib bangsa. Mereka berkumpul dan bergabung dalam satu rasa, satu nasib satu sepenanggungan untuk menegakkan jihad fisabillah melawan penjajah. Sekalipun pada masa terbentuknya Hizbullah terdapat peran Jepang terutama dalam pola pelatihan militernya, namun dengan cerdas para ulama yang menjadi motor berdirinya Hizbullah justru mampu menjadikan kemampuan militer yang mereka peroleh justru menjadi “senjata makan tuan” dan menjadi modal kuat untuk berhadapan dengan tentara sekutu, dan ini terbukti ketika terjadi beberapa kali pertempuran, Hizbullah mampu menunjukkan diri sebagai laskar militer yang dikenal tangguh. Pendidikan militer ala Jepang yang dikenal “super keras” telah berhasil menciptakan karakter pejuang Hizbullah yang dikenal tangguh. Pelatihan fisik dan mental ala Jepang yang “horor” justru mampu dilewati para santri dan ulama sekalipun diantara mereka banyak yang mengalami kelelahan fisik dan mental, namun karena semangat mereka memang kuat, pelatihan dan medan lapangan yang cukup sulit berhasil dilalui dengan sukses.
Sekalipun pendidikan militer yang diperoleh para santri dikenal sangat keras bahkan “kejam” namun disaat malam hari mereka diberi bekal pendidikan kerohanian yang disampaikan oleh KH Wahid Hasyim (Tebu Ireng Jombang), KH Imam Zarkasi (Gontor Ponorogo), KH Mustofa Kamil (Singaparna), KH Mawardi (Solo), KH Mursyid (Kediri), dan KH Abdul Halim (Majalengka). Selain memberikan ceramah agama, KH Abdul Halim juga memberikan teknik membuat alat peledak. Peran ulama dalam membentuk Laskar Hizbullah betul-betul sangat luar biasa. Mereka tetap mendampingi para santri dan ulama lain yang mengikuti pelatihan militer tersebut.
Rasa nasionalisme tidak perlu diragukan lagi, mereka rela berjuang meninggalkan pesantren, meninggalkan kampung halaman demi untuk memperjuangkan nasib bangsa ini. Mereka bahkan rela untuk mengasah dirinya berlatih perang dengan berbagai ketrampilan. Pada masa itu para ulama telah melihat bahwa salah satu kelemahan kita belum banyaknya laskar militer yang terlatih. Masih banyak mereka yang awam akan peralatan senjata perang, masih banyak mereka yang bermodalkan semangat namun minim akan ketrampilan perang, baik itu secara fisik maupun strategi. Para ulama melihat semua itu ada pada Jepang yang saat itu memang sangat menguasai, oleh karena dengan siasat politik yang cerdas dan cerdik para ulama berhasil “menggiring” Jepang untuk menularkan kemampuannya tanpa curiga kepada para ulama yang mempunyai visi dan misi menjadikan Hizbullah menjadi kekuatan militer untuk menghadapi mereka dan kelak ketika berhadapan dengan sekutu maupun agresi militer Belanda selanjutnya. Menurut salah seorang pejuang 45 yang pernah saya wawancarai dalam rangka perayaan kemerdekaan RI, Tentara Hizbullah kalau berperang sering bikin pasukan lain geleng-geleng kepala, karena buat mereka bom dan peluru itu tidak ada artinya, pokoknya kalau sudah keliatan musuh mereka bertakbir dan keluar maju menerjang, terutama mereka-mereka darah muda yang semangatnya sedang tinggi-tingginya. Syahid menjadi dambaan mereka saat itu, namun demikian Hizbullah juga dikenal punya perhitungan perang yang matang, apalagi mereka mempunyai latar belakang pendidikan militer dari Jepang.
Pembentukan Hizbullah sebenarnya sudah diajukan oleh para ulama setahun sebelumnya bersamaan dengan pembetukan Peta. Namun Jepang tidak langsung menyetujui pembentukan Hizbullah secara resmi. Sedangkan Peta sendiri disetujui dengan alasan bahwa para pemuda telah mengetahui akan dibukanya pendaftaran pasukan Peta dan Hizbullah, terlebih ketika Jepang menjanjikan akan memberikan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia maka para pemuda berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi pasukan sukarela.
Hizbullah berdiri setahun setelah terbentuknya PETA (Tentara Suka Rela Pembela Tanah Air) OLEH Jepang, dimana keanggotaannya juga terdiri dari para ulama dan santri, bahkan Hadratussyekh KH Hasyim Asyari adalah merupakan penasehat PETA. Peta sendiri berdiri atas respon dan desakan tokoh -tokoh Islam kepada Jepang untuk mempertahankan Jawa. Namun demi solidnya perjuangan dan agar tidak terjadi pecah belah maka kedua laskar militer ini dibuat secara terpisah. Jumlah Batalion Peta 69 dan jumlah anggotanya 38.000.
Menurut Zainul Milawi Bizawi salah seorang penulis sejarah Hizbullah, Hizbullah adalah sebuah organisasi yang tersatukan dalam satu komando para Kiai dan solid, sehingga tidak membutuhkan suatu forum kongres guna mencari titik temu dalam visi perjuangan seperti yang dilakukan para laskar lainnya. Karenanya dapat dikatakan jika Laskar Hizbullah merupakan organisasi militer sejati setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Bizawi juga menambahkan, saat kemerdekaan RI diproklamirkan, laskar Hizbullah baik secara moral maupun organisasional dalam keadaan utuh dan penuh semangat juang tinggi. Secara organisasional, Hizbullah dalam keadaan solid hingga masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan Laskar Hizbullah menjadi salah satu kesatuan bersenjata yang paling siap dalam menyongsong satu era baru yakni era Revolusi Kemerdekaan.
Pendapat ini juga diperkuat oleh Bung Tomo yang mengatakan bahwa pada masaperjuangan kemerdekaan dulu para kiai dan alim ulama dari berbagai tempat di Pulau Jawa berduyun duyun menyerahkan darma bakti mereka ke Surabaya, sehingga tidak sedikit menambah keberanian pemuda dan rakyat yang percaya akan kekuatan gaib. Salah satu pertempuran terhebat dari perjuangan perjuangan laskar Hizbullah adalah pada peristiwa perang besar 10 November 1945. Di perang 10 November 1945 inilah semua santri, ulama yang bergabung dalam Laskar Hizbullah turun langsung mati-matian berperang melawan tentara sekutu, segala daya upaya dikerahkan, teriakan gemuruh takbir membahana dimana-mana, bom dan tembakan tentara sekutu bukan lagi hal menakutkan justru mereka menyongsong itu semua dengan keberanian untuk menegakkan jihad fisabilillah...
Pada awal terbentuknya Hizbullah Hizbullah para ulama pengusul telah membentuk DEWAN PENGURUS HIZBULLAH PUSAT DI JAKARTA sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS PUSAT HIZBULLAH
KETUA : KH. Zainal Arifin (Nahdlatul Ulama)
KETUA MUDA: Mr. Muhammad Rum (Jong Islamieten Bond)
URUSAN UMUM : S. Surowijoyo (Jong Islamieten Bond), Suyono Hadisudiro
URUSAN PENERANGAN : Anwar Cokroaminoto (Sarekat Islam), KH. Imam Zarkasyi (Pesantren Gontor), Masyhadi
URUSAN RENCANA : Sunaryo Mangun Puspito, Mr. Yusuf Wibisono (Jong Islamieten Bond), Muhammad Junaidi (Ayah Mahbub Junaidi)
URUSAN KEUANGAN : R.H.O. Junaidi, Prawoto Mangkusaswito (Muhammadiyah)
ANGGOTA : H. Abdul Mukti (Muhammadiyah), Ahmad Fathoni, Muhammad Syahid, KH. Mukhtar (Muhammadiyah), Amir Fatah (Muhammadiyah)
URUSAN POLITIK : KH. Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama), KH. Abdul Wahab Hasbullah (Nahdlatul Ulama) Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah), KH. Masykur (Muhammadiyah)
Adapun pelatihan militer pertama kali yang diadakan adalah di wilayah CIBARUSAH BEKASI JAWA BARAT, tepatnya di Masjid Al Mujahidin. Wilayah ini setahu kami ini banyak keturunan pejuang-pejuang Jakarta tempo dulu, dan ini dibuktikan dengan adanya salah satu makam Pejuang Islam pada masa lalu, putra dari Pejuang Besar di masa abad 17 yang makamnya terdapat di Jatinegara Kaum. Tidaklah mengherankan jika kemudian wilayah CIBARUSAH seperti menjadi napak tilas para pejuang Hizbullah. Sampai saat Masjid Al Mujahidin menjadi saksi sejarah bisu dimana dulu pernah terdapat pelatihan militer selama dua bulan untuk mendidikan Laskar Hizbullah menjadi laskar militer yang tangguh dan berakhlak.
Al Fatehah untuk para pejuang kita yang terdahulu, khususnya para pejuang Hizbullah…
SUMBER PENULISAN
Bizawie Zainul Milal, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, Tangerang: Pustaka Compass, 2014.
Winda Novia, Peran Laskar Hizbullah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Ri Pada Perang 10 November 1945 Di Surabaya, UIN Jakarta 2018.