Senin, 10 Juli 2017

MENEMUKAN "ISTANANYA" PARA WALI MASTUR DI SELATAN KOTA JAKARTA


Berziarah pada hari ini seolah seperti mendapat "intan permata" yang tidak ternilai harganya. Perjalanan begitu mengesankan dan "mendebarkan".


Ya hari ini tanggal 9 Juli Bakda Zuhur, saya, istri dan salah satu sahabat setia saya yang merupakan trah Ki Bondan Kejawan (Sayyid Abdurahman Jumadil Kubro) melakukan napak tilas para wali mastur di selatan Jakarta. 



Mencari jejak para wali mastur bukanlah perkara mudah dikarenakan memang posisi beliau-beliau yang memang maunya seperti itu. Dalam pendataaan sejarah boleh dikatakan keberadaan "mereka" itu antara ada dan tiada. Namun bagi saya pribadi, keberadaan para wali mastur tetap harus dilacak agar kedepannya kita semua bisa menjadi manusia yang mau berterima kasih atas jasa-jasa dakwah Islamiah mereka. Ukuran mereka wali atau bukan itu tidak perlu diperdebatkan, lebih arifnya kalau itu kita serahkan kepada para ulama yang mengerti dunia kewalian, kita yang awam lebih baik sami'na wa atho'na.

Perjalanan ziarah hari ini adalah sebuah hal yang unik dan berkesan, karena saya membawa istri yang sedang hamil tua. Sempat saya khawatir namun demi rasa cinta kami terhadap para Wali Allah maka Bismillah semua kami jalani..Dan Alhamdulillah semua bisa berlangsung dengan lancar...

Alhamdulillah pada perjalanan yang berkesan ini saya menemukan makam-makam para wali yang tersembunyi yang nyaris tidak diketahui masyarakat, padahal keberadaan pemakaman itu cukup luas dan terbilang tua, makam tersebut terdapat di daerah Cipete tepatnya di Kuburan Wakaf jalan Haji Pi'i (tidak jauh dari Fly Over).

Salah satu makam yang membuat saya "bergetar" tatkala saya dan istri serta sahabat saya menemukan makam seorang Sayyid yang bernama Syekh Abdurahman bin Abdullah bin Abbas Al Jaelani..nama terakhir ini yang membuat saya terkaget-kaget...siapa sangka ada keturunan Syekh Abdul Qodir Jallani di tanah Betawi.

Menurut Guru sahabat saya di sekitar makam makam ini banyak terdapat wali-wali mastur. Sayyid Abdurahman sendiri merupakan penasehat Raden Kusuma Wijaya bin Pangeran Nitikusuma yang makamnya juga kami ziarahi. Pangeran Kusuma Wijaya sendiri nama lainnya adalah Kumpi Sinar. Kenapa dinamakan demikian ? Karena dengan dakwahnya beliau berhasil menyinari wilayah Cipete dan sekitarnya menjadi wilayah yang Islami dan religius yang sampai saat ini masih bertahan. Nama Nitikusuma sendiri mengingatkan saya kepada para Mujahid Besar kota Jakarta Bekasi Tangerang yaitu PITUAN PITULUNG (PITUNG). Pangeran Nitikusuma yang merupakan mujahid besar Jayakarta adalah leluhur Pitung.

Alhamdulillah....semoga ziarah hari ini membawa keberkahan bagi kita semua...amin...

MENEMUKAN MAKAM KRAMAT WALIYULLAH MASTUR (RADEN WANGSA, CUCU SULTAN TRENGGONO/SULTAN DEMAK ) DI SELATAN JAKARTA KAMPUNG PEKAYON KELURAHAN RAGUNAN

https://www.facebook.com/iwan.raraumay
Tidak ada yang menyangka kalau disebuah TPU Wakaf yang berada di daerah Pekayon RT 08 /RW 03 Kelurahan Ragunan Jakarta Selatan telah bersemayam jasad seorang Waliyullah mastur. Posisinya sebenarnya tidak jauh dari makam Kramat Pangeran Wiraguna. Makam TPU Pekayon ini bisa ditempuh melalui perempatan Koran Republika yang ke arah Ragunan....posisinya melewati plang makam Pangeran Wiraguna (sekitar 100 meter sebelah kiri).


Bagi masyarakat setempat khususnya sang pengurus makam, tidak diketahui siapa beliau yang dimakamkan disini. Namun Alhamdulilah berdasarkan informasi yang saya peroleh dari sahabat saya, beliau ini bernama Raden Wangsa. 

Raden Wangsa ini adalah cucu dari Sultan Trenggono/Sayyid Abdurrahman/Sultan Demak Bintoro. Beliau datang ke Jayakarta dalam rangka dakwah Islamiah. Sultan Trenggono sendiri hidup sekitar tahun 1480 - 1546 

Di wilayah selatan utamanya wilayah Jagakarsa, Ragunan dan sekitarnya memang yang saya ketahui banyak para penyebar agama Islam yang berasal dari keluarga Kesultanan Demak termasuk Raden Wangsa ini. 

Dalam kehidupannya, setelah lama berdakwah beliau wafat di daerah yang sekarang ini. Keturunannya sendiri banyak terdapat di wilayah Sunda. Mengenai keturunan Raden Wangsa di Sunda mungkin Kang Suranagara Ahmad punya keterangan yang bisa membantu saya.....

Beberapa tahun yang lalu sebenarnya makam ini banyak yang sering menziarahinya, namun setelah para sesepuh banyak yang wafat, makam ini mulai dilupakan orang. 

Sebagai seorang peziarah yang sering mendata dan mendokumentasikan sebuah situs makam, sebelum saya meninggalkan makam ini ada sebuah pertanyaan besar, "Kenapa diatas tanah makam beliau telah ditaruh ranjang tidur ?", "Apakah seorang Waliyullah seperti beliau pantas disimbolisasikan dengan hal seperti ini ?"

Entahlah.....

Wallahu A'lam Bisshowwab....

MENEMUKAN SITUS MAKAM TUA KRAMAT MILIK WANITA SHOLEHAH DI PONDOK LABU YANG BERADA DI DALAM RUMAH..


Jakarta seolah tidak habis akan adanya situs makam dari orang-orang terdahulu yang mempunyai pengaruh pada masyarakat. Kali ini dalam wisata ziarah dan sejarah kembali saya menemukan sebuah makam tua yang tersembunyi. Tidak tanggung tanggung, makam ini terdapat di dalam rumah !


Dalam perjalanan menemukan makam ini kembali saya dihadapkan akan ketidaktahuan masyarakat terutama yang berada di kiri kanan tempat beradanya makam, bahkan ada yang katanya tinggal puluhan tahun namun baru mendengar adanya makam keramat di daerahnya. Makam ini posisinya berada tidak jauh dari seberang masjid pondok labu atau tepatnya berada di jalan Raya Fatmawati No. 5 Kelurahan Pondok Labu Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan (posisi makam berada samping tukang minyak wangi). Makam ini sebenarnya sangat mudah untuk diziarahi namun karena informasinya sangat minim maka dibilang gampang gampang susah untuk menemukannya.

Dimana ada usaha disitu ada jalan. Nasib baik masih berfihak kepada saya, secara kebetulan saya bertemu dengan seorang yang ternyata keturunan dari shohibul maqom. Sempat dia heran dan memandangi wajah saya, mungkin dia heran darimaña saya tahu informasi makam tersembunyi milik leluhurnya. Tapi setelah saya jelaskan kalau tujuan saya hanya untuk ziarah dan penelitian sejarah barulah wajahnya tersenyum.

Setelah dapat petunjuk dari keturunan shohibul maqom sayapun bergerak kearah yang dituju, tanpa diduga ternyata keberadaan makam ini ada di dalam rumah penduduk ! Untungnya si pemilik rumah mengizinkan saya untuk berziarah. Suasana sekitar makam sangat bersih dan terawat. Dahulu yang menjaga makam ini seorang wanita tua yang bernama Nyai Banding (kalau tidak salah), kini beliau sudah wafat. Saat ini sekitar makam adalah tempat kos, dahulunya disekitar makam adalah kebun...perubahan zaman menjadikan makam terhimpit bangunan sana sini..

Dalam cerita yang saya peroleh sementara ini, makam ini adalah milik seoramg wanita yang sholehah bernama NYAI SITI AMBARWATI. Dahulunya disekitar makam beliau banyak terdapat pohon labu sehingga dikarenakan banyak tanaman labu, dan pemiliknya merupakan seorang tokoh karismatik yang tinggal dirumah yang dikelilingi pohon labu, dan pada waktu itu juga sering menjadi tempat persinggahan para tokoh agama serta beberapa masyarakat lainnya, maka dinamakanlah daerah ini menjadi Pondok Labu.

https://www.facebook.com/iwan.raraumay

Wallahu A'lam Bisshowwab......

BERZIARAH KE MAKAM KRAMAT TERTUA DI BINTARO, MAKAM YANG BERDEKATAN DENGAN "JALUR MAUT" TRAGEDI BINTARO


Menziarahi makam ini terasa lain nuansanya, karena posisinya mengingatkan kita akan tragedi besar Kereta Api Bintaro di tahun 1987 (kalau tidak salah) yang banyak memakan korban. Bahkan belum lama ini "jalur" ini kembali "memakan korban". Begitu menyedihkan peristwa tersebut sampai sampai Iwan Fals mengabadikannnya dalam sebuah lagu.


Tidak banyak orang tahu kalau di dekat "jalur maut" tersebut telah bersemayam jasad. seoramg penyebar agama Islam yang mastur. Keberadaan makam tersebut pada masa lalu sebenarnya sudah banyak diketahui oleh orang-orang tua asli kelahiran Bintaro. Namun setelah era 90am kesini nama makam keramat ini mulai banyak dilupakan orang apalagi setelah banyaknya pendatang.

Siapakah sebenarnya beliau ini ?

Dalam riwayat sementara yang saya peroleh, beberapa oramg asli disini menyebutnya KUMPI HASAN, Sedangkan berdasarkan info dari versi sahabat saya beliau bernama Kumpi Abdurrahman bin Ahmad bin Aria Jipang Jayakarta. Selain nama Abdurahman nama gelar lain beliau adalah Syekh Bintoro. Nama bintoro sendiri adalah untuk mengingatkan asal usul dari mana dia berada. Bintoro adalah nama monumental Kesultanan Demak Namun karena penyebutannya mengalami perubahan jadilah nama Bintaro yang lebih populer.

Beliau datang ke selatan jayakarta dalam rangka dakwah Islamiah. Artinya beliau ini adalah tokoh yang berjasa dalam berkembangnya Islam di Bintaro dan sekitarnya... Ada yang mengatakan kalau keberadaan beliau merupakan paku bagi daerah Bintaro dan sekitarnya oleh karena itu sudah selayaknya keberadaannya dipelihara dan dihormati oleh masyarakat. 

Bagi mereka yang mau berziarah, makam ini posisinya di jalan Asoka (RT DAN RW lihat di foto bawah) dan tidak jauh dari perlintasan pintu kereta api Bintaro-Ulu Jami...tidak semua orang tahu hanya beberapa saja...

https://www.facebook.com/iwan.raraumayWallahu A'lam Bisshowwab....

MELURUSKAN SEJARAH SITI HAJAR (IBUNDA NABI ISMAIL AS), BENARKAH BELIAU SEORANG BUDAK ???

https://www.facebook.com/iwan.raraumay
Setelah semalam saya menulis tentang Ummu Ibrahim atau Mariah Al Qibtiah istri Rasulullah SAW yang kemudian menimbulkan beberapa diskusi hangat (bahkan mungkin telah menimbulkan kekesalan sebagian sahabat fb saya karena menganggap saya telah menyerang “individu” yang selama ini mungkin menjadi panutan mereka), kini saya ingin mencoba lagi menulis tema sejarah yang tujuannya untuk meluruskan pemahaman kita akan sejarah itu sendiri (terutama yang menurut saya telah terdistorsi). Tema yang saya suguhkan ini masih berkaitan dengan "BUDAK". Insya Allah dalam setiap penulisan sejarah saya akan menuangkan apa adanya sesuai dengan rujukan yang saya miliki, sehingga nantinya tidak perlulah anda menilai saya telah menjatuhkan kredibilitas seseorang hanya karena berbeda pemikiran, justru karena saya cinta sesama muslim maka setiap muslim yang melakukan kekeliruan pemikiran harus kita ingatkan siapapun dia. 


Berbicara tentang judul diatas mungkin sebagian dari kita sejak masih kecil sudah sering ditanamkan oleh para guru ngaji atau beberapa penceramah bahwa salah satu leluhurnya Rasulullah SAW yaitu Ibunda SITI HAJAR merupakan BUDAK. Bahkan waktu saya kecil, beberapa buku sejarah Nabi sering menggambarkan SITI HAJAR dalam posisi yang benar-benar rendah (seolah kehadirannya tidak begitu penting dan hanya sekilas saja dalam kehidupan Nabi Ibrahim AS). Padahal dari dirinya nanti akan menurunkan seorang Nabi Besar yang bernama Ismail AS. Dari Nabi Ismail AS juga nanti akan menurunkan Nabi Akhir Zaman yaitu Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW. Dari Nabi Ismail AS juga nanti akan berdiri sebuah bangunan Monumental yaitu Kakbah kiblatnya ummat Islam dan munculnya air abadi yaitu ZAM-ZAM. Hijrahnya Siti Hajar bersama Ismail yang bayi nanti juga akan membawa perubahan besar pada kehidupan manusia selanjutnya. Nabi Ismail AS juga merupakan cikal bakal munculnya bangsa Arab. Peristiwa Nabi Ismail AS dan ibunya saat berhijrah juga nanti akan diabadikan pada ibadah haji, peristiwa lainnya yang tidak kalah monumental dengan munculnya peristiwa besar yang nanti diabadikan Allah dalam bentuk perayaan Idul Qurban (Idul Adha). 

Oleh karenanya dengan adanya kesalahfahaman kita akan sejarah SITI HAJAR bukan tidak mungkin kaum Yahudi yang selama ini banyak menentang ajaran Islam akan semakin pongah dan besar kepala karena menganggap Ibu Nabi Ismail AS ini merupakan seorang budak sedangkan Ibu Nabi Ishak AS yang merupakan leluhur Bani Israil merupakan seorang yang memiliki status sosial tinggi. Konyolnya lagi tidak sedikit orang Islam yang percaya dengan informasi seperti ini tanpa mau meneliti bacaan-bacaan yang ada.

Dalam sejarah Islam khususnya SEJARAH NABI-NABI pendapat yang mengatakan SITI HAJAR merupakan BUDAK seolah sudah merupakan “harga mati”. Saya sendiri sejak dulu merasa “risih” dengan pendapat ini, bukan karena saya merendahkan martabat seorang budak, tidak sama sekali ! apalagi sepengetahuan saya didalam sejarah Islam banyak juga dulu yang merupakan budak justru mampu memberikan warna kehidupan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat seperti misalnya Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, Usamah bin Zaid, Tsauban bin Bujdad, Abu Kabsyah, Abu Rafi’, Abu Muwaihibdah, Ma’bur Al Qibti, Fadhalah, Rafi’, Safinah, Barokah Ummu Aiman, Maimunah binti Saad, dan masih banyak lagi yang lainnya. Apa yang saya lakukan semua murni demi mencari sebuah kebenaran. 

Dalam catatan sejarah, sebenarnya kedudukan seorang SITI HAJAR sudah pernah dibahas secara mendetail oleh Ibnu Katsir seorang pakar ilmu tafsir ternama. Dalam bukunya yang telah diterjemahkan oleh Pustaka Azzam (2006 : 179 - 180) dijelaskan bahwa pada suatu saat Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah memasuki sebuah negeri yang rajanya terkenal zalim. Sang raja yang mendengar bahwa ada seorang wanita yang dibawa Nabi Ibrahim AS dan terkenal akan kecantikannya kemudian menjadi tertarik, sehingga raja tersebut pun mengutus pasukannya untuk menanyakan kepada Nabi Ibrahim AS siapa gerangan wanita yang dibawanya itu. Nabi Ibrahim AS sendiri mengatakan kalau Siti Sarah adalah saudara perempuannya. Namun demikian Sarahpun kemudian digiring secara paksa untuk menemui sang raja, tetapi sebelum pergi, Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah melakukan wudhu dan sholat kemudian berdoa agar Allah SWT melindungi kehormatan dirinya dari raja yang kafir itu yang hendak menodai kesucian istri Nabi Ibrahim ini. Keajaiban terjadi, 3 atau 4 kali Siti Sarah dihadapkan kepada raja, Raja Zalim itu selalu berkata kepada pengawalnya, “KALIAN TIDAK MEMBAWAKAN UNTUKKU SESUATU KECUALI SETAN, KEMBALIKAN DIA KEPADA IBRAHIM DAN BERIKAN KEPADA HAJAR”. Pada halaman (2006 : 180 ) juga disebutkan bahwa keajaiban yang terjadi tersebut adalah Allah menutup pandangan mata sang raja terhadap keberadaan Siti Sarah. Keberadaan Siti Sarah dihadapan Raja hanya bisa dilihat oleh Nabi Ibrahim AS. Perlindungan Allah SWT kepada Siti Sarah ini telah dilihat langsung dengan mata kepala Nabi Ibrahim AS. Sehingga semakin menambah ketakwaan dirinya kepada Allah SWT...

Pasca kejadian yang luar biasa ini, raja yang sadar kalau Siti Sarah bukan merupakan wanita sembarangan, pada pertemuan yang terakhir mengatakan (sama seperti yang diatas) (2006 : 179) “KALIAN TIDAK MEMBAWA MANUSIA KEPADAKU, TETAPI MEMBAWA SYAITAN. JADIKANLAH DIA (SARAH) SEBAGAI BUDAK HAJAR”. Selanjutnya Siti Sarah setelah pertemuan ini mendatangi Nabi Ibrahim AS ketika beliau sedang mengerjakan Sholat. Lalu Nabi Ibrahim AS memberikan isyarat dengan tangannya, dan berkata, “bagaimana khabarnya ?”Siti Sarah menjawab, ‘Allah telah menolak tipu daya orang kafir dan aku ditugaskan untuk MENGABDI KEPADA HAJAR”.

Dari penjelasan diatas sudah jelas siapa sebenarnya SITI HAJAR dan bagaimana kedudukannya dihadapan SITI SARAH dan NABI IBRAHIM AS. 

Selain sudah mengetahui bagaimana kedudukan SITI HAJAR, dalam kehidupan NABI IBRAHIM AS dan SITI SARAH kita juga perlu tahu dimana sebenarnya letak negeri serta siapa raja zalim yang dimaksud, ini penting kita ketahui agar nantinya kita bisa mengetahui siapa sesungguhnya orang tua SITI HAJAR. Syaikh Shaffiyyurahman Al-Mubarakfuri Juara I penulisan Sirah Nabawiyah yang berasal dari Universitas Salafiah India dan nasabnya berasal dari Sahabat Ansor yaitu Abu Ayyub Al Ansory, dalam bukunya yang berjudul asli “Ar-Rahiq Al Makhtum Bahtsun Fis Siratin Nabawiyyati A’la Sahibiha Afdhalush Shalati Was Sallam” dan telah diterjemahkan Penerbit Ummul Qura (2013 ; 44) telah menuliskan secara gamblang tentang apa negeri dan siapa raja yang zalim tersebut. Menurut Syekh Shaffiyyudin Nabi Ibrahim AS dalam hijrahnya dari negeri Irak ke Haran atau Harran, termasuk pula ke Palestina, beliau telah menjadikan negeri itu sebagai basis dakwahnya. Nabi Ibrahim AS dalam dakwahnya banyak menyusuri negeri-negeri lainnya. Di Salah satu perjalanan tersebut beliau kemudian bertemu dengan FIR’AUN (RAJA MESIR KUNO). Istri Nabi Ibrahim AS yaitu SITI SARAH turut menemaninya. SITI SARAH merupakan wanita yang sangat cantik. Maka FIR’AUN itu hendak memasang siasat buruk terhadap istri Nabi Ibrahim AS ini. Namun, Siti Sarah berdoa kepada Allah SWT, sehingga Dia membalikan jerat yang dipasang raksasa itu kelehernya sendiri. Akhirnya raja yang zalim itu tahu bahwa SITI SARAH merupakan wanita yang soleha yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Karena itu, FIR’AUN kemudian menghadiahkan “PUTRINYA” yang bernama “HAJAR” untuk menjadi pembantu SITI SARAH, sebagai pengakuan atas keutamaan SARAH atau karena ia takut terhadap siksa Allah, Akhirnya kemudian SITI SARAH pun menikahkan Nabi IBRAHIM AS dengan Hajar. Dalam keterangan Ibnu Katsir yang lainnya (2006 ; 183) Siti Sarah saat mau menikahkan SITI HAJAR dan NABI IBRAHIM AS, beliau menyebut SITI HAJAR dengan panggilan “Ibuku” ini menandakan jika Siti Hajar mempunyai status sosial yang sama sekali tidak berkaitan dengan budak.

Kesimpulan dari penjelasan diatas ini adalah :

1.SITI HAJAR bukanlah BUDAK justru beliau merupakan putri seorang raja Mesir kuno yang bernama Fir’aun
2.SiTI HAJAR adalah Ibu Nabi Ismail AS yang merupakan cikal bakal lahirnya bangsa Arab
3.SITI HAJAR menikah justru atas restu Siti Sarah dan mendapatkan kedudukan yang sama status sosialnya dihadapan Nabi Ibrahim AS
4.Hijrahnya SITI HAJAR bukanlah dikarenakan statusnya yang dianggap sebagai budak, namun itu semata-mata perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS melalui peristiwa cemburunya Siti Sarah karena Hamilnya Siti Hajar.

SUMBER : 

1.Ibnu Katsir (Terj). Kisah Para Nabi, Jakarta : Penerbit Pustaka Azzam, 2006, hlm 179 – 183
2.Syekh Shafiyyudin Al Mubarakfuri. Sirah Nabawiyah, Jakarta : Penerrbit Ummul Qura, 2013, hlm 44 (juga terdapat di catatan kaki No 4)

Wallahu A'lam Bisshowwab.....

MELURUSKAN PANDANGAN DR. KHOLID BASALAMAH TENTANG KEDUDUKAN SALAH SATU ISTRI NABI (MARIAH AL QIBTIYAH, IBU DARI SAYYID IBRAHIM)

https://www.facebook.com/iwan.raraumay
Dalam sebuah tayangan di Youtube saya mendapati adanya sebuah pendapat yang menurut saya harus segera diluruskan, karena kalau tidak segera diluruskan saya khawatir akan timbul kesalahfahaman yang sangat besar apalagi terhadap mereka yang buta akan sejarah Nabi dan Keluarganya.


Salah satu pandangan yang harus diluruskan adalah pendapat dari DR. Kholid Basalamah tentang "KEDUĎUKAN SEORANG BUDAK" dimana dalam salah satu sesi tanya jawab di majelisnya dia berani mengatakan kalau MARIAH AL QIBTIYAH yang merupakan Ibu dari Ibrahim adalah seorang "BUDAK" sehingga Rasulullah SAW sendiri tidak pernah menikahinya seperti layaknya Nabi menikahi istri-istri yang lain. Akibatnya karena tidak menikahinya secara layak maka anaknya dinasabkan kepada ibunya (Ummu Walad). 

Terkesan seolah pendapat ini benar padahal dibalik itu ada sesuatu yang mengerikan, karena secara tidak langsung Dr. Kholid Basalamah telah berani menyatakan kalau Nabi Muhammad SAW telah berzinah ! karena Ibrahim lahir bukan dari pernikahan yang sah ! Karena katanya dia lahir dari seorang budak. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya pendapat ini kalau ummat mengikutinya, apalagi pada kondisi sekarang ini. 

Benarkah Dr. Kholid Basalamah yang saya ketahui leluhurnya di Hadramaut Yaman banyak yang merupakan ahli sufi mengatakan seperti ini ?

Ah daripada ribet, saya mau mencoba menjawab melalui kajian sejarah sajalah, karena bidang ini lebih terasa obyektif dan faktual serta nihil kepentingan.

Dalam sebuah buku tebal yang terdiri dari 1227 halaman dan ditulis oleh HMH AL HAMID AL HUSAINI yang berjudul "RUMAH TANGGA NABI MUHAMMAD SAW" PENERBIT HIDAYAH BANDUNG TAHUN 2009 khususnya Halaman 275 pada Footnote 1, dinyatakan bahwa kedudukan Ummu Ibrahim atau Mariah Al Qibtiah adalah SARRIYAT atau ISTRI SAH menurut Syara', tetapi tidak berstatus resmi sebagai istri sepenuhnya karena pada masa itu beliau merupakan pemberian dari Raja Mesir saat itu. Kedudukan sosial masyarakat pada waktu itu memang sering menyamatarakan antara Wanita hasil hadiah dengan budak, padahal banyak wanita dari hadiah itu orang-orang merdeka.

Pada halaman 278 HMH Al Hamid Al Husaini juga kembali menegaskan bahwa Rasulullah SAW ketika diberi hadiah wanita oleh Raja Mesir beliau memilih Mariah Al Qibtiah untuk dinikahi. Sedangkan saudara Mariah yang bernama Sirin dinikahi oleh Hasan bin Tsabit. Rasulullah SAW jelas tidak menikahi kedua adik kakak tersebut karena Islam memang melarang. Perhatikan kata "dinikahi".

Perlu saya tegaskan sekali lagi status Mariah Al Qibtiaj bukanlah budak, justru ia merupakan penghuni istana RAJA MESIR yang mempunyai KEDUDUKAN TINGGI (lihat di halaman 277 pada buku yang saya maksud). Artinya Raja Mesir mengirimkan seorang wanita yang bukan sembarangan. Wanita yang dikirim adalah wanita yang terbaik sebab Raja Mesir mengetahui bagaimana kedudukan seorang Nabi Muhammad SAW dimata masyarakat Madinah dan Mekkah. 

Di Halaman 282 HMH semakin memperkokoh status Mariah Al Qibtiah dengan menulis bahwa Kaum Muslimin di Madinah sangat bergembira ria menyambut kehadiran seorang PUTRA NABI yang lahir dari kandungan wanita yang berdarah MESIR (QIBTI). PERHATIKAN KALIMAT "PUTRA NABI".

Halaman 283 - 284 kembali ditulis : Mariah melahirkan PUTRA RASULULLAH SAW pada bulan Dzulhijjah dan disambut dengan suka cita oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW Kemudian memberi nama anak tersebut dengan nama LELUHURNYA yaitu IBRAHIM. Rasul berharap Ibrahim kelak menjadi PENYAMBUNG KETURUNAN BELIAU. Dari sisi penamaan leluhur saja sudah membuktikan bagaimana kedudukan anak seorang Mariah Al Qibtiah. 

Di halaman yang sama dengan lahirnya putra Rasulullah SAW yang bernama Ibrahim, sekaligus membuktikan kebohongan orang orang yang permah mengecam Kanjemg Rasul sebagai PRIA YANG TERPUTUS KETURUNANNYA.

Dalam usia 60 tahun dam setelah 20 tahun lebih dari kelahiran Fatimaha Azzahra baru kali ini ada seorang ISTRI RASULULLAH SAW yang melahirkan PUTRA bagi beliau. 

Kesimpulan. 

1.Mariah Al Qibtiah atau Ummu Ibrahim adalah istri yang dinikahi secara SAH !!!

2. Mariah Al Qibtiah bukanlah seorang budak tapi dia wanita dari kalangan terhomat !

3. Ibrahim nasabnya di bin kan Kepada Rasulullah SAW bukan kepada ibunya.

Kepada Dr. Kholid saya berharap anda merevisi dan menarik kalimat anda yang mengatakan : "Rasulullah menggauli Mariah Qibtiah hingga lahir Ibrahim dengan tidak menikahinya karena dia seorang budak". Ini adalah kalimat menyakitkan dan tidak masuk akal ! Betul-betul saya tidak habis fikir dengan kata-kata anda ini. 

Semoga Allah memberikan anda pencerahan dan bisa mengikuti jejak-jejak datuk anda yang banyak berhubungan baik dengan keturunan Rasulullah SAW. Dan semoga anda bisa lebih banyak mendalami sejarah keluarga Rasululullah SAW yang sesungguhnya....

BERZIARAH KE MUJAHID DAN ULAMA JAYAKARTA.. PANGERAN ABDULLAH/KI JAGAD ANGIN


Situs makam yang satu ini saya jamin tidak mudah untuk menemukannya...bukan karena makam ini ada di tempat tersembunyi seperti di dalam rumah atau di dalam kebun. Justru keberadaannya persis di pinggir jalan. Tapi walaupun berada di pinggir jalam bahkan di jalur strategis, bangunannya tertutup tembok. Terkesan makam ini seperti tempat sampah. Tapi siapa sangka dibalik tembok yang lusuh ada sebuah makam penting yang tersembunyi. Kalau melihat posisinya, makam ini sepertinya pernah mau digusur tapi tidak berhasil.

Saya mengerahui makam ini dari salah satu sahabat yang pernah berziarah bersama mursyidnya di tahun 2008. Menurutnya makam ini erat kaitannya dengan keluarga besar Kesultanam Demak yang ada di Jayakarta. Sehingga sangat pantas menurutnya kalau saya menziarahi makam beliau ini. Makam beliau sendiri berada di jalan TANJUNG BARAT LAMA, JAKARTA SELATAN tepatnya berada di samping kampus TAMA JAGAKARSA (perempatan rel kereta api tanjung barat). Kiri kanan makam terdapat restoran dan toko material. 

Siapa beliau sebenarnya ? 

Beliau berasal dari Jipang Pulorogo (Kini daerah Slipi, Palmerah dan sekitarnya). Leluhurnya adalah Aria Jipang Jayakarta. Beliau hijrah dari Palmerah ke Jagakarsa karena dikejar-kejar penjajah Belanda. Harta bendanya yang ada di Palmetah pasca beliau hijrah dirampas penjajah. Namun demikian beliau masih tetap gigih melawan penindasan penjajah kafir Harbi. Di Jagakarsa sendiri yang saya ketahui memang banyak keluarga dari Kesultanan Demak yang hijrah dari wilayah Barat Jayakarta seperti daerah Slipi, Palmerah, Senajayaan (Senayan), Kemandoran, Kemanggisan, Rawa Belong dan sekitarnya...

Memasuki makam ini seolah seperti memasuki "lorong waktu". Kondisinya gelap padahal di siang hari, makam juga kotor dan banyak sarang laba-laba, diatas makam saya lihat ada sejadah dan lampu tempel zaman dulu yang sudah lusuh, ini menandakan kalau makam ini sudah lama sekali tidak diziarahi. Saya harus jongkok untuk masuk ke dalamnya karena atap makam dibuat pendek. Tapi saya merasa kalau suasana makam cukup "dingin" dan "bersahabat". Aneh....suasana seolah sunyi... Wallahu A'lam...

Saya sangat berharap kalau suatu saat makam ini bisa direnovasi oleh mereka yang punya rezeki lebih karena ini adalah situs makam tokoh Jakarta tempo dulu yang patut dihargai.......Insya Allah...

ZIARAH KE MAKAM AS-SYEKH AL ALLAMAH KYAI HAJI ZUHRI BIN MUHAMMAD THOHA AL BANJARI...


Menjelang takbiran kemaren, tepatnya tanggal 24 Juni 2017 mulai pukul 10. 00 s/d 17.15 saya dan sahabat penziarah yang bernama Raden Miko melakukan napak tilas para wali dan tokoh tokoh besar masa lalu di Jakarta. Total yang kami napak tilasi ada 10 makam. Dan Alhamdulillah kami tidak merasa kelelahan apalagi kelaparan...ini karena berkahnya Ramadhan..

Target perjalanan kali ini di daerah Jakarta Barat dan Selatan. Salah satu tujuan kali ini adalah di daerah Jembatan Lima yang lokasinya tidak jauh dari Gang Jamblang Duri Selatan Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Disini menurut beberapa sahabat saya ada makam seorang ulama yang karismatik yang berasal dari Banjari Kalimantan. Mendengar nama Al Banjari sontak saja pikiran saya langsung terlintas kalau beliau yang dimakamkan ini pasti berhubungan kuat dengan Guru Ijai Martapura Kalimantan Selatan. 

Menurut beberapa warga disekitar beliau yang dimakamkan seorang yang Al Allamah dan menjadi paku daerah disini. Posisi beliau sangat dihormati. Saya belum memperdalam riwayat beliau, oleh karenanya saya serahkan tentang beliau kepada akhina Abubakar Al Banjari yang merupakan sahabat saya yang berasal dari Dzuriyah Syekh Arsyad Al Banjari..... 

Kondisi makam di sekitar beliau ini merupakan pemukiman padat...tapi jujur saja masuk ke daerah ini saya merasa adem dan rasanya sudah seperti rumah sendiri saja...

BERZIARAH MENJELANG SHOLAT JUMAT KE WALIYULLAH MASTUR DARI KEBUN JERUK JAKARTA BARAT, SYEKH MAGNUN AL HASANI..


Beliau merupakan Wali mastur yang berasal dari Timur Tengah. Datang ke Jakarta dalam rangka dakwah Islamiah.Nasabnya kembali kepada Sayyidina Hasan Mutsanna. Di Indonesia nasab Al Hasani termasuk jarang apalagi untuk wilayah Jakarta. Oleh karena itu begitu mendengar ada makam Wali yang keturunan Al.Hasani saya langsung mencarinya. 

Berdasarkan urutan nasab yang ada beliau Syekh Magnun urutan ke 38 dari Rasulullah SAw artinya beliau ini sezaman dengan Habib Ali Kwitang. Menurut beberapa info warga, beliau hidup pada masa penjajahan Belanda.

Bagi mereka yang ingin berziarah silahkan anda menuju Jalan Kebun Jeruk XVII Dalam RT 13.RW 8 Kelurahan Maphar Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. Posisi makam masih berdekatan dengan Masjid Asy-Syakur Kebun Jeruk. Makam ini juga masih satu wilayah dengan masjid Kebun Jeruk Jamaah Tablig. Jika makam dikunci bisa menemui Bang Syahrul Ketua Forkabi setempat.

KRONOLOGIS MENGENAI HUT JAYAKARTA/JAKARTA BERDASARKAN KITAB AL FATAWI


1. Kitab Al Fatawi mencatat bahwa pafa tanggal 12 Robiul Awal 933 Hijriah telah diadakan peringatan Maulid Nabi secara besar-besaran di Kesultanan Demak guna mengangkat semangat jihad para mujahid Nusantara. Ribuan pasukan mujahidin berkumpul di masjid demak untuk persiapan jihad fisabillah menghadapi Portugis (Paringgi) yang akan masuk ke Sunda Kelapa.

2. Setelah peringatan Maulid Nabi besar-besaran ini para mujahid dibawah pimpinan Fattahillah bergerak melalui darat dan laut. Pasukan laut membawa sekitar 60 kapal Jung. Kapal-kapal itu ditempatkan pada beberapa titik. Ada yang di pelabuhan Jayapati (pasar ikan), ada yang di kepulauan seribu dan sebagian lagi di beberapa tempat yang tersembunyi.

3. Pertempuran yang sebenarnya dengan Portugis terjadi di lautan dan itu terjadi sebelum bulan Ramadhan. Portugis berusaha mendekat ke perairan Sunda Kelapa namun pasukan mujahid yang berada di kapal jung berhasil membuat kapal Portugis kehilangan manuver. P.asukan mujahid kapal jung akhirnya mampu memukul mundur pasukan angkatan laut Portugis yang saat itu dikenal sebagai kekuatan maritim terkuat di dunia.

4. Menjelang Ramadhan setelah kemenangan atas pasukan militer Portugis, Para Mujahid dibawah pimpinan Fattahillah mulai mendekati wilayah Keraton Marunda (kini masjid Al Alam).

5. Berdasarkan komando Sultan Trenggono bin Raden Fattah, seluruh pasukan Mujahid dilarang keras melakukan peperarngan di bulan Ramadhan dan ini dipatuhi secara penuh. Demi untuk menghormati bulan Suci seluruh Mujahid hanya diperintahkan untuk beribadah sambil melakukan persiapan.

6. Akhir Ramadhan sekitar tanggal 29 atau 30 933 Hijriah Fattahillah dan ribuan pasukan mujahid gabungan memasuki Keraton Marunda Kelapa untuk mengadakan pertemuan bersejarah dengan Penguasa Sunda Kelapa.

7. Hadir dalam pertemuan itu diamtaranya :
A. Ratu Sri Janar (Penguasa Sunda Kelapa)
B. Singa Menggala bin Prabu Surawisesa dari kerajaan Pajajaran
C. Fattahillah bin Maulana Mahdar Ibrahim
D. Maulana Hasanudin bin Sunan Gunung Jati
E. Fadilah Khan (paman Fattahillah)
F. Sungareksa Jayawikarta
dan tokoh tokoh besar lainnya.

8. Pertemuan malam itu menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa tampuk kekuasaan Sunda Kelapa diserahkan secara damai kepada fihak Kesultanan Demak melalui wakilnya yaitu Fattahillah.

9. Di tengah ramainya ribuan takbir yang dikumandangkan di malam takbiran oleh para mujahid dan juga rakyat Sunda Kelapa, setelah perundingan yang bersejarah itu Fattahillah melakukan sholat tahajud dengan khusyu sambil bermunajad. Setelah sholat tahajud beliau meneruskan membaca Al Qur'an, tepat pada saat beliau membaca Surat Al Fath ayat 1, Allah memberikan illham agar Fattahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Fathan Mubina

10. 1 Syawal 933 Hijriah atau tepatnya tanggal 1 Juli 1527 Fattahillah menjadi Khotib Idul Fitri. Dalam isi khotbahnya Fattahillah memproklamasikan negeri Sunda Kelapa menjadi Negeri FATHAN MUBINA dengan dasar pemerintahannya SYARIAT ISLAM sedangkan bentuk pemerintahannya adalah HIKMAH JUMHURIYAH dibawah naungan Kesultanan Demak dan Majelis Wali Agung. 

Demikianlah Kronologis terbentuknya Negeri Fathan Mubina atau Jayakarta yang kini bernama Jakarta.

Semua informasi pada kitab Al Fatawi sudah mulai ditulis secara bersanad sejak masa AL HAJJ SAYYID FATTAHILLAH sampai dengan KH AHMAD SYAR'I MERTAKUSUMA. KH AHMAD SYAR'I MERTAKUSUMA sendiri melanjutkan penulisan bersanad itu sejak tahun 1910 s/d 1946.

Adapun mengenai tanggal 22 Juni adalah merupakan kesepakatan Politik yang mendesak di tahun 1955 antara Pemda Jakarta (belum nama DKI) dan DPR dengan bersandarkan kajian beberapa ahli sejarah termasuk Dr. SUKANTO. Itupun masih terdapat silang pendapat yang cukup tajam pada beberapa sejarawan karena sulitnya menemukan bukti mengenai tanggal dan waktu yang pasti mengenai kelahiran kota bersejarah ini, padahal para sejarawan itu sudah diakui kepakarannya, tapi pada kenyataannya saat itu memang cukup sulit mendapatkan tanggal yang pasti, sedangkan Pemerintah Jakarta saat itu membutuhkan sebuah keputusan cepat mengingat daerah ini merupakan IBIUKOTA NEGARA RI, sehingga sejarahnyapun harus terlihat "jelas". Bung Karno secara tidak langsung juga telah mendesak Dr. Sudiro yang pada saat itu menjabat GUBERNUR Jakarta agar segera menetapkan Hari Jadi Kota Jakarta. Dapat dikatakan bahwa tanggal 22 Juni 1527 atau 22 Ramadhan 933 H merupakan hari jadi kota Jakarta yang didasari atas sebuah keputusan politik. Sedangkan Al Fatawi jauh sebelumnya sudah menulis secara tegas bahwa Jayakarta terbentuk pada tanggal 1 Syawal 933 Hijriah. Dan itu ditulis secara bersanad oleh para pemelihara sejarah Jayakarta (Mushonif). 

Wallahu A'lam bisshowwab...

POROS KEKUATAN ISLAM PADA MASA JAYAKARTA 1527 - 1629

1. Para keluarga dan kerabat Kesultanan Pasai melakukan hijrah ke Sunda Kelapa setelah adanya provokasi dari Kerajaan Katolik Portugis di Aceh dan kemudian keluarga tersebut berhasil melakukan proses Islamisasi sebelum akhirnya langkahnya terhambat dengan adanya perjanjian antara kerajaan Pajajaran dengan Portugis di tahun 1522, namun 5 tahunkemudian kekuatan Islam Pasai timbul kembali setelah Fattahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa dengan damai.

2. Majelis Wali Agung dibawah komando Wali Senior seperti Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga memberikan mandat kepada Kesultanan Demak untuk menguasai Sunda Kelapa secara damai serta menyelamatkannya dari ancaman misi Kerajaan Katolik Portugis yang saat itu merupakan kekuatan militer laut terbesar di dunia bersama spanyol.

3. Kesultanan Demak dibawah pimpinan Sultan Trenggono menugaskan Keponakannya yang bernama Pangeran Aria Penangsang alias Aria Jipang alias Ratu Sahibul Ma'rifah alias Raden Bagus Sayyid Husein untuk membantu Fattahillah dan Maulana Hasanuddin Banten menggelorakan dakwah serta mengatur pemerintahan Jayakarta.

4. Keluarga Kerajaan Pajajaran yang ada di Jayakarta mengalami proses Islamisasi setelah terjadinya pernikahan antara Penguasa Sunda kelapa Ratu Sri Janar yang merupakan keturunan Pasai dengan Singa Menggala anak Prabu Surawisesa dari Kerajaan Pajajaran. Pertalian semakin kuat manakala Keluarga Demak melalui Aria Jipang telah menikahi Ratu Ayu Jatibalabar binti Singa Menggala bin Prabu Surawisesa. Aria Jipang nantinya juga menikahi anak Fattahillah.

5. Kesultanan Cirebon menugaskan Maulana Hasanuddin untuk menjadi Pangeran Ratu Jayakarta pertama sebelum beliau menjadi Sultan Banten yanģ pertama di tahun 1552. Kesultanan Cirebon melalui perintah Sunan Gunung Jati juga mengutus Pangeran Kuningan Awangga , Fattahillah dan para wali untuk menyebarkan Islam di bumi Jayakarta. 

6. Kesultanan Banten dibawah kepemimpinan Maulana Hasanudin telah memberikan mandat kepada Pangeran Wijayakusuma bin Fattahillah untuk meneruskan tampuk kepemimpinan di Jayakarta dan melanjutkan dakwah Islamiah.

7. Sebagian keluarga besar Jayakarta, Demak, Cirebon, Banten dan Majelis Wali Agung melakukan misi dakwah secara meluas ke wilayah sumatra. Mereka hijrah dan memasuki wilayah Lampung, Sumatra Selatan seperti wilayah Komering, Ogan hingga tembus ke Palembang, beberapa tokohnya bahkan kemudian menetap dan membuat pemukiman, mereka diantaranya Aria Jipang Jayakarta, Aria Sakti Mataram (adik Aria Jipang), Walliyullah Muhammad Zaka bin Fattahillah, Waliyullah Tuan Umar Baginda Saleh bin Fattahillah, Waliyullah Kyai Abdul Aziz Nogowongso bin Fattahillah, Waliyullah Kyai Abdurahman Bondrowongso bin Fattahillah, Waliyullah Amir Qodhi bin Sunan Kudus, waliyullah Amir Hamzah bin Sunan Kudus, Tuan Hamim/Tuan Di Pulau (Trah Sunan Gunung Jati), Waliyullah Pangeran Mas (cucu Sultan Trenggono), Keluarga besar Sunan Giri, Keluarga Besar Sunan Ampel, dan juga Keluarga besar bangsawan Sunda.

8. Poros Malaka dan champa juga ikut menjalin kekuatan dan menyemarakkan Islam dengan masuknya para wali-wali besar ke negeri Sunda seperti Syekh Datuk Kahfi dan keluarga Syekh Quro Karawang di timur Jayakarta.

9. Kesultanan Mataram dibawah Pemimpin besarnya Sultan Agung Mataram berhasil menjalin kekuatan dahsyat bersama Mujahid Jayakarta dan Mujahid Jawa dan Sunda pada tahun 1628 - 1629 M. Mereka juga berhasil melakukan misi dakwah di wilayah barat dan pusat jayakarta.

10. Jayakarta juga membentuk poros Islam yang kuat dengan Sulawesi, ini dibuktikan dengan banyaknya wali-wali dari Makasar yang bergerak di arah Timur Jayakarta serta membantu Banten yang bertempur dengan VOC di Batavia.

Sumber : Kitab Al Fatawi, Kitab Wangsa Aria Jipang dan Arsip Keluarga Dzurriyah Jayakarta

FAKTA SEJARAH JAKARTA DI KITAB AL FATAWI


Sunda Kelapa para penguasanya beragama Islam, ini karena mereka sebagian berasal dari Pasai. Mereka hijrah dari Pasai ke Sunda Kelapa ketika Portugis mulai menekan Aceh.

Diantara penguasa Sunda Kelapa ada yang merupakan paman dan bibi dari Fattahillah 

Kekuasaan Sunda Kelapa masih Islam sekalipun sudah dibawah pajajaran. Kedua kekuatan malah menjadi satuketika putra Prabu Surawisesa yang bernama Singa Menggala menikah dengan Ratu Sri Janar Penguasa Sunda Kelapa

Keraton Marunda Kelapa terdapat di Marunda tepatnya di masjid Al Alam Marunda

Keraton Jayakarta bukan dibakar oleh pasukan Jan Pieterzoon Coen tapi ia sengaja dibakar Mujahid untuk mempermudah evakuasi rakyat melalui jalur darat

1 Syawal 933 Hijriah adalah HUT Jakarta yang pertama 

Jayakarta mencapai puncak kekuasaannya pada tahun 1540 - 1546 

Luas kekuasaan Jayakarta pada masa kejayaannya meliputi Tangerang, Bekasi, Karawang, Depok, perbatasan bogor, Seluruh Kepulauan 1000.

Masjid-masjid tua di Jayakarta seperti Kampung Bandan, Angke, Pekojan, Al Mansuriyah, masjid Jayakarta mangga dua pada mulanya merupakan kantong kantong perjuangan para mujahid Jayakarta sampai kemudian diketahui penjajah kafir harbi dan akhirnya dilarang digunakan untuk kegiatan lain selain hanya untuk ibadah saja 

Tete Jongker yang makamnya di Marunda nama aslinya adalah Kapitan Ahmad Sangaji yang turut membantu mujahid Jayakarta. Tete Jongker istrinya adalah Ratu Ayu Fatimah dari Jipang Pulorogo. Dia Syahid di Marunda, VOC menganggapnya sebagai penghianat

Peter Ebveperlt adalah Muallaf karena telah menikah dengan adik Raden Karta Aria/Raden Zakaria/Pangeran Ratu Jayakarta V

Raden Ateng Kertadria atau Raden Karta Aria atau Raden Zakaria adalah Pahlawan Perang Pecah Kulit, beliau adalah tokoh penggerak Mujahid Di Jayakarta, namun sayang dia dihianati oleh bangsanya sendiri

Jan Pieterzoon Coen tewas bukan karena kolera tapi dipenggal oleh Mujahid Jayakarta 

Pitung atau Pituan Pitulung adalah organisasi Jakarta pertama yang berani melakukan perlawanan terbuka 

Muhammad Husni Thamrin kumpinya adalah Sultan Pontianak yang bermarga Al Qadri

ISTILAH SILSILAH LELUHUR JAKARTA


Perlu diketahui bahwa di Jakarta untuk memanggil para sesepuh, terlebih para leluhur, mereka mempunyai panggilan khusus. Ini juga nantinya akan berkaitan dengan urutan silsilah yang mereka miliki. Diantara urutan Silsilah tersebut adalah sebagai berikut : 

1. Cucu
2. Anak
3. Ayah Ibu
4. Kakek/Nenek
5. KUMPI LAKI/KUMPI PUAN
6. Buyut Laki/Buyut Eneng
7. Gentur Siwur (Lk/Pr)
8. Udeg-Udeg (LK/Pr)
9. Janggawareng (Lk/Pr) 

Biasanya yang menjadi standar untuk diingat adalah 7 generasi keatas dan ini biasanya juga terjadi diberbagai daerah, idealnya memang kita harus mengingat lebih dari 7 generasi, syukur-syukur kita hafal sampai keakar-akarnya, ini penting agar kita tidak MATI OBOR dalam mengenal sejarah para leluhur kita, mengenal sejarah leluhur kita berarti juga mengenal sejarah yang berkaitan dengan daerah daerah yang pernah mereka pijak, apalagi mereka adalah tokoh tokoh besar dimasa lalu. MATI OBOR adalah penyakit yang memang sengaja ditanam penjajah, dengan MATI OBOR banyak dari kita tidak perduli lagi sejarah asli kita, bahkan dengan teganya menghina dan sinis kepada para leluhur yang pernah berjasa. Inilah salah satu pekerjaan penjajah yang tidak ingin bangsa ini melek sejarah dan melek ilmu nasab, padahal mereka sendiri sangat menjaga sejarahnya serta sangat peduli kepada perkembangan silsilah mereka. Penjajah banyak merampas buku buku sejarah penting milik kita, mereka banyak mencuri data-data silsilah bangsa kita, agar bangsa kita ini MATI OBOR. Orang yang mengetahui Sejarah garis Keturunan, baik milik dirinya atau milik orang lain, Insya Allah akan membantu dirinya dalam memecahkan kerumitan kerumitan sejarah yang selama ini sudah disebarkan oleh Penjajah melalui para sejarawan binaan mereka serta penulis-penulis yang "Anonim" pada bidang sejarah ataupun pada bidang ilmu sejarah, nasab dan geneologi.

Kita harus mulai melek atau sadar akan hal ini, sebab Amerika Serikat dan negara negara eropa saja sangat memperhatikan hal seperti ini, Tidak percaya? lihatlah setiap pemilihan Presiden AS, hal seperti ini mutlak sangat mereka perhatikan. Bahkan di Amerika Serikat ada perpustkaan Silsilah terbesar di dunia. Jangan kira bangsa eropa tidak melek akan hal yang satu ini. Oleh karena itu Justru bangsa kita ini sudah saatnya harus lebih dari mereka. Membicarakan hal diatas bukanlah hal yang tabu, bukan juga berkaitan dengan hal-hal yang feodalistik atau "gila" akan kehormatan atau yang berbau ningrat, atau juga bukan juga berkaitan dengan hal klenik aatu ghaib. Semata-mata semua adalah untuk kebaikan kita sendiri dan juga keluarga besar kita. Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menjunjung tinggi mereka yang bisa memelihara garis keturunan, karena didalam garis keturunan itu (nasab) terdapat hal-hal yang bersifat silaturahim.....

KOMPLEK PEMAKAMAN WALI MASTUR DI MASJID AL MUFLIHUN TANAH KUSIR BINTARO JAKARTA SELATAN


Masjid yang penuh dengan getaran para wali ini sudah lama menjadi target untuk saya ziarahi. Disini banyak dimakamkan para wali, namun kesemua wali itu mastur. Masyarakat hanya tau kalau disitu terdapat banyak makam Syekh dan wali-wali, nama mereka tidak ada yang tahu apalagi para sesepuh asli kampung banyak yang wafat, namun demikian masyarakat asli daerah ini yang sepuh dan masih hidup sangat menghormati keberadaan makam-makam misterius ini. Ada yang mengatakan kalau salah satu makam tersebut adalah ayah ? dari Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas Empang Bogor. 

Di komplek makam ini juga terdapat makam mertua Habib Riziq Syihab yang merupakan keturunan Sayyid Usman bin Yahya Mufti Betawi. Menurut pengurus makam bahwa yang dulu sering ziarah banyak orang-orang Arab dan juga orang orang dari luar Jakarta. Dahulu masjid ini yang mewakafkan adalah orang arab setelah itu orang Betawi, sehingga tidak mengherankan kalau disini banyak makam orang arab.

Memasuki wilayah ini ada perasaan tenang dan damai. Saya bahkan sempat tertidur pulas di teras masjid. 

Dua kali sudah saya menziarahi makam makam disini....termasuk dengan istri saya yang sedang hamil. Entah mengapa kami berdua di masjid Al Muflihun merasa kerasan dan betah.

Pengurus makam mengatakan bahwa masjid Al Muflihun adalah salah satu masjid tua di Jakarta Selatan. Keberadaannya telah menjadi sebuah identitas kebanggaan bagi masyarakat sekitarnya. Sekalipun lokasinya sudah dijepit pemakaman tanah kusir dan jembatam layang toh kondisi masjid ini masih menjadi magnet bagi mereka yang senang ziarah...

PITUNG PENGANUT ILMU RAWE RONTEK ???


Sebenarnya saya agak sungkan untuk menulis tema yang satu ini, tapi bila melihat beberapa informasi yang bertebaran di berbagai situs yang ada, saya akhirnya terpanggil juga untuk menanggapinya. 

Pitung atau Pituan Pitulung adalah sebuah organisasi yang bertujuan melakukan jihad fisabilillah di bumi Jayakarta/Jakarta. Gerakan mereka dibentuk pada tahun 1880 oleh KH Naipin (Ratu Bagus Arifin) yang berasal dari Tenabang. Di bawah bimbingan para ulama-ulama Jayakarta gerakan Pitung menjadi momok besar bagi Pemerintah Batavia. 

Di dalam perjuangan sudah tentu mereka itu dibekali berbagai pengetahuan dan ketrampilan untuk menghadapi penjajah dan antek-anteknya, dari mulai pengetahuan strategi, pengetahuan politik, pengetahuan militer, pengetahuan keorganisasian, pengetahuan diplomasi, pengetahuan Agama dan sudah tentu ketrampilan bela diri yang pada masa itu memang wajib dipelajari. Pitung adalah sebuah gerakan “cerdas” mengingat para anggotanya adalah santri-santri terbaik dari Pesantren Haji Naipin). Mereka adalah kader-kader terbaik yang memang sudah disiapkan para pejuang-pejuang Jayakarta yang berada di balik sosok KH Naipin. 

Secara silsilah sebagian besar anggota Pitung adalah keturunan mujahid-mujahid Jayakarta masa lalu yang tersebar di beberapa wilayah. Para pejuang-pejuang Jayakarta yang namanya tertera di di kitab Al Fatawi itu terdapat di daerah-daerah seperti Jipang Pulorogo (Slipi, Palmerah, Kemandoran, Rawa belong, kemañggisan dan sekitarnya), Cengkareng, Jelambar, Tanah Abang, Kayu Putih, Tangerang, Kampung Bandan, Angke, Pekojan, Jembatan Lima, Ancol, Jatinegara Kaum, dll. 

Nama besar Pitung pada akhir-akhir abad ke 19 sangatlah menggetarkan penjajah, jangan dikira gerakan mereka itu dianggap biasa, karena sekelas Snouck Horgronye saja sampai ikut berkomentar dengan nada kesal karena sulitnya Pitung ditundukkan. Artinya gerakan Pitung benar-benar diperhitungkan oleh penjajah pada waktu itu.

Sebagai sebuah organisasi, sudah tentu dalam perjuangannya Pitung atau Pituan Pitulung mendapatkan banyak halangan dan rintangan. Diantara sekian masalah yang muncul adalah fitnah dan intimidasi yang dilakukan penjajah yang bekerjasama dengan tuan tanah china, centeng-centeng laknat dan marsose. Fitnah terbesar adalah ketika mereka dituduh sebagai perampok. Fitnah yang juga tidak kalah kejinya bahwa Pitung oleh penjajah dituduh menggunakan “ILMU KESAKTIAN” dalam melakukan aksi kriminal. Ironisnya kita sering terjebak dengan pendapat yang terakhir ini. Seolah Pitung hanya merupakan sosok pendekar semata dengan nilai plus kesaktiannya, padahal dibalik itu semua mereka adalah pejuang cerdas yang memiliki wawasan luas serta sangat faham dengan informasi yang berkembang saat itu, apalagi mereka dan guru-gurunya mempunyai jaringan perjuangan yang kuat dengan para pejuang wilayah lain, namun lagi-lagi area perjuangan mereka hanya dianggap “secuil” bagi penjajah dan antek-anteknya.

Sampai saat ini cerita yang paling sering berkembang tentang Pitung adalah tentang “KESAKTIANNYA YANG MANDRAGUNA” ketimbang kecerdasan-kecerdasan mereka dalam perjuangan. Banyak yang lupa kalau Pitung ini telah berhasil melakukan penyadaran-penyadaran kepada rakyat agar berani melawan penjajah, bahkan Pitung juga berhasil “mengunci” ambisi para tuan tanah cina untuk menguasai Jayakarta secara menyeluruh. Mereka juga berhasil melakukan konsolidasi dengan keturunan (trah) pejuang yang ada di Jakarta. Jadi jelas Pitung adalah gerakan yang memiliki cakupan luas, otak dan kemampuan mereka jelas tidak hanya diperuntukkan untuk satu kemampuan saja, sehingga sangatlah ironis bila Pitung hanya diidentikkan dengan kesaktian belaka.

Salah satu yang paling sering dibahas adalah tentang ilmu yang dmiliki Pitung yang menurut sebagian orang adalah RAWE RONTEK. Saya tidak tahu kenapa hingga saat ini banyak yang percaya jika Pitung merupakan penganut ilmu yang kontroversial ini. Bagi anda yang belum tahu tentang ilmu Rawe Rontek ini silahkan tonton film JAKA SEMBUNG yang ditulis oleh Djair Warni dan diperankan oleh Barry Prima.

Namun agar tidak menjadi polemik saya akan mencoba membahas ilmu ini dari sisi pengetahuan yang pernah saya dapati.

Di beberapa daerah Indonesia ilmu Rawe Rontek ini memang ditengarai ada dan benar-benar nyata. Namun kalau itu dikaitkan dengan Pitung yang guru-gurunya ulama semua, rasa-rasanya perlu dikaji kembali pendapat yang mengatakan Pitung menganut ilmu Rawe Rontek. Ilmu Rawa Rontek adalah ilmu yang “diindikasikan” beraliran hitam, karena ilmu ini sifatnya bisa “menangguhkan” kematian ?. Betapapun badan anda dipotong-potong menjadi beberapa bagian namun jika penangkalnya sudah diperoleh, anda bisa hidup kembali seperti sedia kala. Saya sendiri pernah mendengar dari abang saya, bahwa pernah ada di sebelah kampung saya seorang jagoan kampung yang dibantai ramai-ramai oleh jawara lain karena masalah pribadi. Si Jagoan yang dibantai itu setelah tewas tubuhnya dilempar ke sungai Ciliwung, anehnya keesokan harinya, si Jagoan yang tewas itu sudah nongol dengan kondisi segar bugar. Bapak saya sendiri yang pernah hidup di dunia Pasar Senen pernah menyaksikan salah satu temannya “dicincang” rame-rame oleh musuhnya karena masalah “kekuasaan”, Saat itu sebenarnya beliau mau bantu, namun karena masalah ini adalah menyangkut harga diri, beliau hanya menyaksikan saja, apalagi beliau juga tahu bagaimana kemampuan temannya yang "dicincang' itu. Nah setelah dianggap tewas, temannya itu ditinggal begitu saja, tapi keesokan harinya temannya itu datang dalam kondisi sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun bahkan kemudian bisa ketawa ketiwi.

Menurut bapak saya, ilmu rawe rontek sebenarnya memang ada, hanya untuk memperolehnya diperlukan banyak syarat-syarat dan ritual yang berat. Saya pernah bertanya kepada beliau, ‘bagaimana bentuk amalan atau bacaan serta lelaku untuk memperoleh ilmu tersebut?” menurut beliau bacaan yang ada memang bercampur dengan bahasa-bahasa zaman dulu, tapi biasanya diujung kalimat ada penutup kalimat tauhid, Nah loh ? Sedangkan lelakunya kalau tidak sanggup bisa berakibat fatal (maaf kalau yang ini saya tidak bisa menjellaskan). Menurut beliau, mereka yang menganut ilmu ini bawaannya “panas’ dan “mudah marah”, bagi beliau ilmu ini tergolong “jahat” karena didalamnya ada beberapa ungkapan yang menunjukkan “seolah-olah” kita adalah “TUHAN”. Ilmu ini jika sudah masuk dalam ”taraf sempurna” memang luar biasa efeknya jika digunakan, sehingga tidak mengherankan pada era-era tahun 50an menurut beliau banyak para jawara besar Pasar Senen memburu ilmu ini hingga kebeberapa daerah pedalaman di Indonesia. Beliau juga menambahkan, ilmu ini memang “hebat” tapi pada akhirnya banyak orang bernasib tidak baik di akhir hidupnya. Di hari tua bahkan banyak yang menderita dengan adanya ilmu ini. Beliau mengatakan, “kalau bisa anak cucu saya jangan pernah menggunakan ilmu ini, saya haramkan keluarga saya menggunakan ilmu ini, Allah tidak ridho kepada mereka yang memakainya”. 

Dari pemahaman yang saya peroleh langsung dari ayah saya, jelas ilmu ini memang ada dan nyata.

Lantas bagaimana dengan Pitung ? (dalam hal ini mungkin yang dimaksud adalah Ratu Bagus Muhammad Ali Nitkusuma yang merupakan dedengkot Pitung). Apa benar beliau menganut ilmu Rawe rontek ? apa benar kalau dedengkot Pitung ini penganut Rawe Rontek “Putih” seperti yang dikatakan beberapa orang kepada saya. 

Ratu Bagus Muhammad Ali ini dalam hidupnya belajar agama, ilmu silat serta Tarekat kepada KH Haji Naipin (Ratu Bagus Arifin). Kalau ilmu rawa rontek dikaitkan dengan ilmu TAREKAT, saya kok merasa aneh ya ? karena pada masa lalu para penganut tarekat ketika berjuang banyak yang gugur syahid tertembak seperti Ji’ih, atau KH Wasit Cilegon. Kalaupun ada amalan atau zikir di dalam tarekat yang menyebabkan Ratu Bagus Muhammad Ali, Ratu Bagus Muhammad Roji’ih dan ke lima rekannya tidak mempan ditembak, itu semata-mata karena izin Allah, bukan karena mereka menganut ilmu rawe rontek ataupun memakai jimat-jimat. Lagipula tarekat itu kan tujuannya bukan untuk mencari “kekebalan” atau “keduniawian”, tarekat itu justru cara kita untuk mendekatkan diri dengan cara “khusus” yang prakteknya dibawah bimbingan para mursyid, masak iya para mursyid mengarahkan muridnya untuk mendalami ilmu hitam, logikanya dimana ??? Kalaupun nanti ada “kelebihan” yang dmiliki anggota Pitung itu adalah “bonus" yang diberikan Allah karena keistiqomahan penganutnya. Kelebihan yang diperoleh itu karena izin Allah karena mereka itu memang hamba-hamba yang soleh dan mujahid. Kelebihan-kelebihan yang diluar kebiasaan itu dalam taraf wali disebut Karomah, dalam taraf orang soleh dan orang-orang yang dikehendaki Allah itu adalah maunah, sedangkan rawe rontek ini justru cenderung Istidraj yang banyak diberikan untuk orang fasiq dan kafir, apalagi menurut bapak saya ilmu ini ada “campur tangan” jin untuk mengelabui pandangan mata orang awam. 

Sebagian leluhur Ratu Bagus Muhammad Ali dalam sejarahnya banyak yang gugur tertembak dalam jihad fisabillah. Ini semakin menegaskan kalau di dalam darah beliau tidak terdapat “gen” ilmu rawe rontek.. Kalaupun Muhammad Ali badannya dipotong-potong para pembunuh bayaran laknatullah dan marsose biadab, itu bukan karena beliau menganut ilmu rawe rontek, dipotong-potongnya tubuh dedengkot Pitung ini adalah demi untuk menghilangkan sejarahnya. Penjajah tahu, jika jenazah beliau dimakamkan pada satu tempat, maka akan banyak yang menziarahi sehingga pada akhirnya bisa membangkitkan perlawanan kembali. Penjajah itu tahu bahwa tradisi ziarah pada masyarakat Betawi itu sering menimbulkan perlawanan kepada penjajah dan tuan tanah cina. Biarpun penjajah Belanda ini berasal dari Eropa, kepercayaan terhadap budaya lokal setempat masih mereka anggap “suci”, terutama terhadap keberadaan makam-makam yang ada, apalagi negeri ini juga masih kental dengan budaya-budaya yang “agak” mirip dengan budaya kita. Jangan dikira tradisi ziarah kubur tidak berpengaruh pada masyarakat Betawi pada waktu itu. Perlu juga diketahui, setelah jenazahnya dimutilasi dengan cara biadab, sebagian tubuh Muhammad Ali masih sempat diselamatkan oleh keluarga besarnya dan kemudian sebagian tubuh itu dimakamkan di daerah bandengan utara dekat masjid Kampung Baru Jakarta Utara. Dalam kondisi seperti ini cerita sudah selesai, tidak ada lagi istilah Pitung bangkit dari kubur, toh buktinya tubuh Muhammad Ali setelah ditembak, dimutilasi, tidak hidup lagi, padahal tubuhnya itu menyentuh tanah yang merupakan sarat dari ilmu rawe rontek. sekali lagi ini membuktikan jika beliau memang bukan penganut ilmu Rawa Rontek..

Kalau ada yang mengatakan Pitung bangkit dari kubur, itu maksudnya Pitung-pitung lain yang masih berjuang, bukankah anggota Pitung ada 7 ? seperti kH Ahmad Syar'i dan 5 Pitung lainnya yang tersisa. Jadi Pitung, khususnya Ratu Bagus Muhammad Ali bukanlah penganut Rawe Rontek, tapi beliau adalah penganut Islam yang kebetulan mendalami ilmu tarekat kepada para ulama saat itu...dan secara takdir beliau juga diberikan beberapa kelebihan oleh Allah. namun pada waktunya, jika memang ajal menjemput, maka syahidlah beliau......

Semoga ini bisa menjadi pencerah buat kita semua, bahwa Pitung adalah pejuang murni yang menganut syariat Islam tanpa ditumpangi dengan ilmu-ilmu yang aneh yang justru tidak sesuai dengan syariat...Guru-gurunya adalah ulama semua, ajarannya juga sesuai dengan ajaran Majeliis Wali Agung dan Fattahillah yang menganut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah...

LAPORAN NAPAK TILAS SITUS MAKAM DI KEBAYORAN LAMA (SYARIFAH KHADIJAH)


Ini adalah hasil perjalanan saya kemaren. Situs makam ini sebenarnya tidak menjadi target napak tilas saya. Tujuan utama ke daerah kebayoran lama khususnya yang berdekatan dengan pasar dan stasiun untuk mencari jejak makam seorang tokoh dari Mataram. Namun tanpa diduga dalam perjalanan ini saya malah mendapatkan info tentang makam keramat ini.

Di sekitar daerah ini saya bertemu dengan Bang Mahmud dari IKB. Dari beliau saya banyak mendapatkan info tentang makam-makam tua di sekitar kebayoran lama. 

Menurut riwayat yang didapatinya dari orangtua dulu, diketahui bahwa Syarifah Khadijah ini adalah ibu asuh Habib Husein Luar Batang. Keterangan ini tentu sangat menarik mengingat sejarah Habib Husein sudah sangat populer.

Betapapun demikian ada hal yang menjadi pertanyaan saya terutama adalah tentang tanggal dan tahun kematian Syarifah Khadijah yang ternyata bila dibaca di batu nisannya berangka tahun 1931. Apakah disini ada kekeliruan pembuatan batu nisan ? Atau jangan-jangan ini adalah Habib Husein yang lain ? Sebab setahu saya memang banyak nama para Sayyid yang mirip baik namanya maupun binnya. Tentu adanya data nisan ini semakin menarik untuk dibahas mengingat cerita beliau sebagai ibu asuh Habib Husein sudah lama diketahui pada lingkungan orangtua yang ada disekitar masjid Al Alkhyar (lihat foto masjid). Yang juga tidak kalah menariknya pengurus masjid mengatakan kepada saya kalau Syarifah KhadIjah ini wafat masih muda.

Syarifah Khadijah sendiri semasa hidupnya dikenal sebagai wanita yang sholihah. Bahkan banyak yang meyakini kalau beliau inj adalah Waliyullah apalagi diketahui bahwa beliau ini mempunyai banyak "keistimewaan" di dalam hidupnya. 

Dahulu makam ini banyak yang menziarahinya, bahkan banyak orang-orang jauh, namun sejak kepengurusan masjid berganti, makam keramat ini jadi tidak terurus dan mulai dilupakan orang, padahal sejak dulu para sesepuh selalu menjaga dan memelihara mak ini...Dahulu makam tersebut diberikan kelambu dan dibangunkan ruangan tapi kini bisa dilihat kondisinya. Padahal hal hal tersebut adalah merupakan kearifan lokal.

Makam ini jelas merupakan "paku" bagi masyarakat sekitar, sudah selayaknya dipelihara dan dijaga...

Al Fatehah untuk Syarifah Khadijah...