Minggu, 28 November 2021

MARSOSE LAKNAT (SIPIL YANG RELA MENJADI TENTARA BAYARAN PENJAJAH KOLONIAL)

 Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah

Tahukah anda, dulu Penjajah Kolonial Belanda demi membendung perlawanan rakyat Aceh mereka telah merekrut pribumi dari berbagai daerah untuk dijadikan Marsose (tentara bayaran). Yang ironis terbentuknya satuan khusus ini justru muncul dari ide seorang pribumi yang menjabat sebagai KEPALA KEJAKSAAN KUTAPRAJA ACEH yang bernama Muhammad Arif. Bayangkan...seorang Jaksa yang mengerti hukum dan beragama Islam pula tega mengusulkan ide tersebut kepada penjajah negerinya sendiri. Marsose inilah yang nantinya banyak melakukan kekerasan dan penindasan kepada siapa saja yang dianggap membangkang terhadap penjajah kolonial.

Selain diterjunkan di Aceh Marsose juga disebar ke berbagai daerah termasuk di Batavia yang menjadi pusat kekuasaan Hindia Belanda. Sebelum terjun ke lapangan terlebih dahulu mereka dilatih dengan keras dan juga diuji loyalitasnya. Setelah selesai mereka diberi pakaian seperti layaknya tentara dan diberi gaji secukupnya. Mereka berasal dari berbagai daerah Nusantara dan kebanyakan fisiknya tegap...sebagian orang menyebut mereka Londo Ireng (Belanda Hitam). Selain pribumi juga terdapat beberapa orang Afrika.

Marsose ini tindakannya lebih kejam dari Tentara Belanda sendiri. Dalam berperang mereka sangat brutal dan tak pandang bulu sekalipun itu adalah bangsanya sendiri. Banyak foto kekejaman mereka yang bisa kita lihat ketika mereka berada di Aceh. Entah doktrin apa yang diajarkan para pelatih militer penjajah kepada mereka sehingga mereka bisa bertindak buas seperti halnya binatang liar. Jangan ditanya apa agama para marsose ini. Buat mereka agama hanyalah bagian hidup yang tak terlalu penting. Bagi mereka yang terpenting mereka digaji dan diberi makan sekalipun itu harus mengotori iman mereka. Di Batavia sendiri Marsose sangat dibenci para pejuang-pejuang bawah tanah karena kesewenang wenangnya. Tidak jarang mereka berapa kali terlibat bentrok. Namun karena mereka dimanja dan menjadi anak emas penguasa rezim kolonial mereka tetap bisa aman bahkan semakin bertindak sewenang wenang terhadap rakyat kecil dan ulama. Intinya mereka benar benar telah menjadi "ANJING YANG SETIA" bagi tuannya.

Marsose rata-rata berpangkat rendah, hanya beberapa orang saja yang bisa memperoleh pangkat yang layak karena dianggap pengabdiannya sangat membantu pemerintah kolonial. Entah pengabdian seperti apa yang dimaksud. Foto foto para marsose berpangkat lumayan itu bisa kita temukan di arsip dan dokumen Belanda. Seperti ada kebanggaan bagi marsose berpangkat tinggi ketika mereka memperoleh pakaian marsose berikut tanda jasanya.

Dalam perkembangannya, keberadaan Marsose selain menjadi "anjing setia" penguasa kolonial mereka juga sering diperbantukan kepada para tuan tanah. Maklumlah para tuan tanah dari negerii bebek peking memang sangat dimanja penjajah karena sering memberi "upeti" dan banyak membantu. Kerja sama tersebut semakin menjadikan Marsose jumawa Sekalipun ada penilaian ketidak jelasan apakah mereka itu sipil atau tentara faktanya mereka itu dipersenjatai dan didandani seperti layaknya militer. Namun jika dikatakan militer kedudukan mereka sangat jauh berbeda dengan tentara kerajaan belanda yang jelas status sosialnya...jika dikatakan sipil mereka ternyata diberikan hak untuk membawa senjata api.

Marsose adalah sejarah kelam bangsa kita. Betapa demi uang dan demi jabatan banyak pribumi bangsa ini mau berkhianat terhadap bangsanya sendiri. Demi mendapatkan dunia mereka rela berbuat kejam dan rela melupakan ajaran agamanya demi menjilat kepada pata penguasa kolonial Belanda...

Semoga menjadi pelajaran kita bersama....