Minggu, 28 November 2021

ABAH ABDURRAHIM, TOKOH SUFI DARI PETOJO SELATAN YANG MEYAKINKAN BUNG KARNO UNTUK BERTAUBAT

 Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah 

Akhir Februari 1967, ada sebuah pertemuan yang mengharukan antara Bung Karno, Dr. Soeharto dan seorang lagi yang bernama Abdurrahim. Bung Karno dan Dr. Soeharto memanggil beliau Abdurrahim dengan sebutan "KAKAK". Secara kebetulan tanggal dan tahun lahir Abah Abdurrahim dan Bung Karno adalah sama yaitu 6 Juni 1901, hanya Abah Abdurrahim lebih dulu lahir beberapa jam dari Bung Karno. Sehingga Bung Karno pun memanggilnya "Kakak"
Tidak banyak yang mengetahui bagaimana sebenarnya sosok yang dimaksud Kakak Abdurrahim, atau kalau boleh saya menyebut Abah Abdurrahim. Di mata Dr. Soeharto, sosok Abah Abdurrahim seorang sufi yang menjalani kehidupan dengan penuh kezuhudan. Sekilas jika saya perhatikan wajah Abah Abdurrahim ini sangat mirip dengan Bung Hatta, mereka bak pinang dibelah dua. Saya nyaris menganggap bahwa Abah Abdurrahim ini adalah ayah Ibu Rahmi Hatta yang juga bernama Abdurrahim, apalagi ayah dari rahmi Hatta dikatakan seusia dengan Bung Karno, namun ternyata sosok Abah Abdurrahim ini berbeda. Di banyak tulisan yang beredar banyak disebutkan nama Abdurrahim yang sering menemani Bung Karno bila ke Tanah Abang baik untuk membeli peci dan bertemu dengan tokoh-tokoh karismatiknya sepertii Datuk Mujib, dan kemungkinan 99 % Abdurrahim yang dimaksud adalah ya Abdurrahim dari Petojo Selatan, karena memang jarak antara Petojo dan Tanah Abang itu sangat dekat sekali...
Dr. Soeharto adalah dokter pribadi dari Bung Karno juga pernah menjadi menteri perindustrian di masa pemerintahannya. Bagi Bung Karno dan Bung Hatta, sosok ini sangat penting dalam sejarah kehidupan mereka. Melalui jasa Dr. Soeharto inilah Bung Karno bisa mengenal Abah Abdurrahim ini. Perkenalan antara Dr. Soeharto dan Abah Abdurrahim ini diawali pada tahun 1937 setelah secara ajaib Abah Abdurrahim ini berhasil "menyembuhkan" seorang pasien Dr. Soeharto saat praktek di RS Kramat Raya tahun 1937. Pasien tersebut tiba-tiba mengamuk, tidak ada yang bisa mengatasinya. Kebetulan saat itu Abah Abdurrahim sedang berada di lokasi sekitar rumah sakit tersebut, kemudian Abah Abdurrahim menawarkan dirinya untuk menanganinya. Tidak beberapa lama pasien yang ngamuk tersebut terdiam dan akhirnya tersadarkan berkat bacaan bacaan Alquran Abah Abdurrahim.
Sejak itulah hubungan mereka akrab dengan panggilan Dik dan Kak. Hubungan itu terus berlanjut, dengan diperkenalkannya Abah Abdurrahim dengan Bung Karno. Dari perkenalan ini diketahui ternyata Abah Abdurrahim ini juga "murid" dari Drs. Raden Panji Sosrokartono (kakak RA Kartini). Sehingga dari pertemuan itu menjadikan murid-murid Drs. Sosrokartono telah berkumpul. Sejak tahun itulah hubungan antara Abah Abdurrahim dan Bung Karno berlangsung akrab khususnya sebelum masa kemerdekaan, dan dari beliau inilah Bung Karno banyak mendapatkan nasehat dan masukan masukan yang berharga. Begitu akrabnya hubungan mereka, foto-fotonya nampak jelas menunjukkan itu semua. (namun karena saat ini para penerus dari abah abdurrahim ditetapkan untuk menjaga amanah, semua dokumentasi tersebut tidak untuk dipublikasikan, artinya hanya untuk kalangan tertentu saja).
Agustus 1945, Dr. Soeharto mendapat tugas dari Bung Karno untuk menemui Drs, Sosrokartono di Bandung guna meminta nasehat dalam membangun cita cita bangsa yang merdeka. Dr. Soeharto kemudian mengajak Abah Abdurrahim yang memang juga dekat hubungannya dengan Drs. Sosrokartono. Jam 11 malam mereka berangkat dengan suasana banyaknya tentara jepang yang berkeliaran di sekitar Kramat Raya. Sampai di Bandung, kedatangan mereka ternyata sudah ditunggu-tunggu Drs, Sosrokartono, padahal mereka tidak pernah memberitahukan siapa-siapa. Salah satu pembantu Drs, Sosrokartono mengatakan bahwa sudah sejak beberapa jam yang lalu Drs, Sosrokartono sudah menunggu mereka..padahal keduanya tidak pernah memberitahukan kepada siapapun karena hal tersebut dirahasiakan, namun sepertinya Drs. Soesrokartono ternyata sudah lebih tahu akan hal itu..aneh...
Seolah sudah memberikan isyarat...Drs, Kartono kemudian berkata..Selamat ! Selamat !
Pada pertemuan itu Guru dari Bung Karno itu menyatakan kekecewaannya karena Bung Karno tidak kunjung datang padahal banyak hal yang dia mau sampaikan mengenai nasib bangsa...
Abah Abdurrahim dalam sejarah kehidupannya banyak menolong orang dengan keahliannya. Rumahnya yang berada di Petojo Selatan X banyak didatangi orang dari berbagai daerah dari sejak tahun 30an sampai wafatnya nanti tahun 1967 tidak berhenti-henti tamu yang terus berdatangan. Dalam tulisan Dr. Soeharto, diketahui rumah yang dihuni oleh Abah Abdurrahim bernama "Pesantren Daroel Anam". Nampaknya "Daroel Anam" merupakan kelanjutan "Rumah Darussalam" Bandung yang dulu menjadi pusat "pengobatan" yang dilakukan oleh Drs. Sosrokartono melalui media air putih yang telah dibacakan ayat-ayat suci Al Aquran. Selain itu juga nantinya bagi yang berkepentingan akan diberi lembaran tulisan huruf alif.
Sama seperti Drs. Sosrokatono, Apa yang dilakukan Abah Abdurrahim juga demikian. Abah Abdurrahim menolong tanpa pamrih dari mulai penyakit hati sampai penyakit fisik. Kehidupannya diwarnai dengan puasa dan membaca Al Quran.
Pertemuan di akhir februari 1967 adalah pertemuan penting dalam hidup Bung Karno, dimana saat itu Abah Abdurrahim telah meyakinkan Bung Karno untuk bertobat dan meninggalkan nafsu duniawi. Dr. Soeharto menyaksikan langsung bagaimana Bung Karno meletakkan tangannya di pundak Abah Abdurrahim dengan menangis terisak isak dan berjanji untuk bertaubat kepada Allah.
Pertemuan tahun 1967 itu adalah atas permintaan Bung Karno melalui Dr. Soeharto.
Dalam pertemuan itu, Dr, Soeharto sempat meninggalkan keduanya untuk berbicara empat mata...Setelah pertemuan itu Abah Abdurrahim hanya diam dan bungkam, demikian pula Dr. Soeharto juga tidak banyak bertanya..
28 Maret 1967, setelah menderita sakit yang cukup lama dan penuh kesabaran, akhirnya Abah Abdurrahim wafat.
Di tahun 1969, Dr. Soeharto mendapat kesempatan 1 kali lagi untuk mengunjungi Soekarno. Dalam pertemuan itu Soekarno mengirimkan salam kepada semua teman-temannya. Bung Karno merasa kesepian. Pada pertemuan itu BUng Karno meniitip pesan agar Dr. Soeharto menemui Abah Abdurrahim, karena dalam kondisi saat itu Bung Karno membutuhkan nasihat spritual dari Abah Abdurahim. Dr. Soeharto hanya diam dan tidak memberi tahu kepada Bung Karno kalau Abah Abdurrahim sudah wafat. Keliatan sekali Bung Karno berharap bisa bertemu dengan Sang Sufi dari Banten itu..
Pasca wafatnya Abah Abdurrahim atau Syekh Abdurrahim ini, kegiatan di Daroel Anam dilanjutkan oleh murid-muridnya hingga saat ini di Petojo Selatan X Jakarta Pusat. Abah Abdurrahim dimakamkan di Cimanuk Pandeglang Banten. Saya sendiri belum mengetahui dimana posisinya makam beliau.
Sumber : R. Soeharto, Saksi Sejarah (Jakarta: Gunung Agung, 1982)