Minggu, 28 November 2021

BULAN BINTANG, LAMBANG PERJUANGAN LASKAR HIZBULLAH

Oleh : Iwan Mahmud Al Fattah

Dalam perjalanan sejarah negara-negara Islam termasuk Indonesia, salah satu simbol keislaman yang sering dimunculkan dalam gerakan Umat Islam adalah Bulang Bintang. Bahkan dalam era perpolitikan dari mulai masa Masyumi sampai pada saat ini simbol Bulan Bintang seolah menjadi “maskot” identitas keislaman. Dari beberapa sumber sejarah lambang Bulan Bintang populer digunakan pada masa Kesultanan Turki Usmani setelah keberhasilan mereka meruntuhkan benteng Konstantinopel. Sebagai kekuatan besar pada masa itu, tentu hal-hal yang berbau Turki Usmani menular kepada negara-negara Islam lainnya termasuk Indonesia. Turki Usmani pada masa itu adalah rumah besar ummat Islam dunia. Keberadaannya jelas mempunyai pengaruh pada negara-negara Islam seperti halnya Indonesia. Tidak mengherankan bila hubungan negara kita dengan mereka sudah terjalin ratusan tahun yang lalu melalui para utusan kesultanan-kesultanan di Nusantara.
Sampai saat ini bila kita lihat, lambang bulan bintang bisa ditemukan pada negara-negara yang penduduknya mayoritas Islam seperti : Turki, Al-Jazair, Azerbaijan, Komoro, Malaysia, Bahrain, Uzbekistan, Libya, Maladewa, Mauritania, Pakistan, Tunisia, dll.
Pada masa perjuangan terdahulu simbol bulan bintang pernah digunakan oleh Masyumi. Berdirinya Masyumi sendiri merupakan penganti dari Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) yang telah dibentuk pada tahun 1937 untuk menaungi berbagai organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) dan lainnya. Sayangnya akibat perbedaan pemikiran dan pandangan terutama dalam beberapa hal politik, kemesraan diantara organisasi besar Islam itu tidak berlangsung lama, dan pada akhirnya Masyumi di masa orla justru dibubarkan Presiden Soekarno dengan berbagai alasan.
Selain Masyumi, lambang bulan bintang juga telah digunakan oleh Laskar Hizbullah sebagai simbol perjuangan. Pemakaian simbol ini secara historis memang tidak terlepas dari adanya organisasi Islam Masyumi yang pada masa perjuangan kemerdekaan menjadi wadah bersatunya ummat Islam pada masa itu.
Bendera Laskar Hizbullah bentuknya sangat sederhana, yaitu berbentuk segi empat berwarna dasar hijau sebagai latar belakangnya. Sedangkan di tengah-tengah ada logo bulan sabit yang menghadap ke samping kanan dan bintang berwarna kuning emas di depannya. Adapun warna hijau memberikan simbol ketenangan, menyegarkan, melegakan. Selain itu warna kuning keemasan disimbolkan sebagai lambang kebesaran dan keanggungan, kewibawaan dan kemuliaan.
Kedua simbol Bulan Bintang ini dimaknai sebagai hati yang peka, yang secara realitas sebagai simbol Nabi/Rasul yang memiliki hati yang peka, penghambar (pembawa perubahan), utusan dan orang yang terpilih seperti bulan yang berbentuk bulan sabit dimaknai sebagai simbol hati yang represif terhadap cahaya ilahi, sementara cahaya ilahi sendiri disimbolkan dengan “Bintang Segi Lima”.
Lambang Laskar Hizbullah jika diamati mirip dengan yang digunakan Partai Bulan Bintang yang ketua umumnya Prof.Dr. Yusril Ihza Mahendra yang memang mempunyai hubungan historis dengan tokoh-tokoh Masyumi seperti Dr. Muhammad Natsir yang lambang organisasinya memang sama dengan Laskar Hizbullah.
Dokumentasi bendera resmi Laskar Hizbullah juga telah terabadikan dalam beberapa foto. Yaitu sewaktu apel gelar pasukan di Alun-alun Jogjakarta sekitar tahun 1946. Kemudian parade Laskar Hizbullah di Istana Kepresidenan Jogjakarta (Gedung Agung) saat peringatan HUT Angkatan Perang Republik Indonesia yang pertama pada 5 Oktober 1946. Serta yang termuat di buku Hizbullah Surakarta 1945-1950, karya Soepato, BA dari Solo. Juga terlihat pada dokumentasi dalam operasi penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Adanya fakta sejarah foto ini semakin memperkuat bahwa Laskar Islam pada masa lalu punya andil yang besar dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Beberapa puluh tahun lalu sebuah buku yang membahas tentang Laskar Hizbullah pernah muncul. Buku itu ditulis oleh pelaku sejarah langsung yaitu KH. M. Hasyim Latief. Beliau adalah salah seorang Komandan Tempur Hizbullah. Bukunya terbit tahun 1995 namun tidak memuat bendera Laskar Hizbullah berupa bulan sabit dan bintang. Justru yang dipakai sebagai ilustrasi cover depan buku tersebut adalah bendera negara Kanada yang sudah dimodifikasi warnanya. Bukan merah putih seperti aslinya tetapi hijau putih. Hal ini patut diduga, karena saat itu cukup beresiko memuat bendera berlambang bulan sabit dan bintang ketika pemerintah Orde Baru masih berkuasa. Sehingga untuk amannya dan menghindari bredel dari aparat berwenang, maka bendera Laskar Hizbullah pun tidak dipakai sebagai ilustrasi cover depan. Artinya dari keterangan ini lambang bulan bintang pada orde baru cukup membuat penguasa saat itu “panas dingin” karena khawatir munculnya gerakan islam yang militan seperti saat munculnya Laskar Hizbullah pada masa kemerdekaan. Fobia terhadap Islam memang pernah terjadi di masa orde baru, aktifis-aktifis Islam yang kritis banyak yang ditangkap-tangkapi. Penguasa orde baru, dalam hal ini Jenderal Soeharto pasti tahu bagaimana sepak terjang pejuang Hizbullah yang memang dikenal sangat berani dan militan, karena Jenderal Soeharto berada di dalam satu masa perjuangan dengan mereka. Orde Baru terutama di masa-masa tahun 70 -80an memang berusaha untuk "menekan" gerakan-gerakan Islam yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah. Sehingga untuk menahan laju kebangkitan gerakan islam, lambang bulan bintang ini “dilarang” dimunculkan pada masa itu.
Pada era kekinian terutama dalam dunia keorganisasian atau ormas Islam, lambang bulan bintang masih bisa kita temukan, namun nampaknya dalam dunia politik lambang bulan bintang ini tidak banyak lagi yang menggunakan, sepertinya masih banyak yang merasa “risih” jika lambang ini menjadi simbol untuk menggambarkan citra organisasi terutama bila berkaitan dengan politik, namun bila kita lihat di banyak masjid dan mushola, lambang bulan bintang tetap masih hidup. Sekalipun simbol terlihat mati, namun makna yang terkandung didalamnya sangat besar karena sarat dengan sejarah perjuangan bangsa kita.
Ingatlah pada sejarah, bahwa lambang bulan bintang ini dahulu pernah digunakan oleh untuk perjuangan dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan RI. Kehidupan yang kita rasakan saat ini tidaklah terlepas dari perjuangan mereka-mereka yang telah mengangkat tinggi-tinggi “bulan bintang’ sebagai identitas keislamannya…
Jakarta, 13 Agustus 2021.
Sumber :
Faisol, Moch. Jejak Laskar Hizbullah Jombang. Jombang: Pustaka Tebuireng, 2018.
M. Husein A. Wahab. Simbol-Simbol Agama. Jurnal Substantia, Vol 12, No. 1, April 2011 Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Subhan, M. Peran Pesantren Tambakberas Sebagai Pusat Laskar Hizbullah Di Jombang Tahun 1944-1948, UIN Sunan Amel 2019.