Kamis, 09 Desember 2021

"MASA FATRAH DALAM SEJARAH KENABIAN DAN STATUS KEIMANAN AYAH BUNDA RASULULLAH SAW"

Pengetahuan akan "Masa Fatrah" ini perlu kita pelajari bersama agar nantinya kita bisa mengetahui bagaimana sebenarnya kedudukan keimanan tauhid mereka yang hidup dimasa itu, terutama setelah periode Kenabian Nabi Isa AS selesai. Ini penting diutarakan karena akhir-akhir ini ada saja fihak-fihak yang mempertanyakan bagaimana sebenarnya status "keimanan" orang tua Rasulullah SAW juga mereka-mereka yang pernah hidup dimasa kosongnya masa kenabian dan kerasulan. Seolah ketika pertanyaan itu dilontarkan tidak ada beban didalam diri mereka, apalagi pertanyaan itu arahnya justru terkesan menjatuhkan pribadi orangtua Rasulullah SAW, hal yang seperti ini secara adab kurang pantas, sebab ini menyangkut erat dengan keberadaan Nabi yang sangat kita cintai, lucunya bahkan ada yang membandingkan posisi ayah bunda Rasulullah seperti kedudukan Abu Lahab...Jelas ini tidak sebanding dengan posisi ayah bunda Rasulullah SAW yang dalam sejarah hidupnya dipenuhi dengan kebaikan-kebaikan (silahkan dipelajari tentang sejarah Kehidupan Bani Hasyim)
Mempelajari sejarah Islam itu penting terutama sejak periode Nabi Adam AS sampai kepada Nabi Musa AS. Sebab sejak dari Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad SAW ajaran dasarnya tetap sama yaitu Mentauhidkan Allah, sehingga sekalipun nanti dimasa fatrah tidak ada Nabi dan Rasul namun selama disana ada nilai-nilai ketauhidan maka orang-orang atau ummat yang hidup saat itu tentu mempunyai ganjaran yang sama di mata ALLAH SWT...
Dalam sebuah definisi yang diberikan oleh Syekh Ahmad Al-Usairy, Masa Fatrah adalah masa terputusnya kenabian dalam jangka tertentu. Di masa itulah masyarakat dunia mengalami degradasi moral dalam kadar yang sangat tinggi. Pada masa itulah benar-benar dibutuhkan seorang nabi yang akan mengembalikan manusia kepada ialan kebenaran. Khususnya setelah terjadi penyimpangan dan perubahan terhadap agama-agama langit yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya. Sehingga, agama samawi itu sirna orisinalitasnya. Maka, datanglah kerasulan Muhammad SAW kepada semua manusia.
Risalah kenabian pernah terputus di Jazirah Arabia dalam jangka waktu yang panjang. Yaitu sejak masa Nabi Ismail AS hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Secara umum kenabian pernah terputus dari dunia sejak diangkatnya Nabi Isa AS yakni sekitar tahun 610 SM.
Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Azhar yang ditulis HAMKA, beliau menulis dalam buku nya Risal Al-Tauhid dengan gambaran yang nyata bagaimana kekacauan di zaman fatrah itu. Bila dilihat sejarah dunia pada masa itu akan nyatalah bahwa penghargaan atas nilai-nilai kerohanian, nilai Wahyu sudah benar-benar di kesampingkan.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapatlah diketahui bahwa masa fatrah adalah masa kosongnya kenabian. Di masa itu tidak terdapat seorang Nabi sebagaimana pada masa-masa terdahulu sehingga wahyu Allah tidak ada sama sekali. Dan ditengah masa fatrah, dekadensi moral telah melanda di berbagai kawasan belahan dunia baik itu di Persia, Romawi ataupun di Semenanjung Arab, beluam lagi kawasan-kawasan eropa yang belum mengenal peradaban seperti Negara-negara besar tersebut. Namun di balik dekadensi moral ini tidak semua orang ikut larut dalam perilaku jahiliah yang dilakukan bangsa-bangsa tersebut tidak terkecuali arab. Diantara mereka ada yang tetap mempertahankan ajaran tauhid kepada Allah. Ajaran tauhid secara estafet telah diajarkan mulai dari Nabi Adam sampai kepada Nabi Isa AS.
Pasca diangkatnya Nabi Isa AS ke langit, nampaknya ajaran tauhid mengalami ujian-ujian yang cukup berat, sehingga mereka-mereka yang mengalami penindasan banyak yang memutuskan keluar dari negerinya untuk mencari negeri yang dianggap aman. Salah satu negeri tempat mereka berpindah adalah Mekkah. Selain Mekkah mereka juga menyebar ke Syam, Palestina, Yasrib, Yaman, dll.
Adapun jarak antara Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW, ada yang mengatakan 540 tahun, ada yang 560 tahun bahkan ada yang menulis 600 tahun. Selama dalam kurun waktu itulah masa fatrah berlangsung. Tentu bukan sebuah pekerjaan mudah menjaga tauhid ditengah gempuran-gempuran kehidupan jahiliah, terlebih lagi kepada para penguasa maupun fihak-fihak yang mengatasnamakan “agama”.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana status keimanan atau bagaimana status mereka yang memegang ajaran tauhid di masa fatrah itu ? Bukankah di masa itu tidak ada Nabi dan Rasul ? Bagaimana posisi para ahli kitab yang saat itu mengetahui akan kedatangan Nabi Akhir Zaman ? Bagaimana kedudukan keluarga besar Nabi Muhammad SAW mulai dari ayah, kakek, buyut sampai kepada Adnan ? bagaimana status ketauhidan mereka ditengah kepungan kemusyrikan yang merajalela di tengah bangsa Quraish Mekkah ?
Pada buku yang ditulis oleh Kholilurahman ditulis yang ditulis secara detail dan terperinci dikatakan bahwa “Sebagian ahli fiqh menjelaskan bahwa orang yang meninggal sebelum sampai dakwah kenabian kepadanya sebagai orang yang selamat di akhirat kelak, tidak kena siksa, adalah karena mereka meninggal dalam keadaan fitrah (suci); tidak ada bukti bahwa dia telah membangkang, dan tidak ada bukti bahwa ada seorang rasul berdakwah kepadanya dan lalu ia mendustakannya”.
Sementara dalam risalah Masalik al-Hunfa al-Hafzih asSuyuthi menuliskan sebagai berikut: “Seluruh imam kita dari para ahli Kalam (kaum teolog) dan ahli Ushul dari ulama Asy’ariyyah, serta para ulama kita dari madzhab Syafi’i bersepakat bahwa orang yang meninggal sebelum sampai kepada dakwah Islam kepadanya maka ia termasuk orang yang selamat, mereka tidak akan masuk neraka, dan orang-orang semacam ini tidak boleh diperangi sampai ditawarkan kepada mereka dan dipanggil untuk masuk Islam, dan barang siapa membunuh (memerangi) orang itu maka ia terkena kewajiban membayar diyat dan kaffarah.
Ketetapan ini telah dinyatakan oleh Imam as-Syafi’i dan al-Ashhab. Bahkan sebagian Ash-hab as-Syafi’i menambahkan bahwa siapa yang membunuh orang seperti itu wajiblah ia dikenai qisas (balas dibunuh), tetapi pendapat yang benar ia tidak dikenai qisas karena yang dibunuhnya itu bukan orang muslim yang hakiki, sementara syarat qisas adalah adanya kesepadanan (mukafaah).
Ar-Rafi’i dalam kitab Syarh berkata: “Orang yang belum sampai kepadanya dakwah Islam maka tidak boleh diperangi sebelum disampaikan seruan dan panggilan masuk Islam kepadanya, jika ia dibunuh maka yang membunuhnya dikenai denda. Ini berbeda dengan pendapat Abu Hanifah; di mana beliau berpendapat bahwa orang tersebut dapat diambil hujjah darinya [artinya ia dituntut] karena ia memiliki akal. Adapun menurut kita (ulama Syafi’iyyah) bahwa orang semacam itu tidak dapat diambil hujjah darinya, dan tidak tidak dikenai siksa, Allah berfirman: “Dan tidaklah Kami (Allah) memberikan siksa hingga kami mengutus seorang Rasul” (QS. Al-Isra: 15)” 31 .
Al-Ghazali dalam kitab al-Basith berkata: “Orang yang belum sampai kepadanya dakwah Islam maka siapa yang membunuhnya dikenai denda membayar diyat dan kaffarah, namun begitu menurut perndapat yang benar ia tidak dikenai hukum qisas, karena orang tersebut bukan muslim hakiki, ia hanya seorang yang dalam makna muslim (fi ma’na al-muslim)” .
Ibnur-Rif’ah dalam kitab al-Kifayah berkata: “--Orang yang tidak sampai kepadanya dakwah Islam dihukumi dengan ketentuan-ketentuan di atas-- karena orang tersebut dilahirkan di atas fitrah (suci; artinya memiliki kesiapan untuk menerima petunjuk), lagi tidak nampak dari orang semacam itu bahwa dia benar-benar akan membangkang”.
An-Nawawi dalam menjelaskan masalah anak-anak orang musyrik dalam Syarah Shahih Muslim berkata: Madzhab yang benar, yang dipilih, dan yang menjadi pegangan para ahli tahqiq adalah bahwa mereka (anak-anak orang musyrik) bertempat di surga, dengan dasar firman Allah: “Dan tidaklah Kami (Allah) memberikan siksa hingga kami mengutus seorang Rasul” (QS. Al-Isra: 15). Seorang yang sudah baligh saja yang tidak sampai kepadanya dakwah Islam tidak terkena siksa maka terlebih lagi seorang anak yang belum baligh”
Dari pernyataan beberapa ulama yang telah disebutkan oleh al-Hafizh as-Suyuthi di atas tentang orang-orang yang tidak mendapati dakwah Islam dan mereka yang hidup di masa fatrah; -- seperti dari pernyataan al-Ghazali, Ibnur-Rif’ah, al-Fakhrur-Razi, Tajuddin as-Subki, dan lainnya menjadi jelas bahwa term “kafir” (artinya non muslim yang mengharuskan dia masuk neraka kekal di dalamnya) tidak boleh disematkan bagi orang-orang yang tidak mendapati dakwah Islam atau orang-orang yang hidup pada masa fatrah. Terlebih lagi bila term tersebut disematkan bagi kedua orang tua Rasulullah; maka jelas itu menyakiti hati Rasulullah SAW.
Pemaparan yang sistematis dari Dr. Kholilurahman ini semakin mempertegas bagaimana sebenarnya kedudukan seorang yang hidup pada masa Ahlul Fatrah tidak terkecuali orangtua Rasulullah SAW. Dalam buku sejarah Islam yang kami pelajari yang bersumber dari tulisan HMH Alhamid Alhusaini yang berjudul Siratul Mustofa, sebuah buku yang membahas sejarah Nabi, semua leluhur Nabi SAW belum ditemukan dari mereka yang melakukan praktek kemusyrikan seperti menyembah berhala seperti halnya yang dilakukan mayoritas kaum kafir Quraish lainnya. Sejak masa Adnan sampai kepada masa Abdullah, riwayatnya lebih banyak dipenuhi dengan kehidupan sosial kemasyarakatan karena memang leluhurnya Rasulullah SAW adalah orang-orang terpandang baik dari sisi moral dan etika ditengah masyarakat saat itu. Nasehat dan petunjuk mereka bahkan banyak yang menjadi sandaran bangsa quraish.
Selain orangtua Nabi dan para leluhurnya, mereka yang sering disebut Ahlul Fatrah adalah sbb :
1. Handzalah bin Sinwan
2. Zulqarnaen
3. Pemuda Ashabul Kahfi
4. Jirjis ; ia mengalami masanya kaum hawary
5. Habib Annajar : dia tinggal di Syam
6. Ashabul Ukhdud : Hidup di Yaman Najran
7. Khalid bin Sinan Al ‘Absiy
8. Riab Asy-Syanny
9. As’ad Abu Karb Al-Himyariy
10. Qus bin Sa’idah Al-Iyadiy:
11. Waraqoh bin Naufal (Pamanda dari Sayyidah Khadijah Al Kubro, istri Rasulullah SAW)
12. Pendeta Bahira
Dan lain-lain…
Berdasarkan keterangan-keterangan ini dapatlah diambil sebuah kesimpulan bahwa yang juga masuk golongan Ahlul Fatrah adalah Ayah dan Ibu Nabi, kedua orang tua Nabi termasuk ahlul fatrah, orang yang hidup dimasa fatrah, yakni suatu masa ketika terjadi kekosongan nubuwwah (kenabian) dan risalah (kerasulan).
Semenjak Nabi Isa AS hingga diutusnya nabi berikutnya,yakni Nabi Muhammad SAW, terpaut jarak waktu yang panjang. Umat manusia hidup tanpa adanya risalah kenabian. Para ulama mengatakan, manusia yang hidup di masa fatrah ini tidak dimintai pertanggungjawaban. Mereka mendasarkan pendapatnyapada firman Allah SWT yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengadzab (suatu kaum) hingga Kami mengutus seorang rasul.” (QS Al-Isra’: 15).
Dari ayat itu, orang-orang yang hidup sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, mereka adalah ahlul fatrah, yang tidak diadzab atas perbuatannya. Karena sebagai bentuk keadilan Allah adalah hanya mengadzab suatu kaum setelah jelas risalah datang kepada mereka namun tidak diindahkan.
Dari ayat itu pula dapat dipahami bahwa keluarga Nabi SAW sebelum dirinya diangkat menjadi nabi dan rasul adalah ahlul fatrah, dan karena itu mereka tidak diadzab dan tidak digolongkan sebagai orang-orang musyrik atau kafir.
Inilah sikap yang adil, lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka padahal tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada mereka. Bagaimana Allah, Yang Maha adil, sampai tega menghukum orang yang tidak tahu apa-apa ? Pendapat ini dikemukakan oleh banyak ulama, di antaranya Al-ImamAs-Suyuthi.

Wallahu A’lam bisshowab…

Sumber :

Ahmad Al Usairy, Sejarah Islam Sejak Masa Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta : Akbar Media, 2004), hlm. 72
Hamka, Tafsir Al Azhar, hlm. 198
Kholilurohman Abu Fateh, Kedua Orangtua Rasulullah SAW Penduduk Surga (Tangerang; Nurul Hikmah Press, 2019), hlm. 18, 28, 29.
HMH Al Hamid Al Husaini, Sirothul Mustofa,Jakarta : Al Hamid Al Husaini Press, 1990, hlm 82 - 93
Sumber Foto :

"Akun Youtube Yayan Mulyana" dan "Akun Youtube genteng nglayur trenggalek"

Jumat, 03 Desember 2021

KOLONEL KH NOER ALI (SINGA KARAWANG BEKASI) ULAMA LEGENDARIS BETAWI, PEJUANG KEMERDEKAAN YANG DIKAGUMI BUNG TOMO

 Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah 

Beliau seorang ulama legendaris Betawi dari Bekasi yang diakui perjuangannya secara nasional. Perlawanannya terhadap penjajah telah membuat Penyair Chairil Anwar takjub sehingga di kemudian hari dia membuat syair KERAWANG BEKASI yang fenomenal itu. 

Saya termasuk orang yang beruntung karena sejak tahun 1988 sd 1992 bisa bertemu beliau berulangkali dalam kegiatan keagamaan di wilayah Jakarta...salah satu ulama yang saya nanti nantikan memang beliau ini, suaranya tenang namun mengena. Penampilan beliau karismatik sekali dengan jubah dan ikat kepala. Kadang beliau memakai jubah hitam dan hijau yang membuatnya semakin berwibawa. Fisiknya gagah dan tegap..Mata beliau sangat teduh dipandang, setiap kedatangannya jamaah langsung berebut mencium tangan beliau.

Perjuangannya dikenal sangat heroik dan penuh dengan peristiwa yang selalu menjadi buah bibir pada masyarakat Jakarta, Bekasi serta wilayah-wilayah Jawa Barat. 

Lulusan Mekkah yang dikenal sangat patuh pada gurunya ini berjuang dengan penuh pengorbanan. Berbagai pertempuran dia lakoni demi mempertahankan kemerdekaan RI. Nyawanya selalu diburu Belanda. Namun setiap kali disergap beliau mampu meloloskan diri..

Salah satu pertempuran sengit yang pernah beliau jalani bersama anak buahnya adalah ketika berhadapan dengan tentara sekutu di Jembatan Kali Sasak Pondok Ungu. Kelak daerah tempat pertempurannya dinamakan Kelurahan Pejuang. Di Jembatan Kali Sasak pertempuran berlangsung sengit, namun karena beliau lebih mementingkan keselamatan anak buahnya maka beliau memerintahkan mundur teratur. Namun berkat perlawanan ini fihak tentara sekutu mulai berhati hati terhadap gerakan mereka. 

Selain di jembatan kali sasak KH Noer Ali juga berhasil melakukan perang urat syarat..strateginya yang cerdik yaitu dengan mengibarkan bendera merah putih di beberapa tempat telah mengagetkan fihak sekutu, karena dengan demikian keberadaan para pejuang ternyata masih ada. 

Berkat kiprahnya yang luar biasa salah seorang orator dan pahlawan nasional dari Surabaya yaitu Bung Tomo selalu menyebut nyebut nama beliau dengan gelar KYAI HAJI. Sehingga sejak saat itu beliaupun dipanggil dengan gelar KYAI HAJI. Perlawanannya yang gigih telah membuat para petinggi TKR (TNI sekarang) melakukan koordinasi. Jenderal Urip Sumoharjo (ada juga yang mengatakan Jendral Sudirman) memerintahkan beliau bergerilya di Jawa Barat. Strateginya dalam bergerilya diakui sangat jitu. Penyamaran beliau juga sangat rapi dan sulit untuk dilacak..

Tahun 90 awal saya pernah mendengar dari beberapa orang juga termasuk guru ngaji saya almarhum Ustadz Eka bahwa KH Noer Ali ini selain seorang ulama, beliau seorang yang ahli beladiri dan juga memang mempunyai beberapa "kelebihan" . Berulang kali disergap, diburu dan diancam selalu berhasil lolos. Peluru sepertinya "enggan" mengenai dirinya. Memang di dalam perjuangannya KH Noer Ali tidak lepas dari zikir dan wudhu. Kisahnya mirip  dengan Jendral Sudirman...selain itu sesuatu yang khas pada diri beliau adalah sorban yang melilit di kepala beliau...

KH Noer Ali setelah perang kemerdekaan berakhir akhirnya mematuhi pesan gurunya, Syekh Ali Al Maliki untuk berkiprah pada dunia dakwah melalui jalur pendidikan.Beliau masih ingat pesàn gurunya agar tidak bekerja pada bidang pemerintahan. Gurunya tidak meridhoi bila ia bekerja di pemerintahan...

Kini pesantren yang dibangun ulama yang merakyat telah menjadi besar di wilayah Bekasi...namanya harum semerbak sebagai pahlawan sejati...

Alfatehah untuk Pahlawan Nasional Sang Singa Karawang Bekasi KH Noer Ali.... 

"Sumber tulisan dan foto  dikutif dari berbagai sumber baik media online maupun buku, jurnal dan tulisan yang beredar di medsos.."

"KRONOLOGIS BERDIRINYA KOTA JAKARTA YANG DIAWALI DENGAN TRILOGI PERTEMPURAN BERSEJARAH"

 Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah 

Bermula akan ambisi Kerajaan Kristen Katolik Portugis yang membawa Misi Gold Gospel & Glory. Maka sejak saat itu dimulailah  TRILOGI Perang Salib Di Asia Tenggara antara Kekuatan Islam Nusantara melawan salah satu Militer Angkatan Laut Terkuat Di Dunia saat itu yaitu Portugis. 

Pertempuran babak pertama terjadi di Malaka tahun 1511 M. Sayangnya dalam pertempuran tersebut Portugis berhasil mengalahkan Kesultanan Malaka dengan telak. Ini akibat minimnya pengetahuan militer dan  persenjataan yang masih sederhana. Saat itu banyak fihak yang ikut membantu berperang termasuk Kesultanan Islam Demak...namun apa daya...Malaka akhirnya runtuh. Minimnya pengetahuan militer Nusantara memang kalah jauh jika dibandingkan dengan Portugis yang saat itu sedang mencapai puncak kejayaannya..

Jatuhnya Malaka berimbas pada peta pelayaran Nusantara.  Banyak pedagang yang kemudian berusaha untuk merapat ke wilayah Jawa dan Sunda karena dirasa masih aman dan cukup menjanjikan dalam dunia perekonomian...

10 tahun dari masa kekalahan di Malaka , nampaknya fihak Kesultanan Demak masih berusaha untuk kembali meruntuhkan kekuatan  Portugis yang semakin berjaya di tanah Malaka. 

Pertempuran kedua kemudian terjadi tahun 1521 Masehi di perairan Selat Malaka. Kali ini semua Panglima Perang Demak terbaik dikerahkan. Pati Unus dipercaya untuk memimpin puluhan ribu mujahid untuk menghancurkan Benteng Portugis. Saat itu Pati Unus dibantu oleh Fattahillah, Syarif Fadilah Khan. Juga tidak ketinggalan kiprah dari Fihak Cirebon, Banten, Maluku, Borneo, Palembang, Lampung, Ampel, Giri, Madura, dll. 

Pertempuran dashyat terjadi...namun sayang...lagi lagi umat Islam mengalami kekalahan telak, padahal jumlah pasukan Islam  sekitar 10.000an plus kapal kapal junk yang dilengkapi persenjataan perang. Pati Unus bahkan dengan gagah berani turun langsung ke medan perang. Lautan Malaka riuh bergemuruh akan suara  takbir para mujahid. Pada perang tersebut akhirnya Pati Unus syahid tertembak di kapalnya. Kematian Pati Unus sangat mengguncang moral pasukan muslim. Sehingga kacaulah formasi pasukan sehingga akhirnya Portugis untuk ke 2 kali meraih kemenangan telak. Kekalahan pasukan Islam bila dilihat saat itu ternyata bersumber dari minimnya tehnologi persenjataan. Jumlah pasukan yang banyak ternyata tidak mampu meruntuhkan portugis yang memang dikenal lihai dalam perang lautan. Taktik yang digunakan pasukan islam juga mudah terbaca. Expedisi militer laut Kesultanan Demak ternyata  beritanya sudah tercium  sejak awal oleh fihak Portugis sehingga pasukan dari Kerajaan Katolik ini bisa mempersiapkan lebih dahulu benteng dan peralatan tempurnya. Akhirnya setelah Pati Unus syahid, panglima perang yang ada memutuskan untuk segera mundur. Fatahillah karena tidak bisa memasuki jalur menuju Jawa dan Palembang akhirnya memutuskan berlayar ke Mekkah sambil belajar menuntut ilmu dan mencari dukungan. Sedangkan Syarif fadilah Khan yang berhasil lolos dari sergapan kapal portugis langsung memutuskan untuk merapat  Ke Palembang.

Kekalahan kedua fihak Demak terhadap Portugis sangat terasa efeknya di pulau jawa dan Sunda....sehingga berpengaruh secara psiikologis bagi rakyat. Majelis Dakwah Walisongo.juga khawatir akan terhambatnya penyebaran agama di wilayah Nusantara jika Portugis berhasil masuk melakukan misinya, apalagi Portugis dikenal sangat anti akan keberadaan umat Islam dan orang orang Arab. 

Tahun 1521 Sultan Trenggono naik jabatan menjadi Sultan Demak ke III menggantikan Pati Unus dan digelari dengan nama SULTAN AHMAD ABDUL ARIFIN. Sejak saat itulah Sultan Trenggono bertekad untuk menggagalkan rencana Portugis yang bertujuan untuk menyebarkan misi Gold, Gospel dan Glory. Keinginan Sultan Trenggono atau Sultan Demak Bintara III ini didukung penuh oleh Majelis Para Wali saat itu. Majelis Para Wali (Walisongo) sangat khawatir akan misi Portugis, apalagi saat Portugis di Malaka De Alfonso bertekad akan mengusir habis umat Islam dan orang-orang Arab.

Selama  5 tahun  Sultan Trenggono kembali mempersiapkan diri untuk.menghadapi kekuatan  militer laut Portugis...

Di tahun 1522 M Sultan Trenggono merasa resah karena terdengar kabar jika fihak Portugis telah melakukan perjanjian politik dan dagang dengan Pajajaran. Sunda Kelapa yang saat itu merdeka dan posisinya strategis akhirnya juga diambil alih pajajaran. Terikatnya Sunda Kelapa dengan Pajajaran justru menambah tekad kuat Sultan Trenggono untuk segera melakukan misi jihad suci untuk mengalahkan Portugis. 

Tahun 1526 - 1527 adalah masa masa yang menegangkan karena terdengar kabar jika Portugis akan merapat ke Sunda Kelapa untuk menagih janji ke Pajajaran. Akhir tahun 1526 atau bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi tanggal 12 Rabiul Awal 933 H. Sultan Trenggono menggelorakan misi jihad dan mengundang para mujahid dari seluruh Nusantara untuk bergabung dengan kekuatan yang sudah ada  dalam rangka menghadapi Portugis di Sunda Kelapa. 

Berbagai fihak dilibatkan. Panglima Perang yang dipercayakan adalah Al Hajj Fattahillah. Selain beliau ada nama Syarif Fadhilah Khan, melalui nama-nama inilah Sultan Trenggono mempercayakan misi bersejarah tersebutm

Sebelum masuk ke Sunda Kelapa maka Al Hajj Fatahillah meminta restu.dari Sunan Gunung Jati serta dukungan  penuh dari rakyat  Cirebon dan rakyat Banten. Setelah semua berjalan maka mulailah mereka berangkat. Ada yang lewat darat adapula yang lewat air.  

Akhirnya pada bulan Juni 1527 (ada juga yang menduga Juli) terjadilah pertempuran hidup mati antara pasukan Islam dan Pasukan militer Laut Portugis. Inilah pertempuran ketiga yang sangat menentukan, jika Islam kalah maka kemungkinan misi Portugis dengaan 3 G nya akan berjalan sukses dan sudah tentu nantinya akan mengubah "peradaban" yang ada di Jawa maupun Sunda. Boleh jadi bila Portugis berhasil mendarat mulus di Sunda Kelapa Islam     tidak akan pernah seperti yang sekarang ini. Bisa jadi wajah Jakarta akan sama seperti halnya Philipina....

Fatahillah sebagai Jenderal Perang tau betul akibat dari sebuah kekalahan perang. 2 x Demak kalah tentu Fattahillah telah belajar banyak...dan terbukti pada pertempuran ketiga ini akhirnya fihak pasukan Islam menang secara gilang gemilang...dan itu bertepatan tahun 1527 atau dalam kitab al fatawi tanggal 1 Syawal 933 Hijriah. 

Sejak kemenangan inilah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Fathan Mubina dan selanjutnya menjadi Jayakarta. Sebuah kemenangan yang nyata...

Inna Fatahna Laka Fathan Mubina...

'MENCINTAI KELUARGA NABI"

Oleh; Iwan Mahmud Al Fattah 

Dulu deket rumah ane ada Dzurriyah Nabi yang hidupnya miskin bahkan satu keluarga dianggap gila oleh masyarakat karena perilaku mereka, salah satu anggota keluarga mereka bahkan dikenal senang akan miras dan kelakuan jelek lainnya, satu lagi setiap hari ngoceh gak karuan hingga dianggap gila,  bahkan beberapa emak emak takut melewati rumah mereka, tapi emak bapak ane mengajarkan agar kami sekeluarga untuk tidak ikut ikutan memperlakukan mereka tidak layak, bapak ane bahkan suka diam-diam memperhatikan mereka dengan caranya sendiri. Bapak ane sekalipun dikenal keras dan gak kenal kompromi tapi kalau udah urusan sama orang susah air matanya mudah keluar dan suka ngebantuin semampunya,  beliau bahkan sering bilang, "jangan ganggu keluarga itu, bantu mereka, kalau mereka kaya gak mungkin mereka minta-minta.."

25 tahun berselang, suatu saat saya ketemu dengan sisa keluarga itu yang masih hidup di terminal kampung melayu jakarta timur, saya tegur dia, apakah masih kenal dengan saya dan keluarga besar saya...dia langsung teriak, "Masya Allah...., ane gak bakal lupa sama keluarga ente, keluarga ente baik banget, ujarnya sambil mau nangis..." ane dipeluk kemudian kepala ane diciumnya...waktu ane mau kasih dia uang, dia menolak dan bicara, "afwan gak usah, ane ada..", ane bilang, "ini hadiah dari ana.." akhirnya dia terima juga....sepanjang obrolan dia tidak henti-hentinya ngomongin keluarga ane...terus terang ane jadi gak enak dengernya karena takut jadi riya...pertemuanpun akhirnya berakhir..

Kini ane dengar dia sudah berada di Tegal kadang ane dengar di Purwokerto, ane dengar juga dia punya majlis zikir. Kontras dengan kondisinya dahulu yang sering dianggap aneh dan gila oleh masyarakat. 

Mencintai Keluarga Nabi adalah salah satu ajaran yang sering diwasiatkan oleh Emak Bapak ane...mau bagaimanapun kondisi mereka, kita tetap harus mencintainya karena Allah, apabila mereka melakukan kesalahan dan dosa kita harus mengingatkan, apabila mereka menyimpang kita nasehati dan ingatkan akan kiprah para leluhurnya. Terkadang ada dari mereka yang belum faham betapa berat beban moral menyandang predikat sebagai Dzurriyah Nabi karena dia akan selalu dijadikan uswah, bahkan ada juga dari mereka yang masih belum mengerti bahwa kehidupan seorang Dzurriyah Nabi itu akan terus dinilai oleh masyarakat dimanapun dia berada. Oleh karena itu tidak sedikit dari mereka yang berusaha menyembunyikan jati diri karena berbagai alasan demi untuk meringankan beban moral mereka. 

Dzurriyah Nabi itu hidup dengan berbagai latar belakang sama seperti kita, sehingga kitapun harus memahaminya secara terbuka dan bijaksana. Dzurriyah Nabi memiliki watak yang bermacam macam. Dalam dakwah ada yang berwatak lemah lembut, ada yang keras dan tegas, tidak jarang beberapa mereka dianggap kotroversi, namun satu hal yang sangat penting, ditubuhnya mengalir darah Nabi Muhammad SAW. Ini yang menyebabkan kita harus mencintainya karena Allah, jadi apabila mereka berbuat baik cintailah sebaik baiknya, apabila mereka berbuat buruk atau maksiat maka ingatkan, tegur dan  nasehatilah dengan sesabar-sabarnya. Bila masih belum berubah teruskan saja berdoa...Jangan membeda-bedakan Keturunan Nabi, kalaupun ada yang tidak berkenan dihati anda  karena mungkin perilakunya yang kurang layak, doakan saja agar Keturunan Nabi yang tidak anda senangi itu Allah berikan petunjuk dan Allah kembalikan dirinya sebagai seorang Dzurriyah Nabi yang sejati dan baik....tidak hanya baik secara nasab tapi baik  pula secara ilmu, akidah, dan akhlak...

Catatan Khusus :

Keturunan Nabi sering disebut dengan gelar HABIB (LAKI-LAKI), HABIBAH (PEREMPUAN), SYARIF (laki laki), SYARIFAH (perempuan), SAYYID (LK), SAYYIDAH (PR).  Kesemua mereka berasal dari Keturunan Sayyidina Husein Ra melalui Imam Ali Zaenal Abidin  dan Sayyidina Hasan Ra melalui Imam Hasan Al Mutsanna.

Di beberapa daerah atau negara lain panggilan mereka berbeda, Yik (Jawa Timur), Ayip (Palembang), Wan (Jakarta), Sidi (Sumbar),  Syed (Malaysia), dll. Di beberapa daerah bahkan  menggunakan gelar terhormat lokal karena mereka banyak yang menikah dengan pribumi.

"ULAMA SINGA PODIUM BETAWI"

Oleh : Iwan Mahmud Al Fattah

Penulis beberapa buku sejarah Islam di Jakarta

Selama ini kita mengenal Ulama Petamburan adalah seorang singa podium yang cukup konsisten. Dari awal kemunculan beliau terutama di masa masa tahun 98, gaya dan tutur ceramahnya tidak berubah. Ceramah dan pidatonya sering membuat banyak orang terhenyak bahkan baper stadium 4, bahkan tidak sedikit yang kupingnya "kepanasan" hingga mengalami "ketulian" akan sebuah kebenaran. Tidak sedikit juga fihak yang menuduh kalau ulama petamburan adalah sosok yang "kasar" dan 'sadis" ceramahnya. Hal lain yang sering terjadi, beberapa fihak ada yang hobi membanding bandingkan bahkan membenturkan dirinya dengan Zuriah Rasul lain yang ceramahnya lembut dan santun. Padahal kalau kita mau jernih, setiap orang punya watak, gaya atau "stail" tersendiri dalam berdakwah termasuk para Zuriah Rasul.  Antara Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein wataknya saja berbeda sehingga dalam menghadapi Bani Ummayah pun berbeda. Kalau Imam Hasan lebih cenderung akomodatif kalau Imam Husein lebih cenderung frontal. Namun kedua adik kakak ini saling memahami dan memaklumi tabiat masing masing. Antara Khalifah Umar dan Khalifah Usman terjadi perbedaan watak namun kedua duanya tetap dicintai Nabi..

Ulama Petamburan adalah sosok yang dikenal teguh dan kokoh seperti batu karang. Sekalipun pernah dicekal selama tiga tahun setengah di Mekkah toh ternyata gaya beliau masih sama seperti yang dulu, bahkan dalam beberapa hari ini justru semakin "keras" apalagi jika sudah menyangkut ketidak adilan dan kezoliman. Gaya ceramah seperti ulama petamburan memang beresiko besar karena tidak semua orang akan bisa menerima..tapi itulah hakikat perjuangan... . 

Ulama Petamburan adalah merupakan salah satu gambaran  atau tipikal ulama Betawi yang khas. Mungkin bagi orang lain gaya ceramah beliau kurang diterima, namun bagi masyarakat Betawi hal itu merupakan sesuatu yang biasa biasa aja. Keras menurut orang lain namun bagi masyarakat Betawi sih biasa saja. Urusan amar maruf nahi mungkar memang tidak boleh remang remang. Jadi kalau suatu saat anda menemukan ceramah seperti beliau  di Betawi ya biasa saja...namun demikian ceramah ceramah lembut dan juga penuh keilmuan ala Aa Gym, Ustadz Arifin,  juga banyak pula kok yang dilakukan oleh para ulama Betawi...tengok saja Hbb Ali bin Abdurrahman Assegaf, Hbb. Munzir Musawwa, Hbb. Jindan bin Novel, Hbb. Ahmad bin Novel bin Jindan, Hbb. Hasan bin Jakfar Assegaf, dll. Mereka semua itu punya hubungan baik dengan ulama petamburan

Kehidupan masyarakat betawi yang sering digambarkan dalam ceramah ceramah lucu yang dilontarkan ulama betawi adalah ha biasa, juga saling berbalas "celaan" adalah hal yang sering ditemukan pada masyarakat Betawi. Semua bertujuan untuk menambah keakraban bukan untuk merendahkan. Ceramah ulama petamburan kadang ada hal seperti itu. Kadang keras, tegas, lembut,  kadang juga diselipi humor ala Betawi...sayangnya kadang ceramah ceramah beliau sering dipotong potong hingga akhirnya sering dijadikan bullyan para pembenci beliau. Gaya dakwah adalah masing masing orang punya. Dan itu tidak bisa dipaksakan..tinggal jamaahnya bisa "faham" atau tidak.

Betawi itu kaya dengan istilah humor. Jadi ente jangan salah faham kalau suatu saat ada muncul ledekan seperti belatung nangka, kadal kebon, tokek langgar, kutil babi, ga'ang sawah, orang-orangan sawah, dll, itu semua bukanlah bermaksud "membinatangkan" atau melecehkan harkat martabat orang lain,  namun lebih sebagai perumpamaan yang ditujukan kepada mereka yang memang "tekak" untuk dinasehati.

Petamburan adalah salah satu kantong wilayah Betawi yang cukup khas kehidupannya. Berada dilingkungan kawasan tanah abang membuat nama Petamburan semakin tenar apalagi dengan keberadaan ulama petamburan. Sejak dulu wilayah tanah abang memang penuh dengan sejarah termasuk para ulama dan pendekar pendekarnya. Jadi munculnya ulama petamburan di kawasan itu dengan segala tipikalnya tidaklah mengagetkan saya. 

Selain nama beliau di Betawi kita juga akan banyak menemukan catatan sejarah dan kisah kisah ulama yang sangat berani dalam berdakwah.

Mereka dikenal sebagai penceramah dan oratur ulung di seantero Betawi. Pidato mereka dikenal sangat menggelegar dan penuh semangat..dalam momen-momen tertentu, sosok ulama yang mungkin sehari hari lembut dalam pengajian namun ketika berada diatas podium akan berubah menjadi sosok yang berwibawa dan tegas ceramahnya, tidaklah mengherankan keberadaan mereka sangat disegani oleh berbagai golongan pada masa hidupnya.

Salah satu ciri ceramah ulama Betawi, sekalipun mereka tegas bahkan mungkin keras dalam mengingatkan, semua itu bisa cair karena ceramah ceramah mereka sering diselipi humor-humor segar yang merakyat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Tidak usah heran mereka mungkin yang tersentil tidak marah karena penyampaian ulama Betawi itu kadang  "tegang" kadang lucu. 

Diantara mereka yang pernah dijuluki Singa Podium adalah : 

1. Al-hbb. Ali Al Habsyi Kwitang, dimasa penjajahan Jepang Habib adalah sosok yang sangat diwaspadai jepang karena pidato pidatonya yang mampu membuat semangat untuk melakukan perjuangan di tanah Betawi. Habib Ali Kwitang juga dikenal sebagai pelopor timbulnya majelis taklim secara terbuka pada masa penjajahan.

2 . Al-Hbb. Salim bin Ahmad bin Jindan, beliau kakek Habib Jindan dan Habib Ahmad bin Novel. 

3. Al-hbb. Novel bin Salim bin Jindan, ayah Habib Jindan ini pada masa hidupnya dikenal akan pidato pidatonya yang menggelegar dan berani. Saya termasuk orang yang sering melihat dan mendengar langsung ceramahnya.

4. Al-hbb. Syekh Bin Ali Al Jufri Condet, seringkali saya dapati beliau ketika  berceramah lantang dan lugas. Beliau juga dikenal memiliki jaringan yang sangat luas.

5. Al.hbb. Hamid bin Hud Al Attas, ceramahnya dikenal berani, di era 90an saya sering bertemu beliau dan menyaksikan bagaimana tegas dan lantangnya beliau ketika berceramah.

6.  KH Noer Ali (Singa Karawang Bekasi) namanya dipuji puji Bung Tomo. Alhamdulillah saya sering berjumpa beliau ditahun akhir dan awal 90an.

7. KH Abdurozak Makmun, beliau cucu Guru Mugni Kuningan dan salah satu kesayangan hbb. Ali Kwitang. 

8. KH Abdullah Syafii (Assyafiiyah), ulama karismatik yang ceramah-ceramahnya tegas, berwibawa dan berani. 

9. KH Zaenuddin MZ dai sejuta Ummat yang ceramah ceramahnya menasional.

10. KH Syaifudin Amsir, ulama karismatik, ceramahnya dikenal penuh dengan materi yang sangat berkelas, intonasinya suaranya mengingatkan akan KH Abdullah Syafii yang juga merupakan gurunya.

11. KH Asmuni Marzuki, di wilayah Jakarta Timur pada masa hidupnya ceramah beliau dikenal tegas, berani namun penuh dengan humor. Suaranya lantang dan berapi api.

12.  KH Fahrurrozi Ishaq. Jangan ditanya bagaimana cara ceramah beliau. Tegas dan berani itulah cirinya. Sekalipun demikian beliau juga sering menyelipi dakwahnya dengan humor humor merakyat.

13.  Ustadzah Siti Suryani Thahir. Ustadzah Suryani adalah tipikal wanita yang kalau ceramah tegas, kadang berapi api. Putri dari KH Tohir Rohili ini dikenal dekat dengan emak emak majelis taklim sejakarta. 

14. KH Abu Hanifah, ceramahnya dikenal tegas, berani dan lantang apalagi  jika sudah menyangkut kemungkaran. Berapa kali saya mendengarkan beliau benar benar tipikal ulama betawi banget.

Dan masih banyak lagi para macan podium Betawi yang saat ini banyak menyebar di seantero Betawi. Yang ane sebut ini baru sebagian kecil saja...belum  lagi ulama ulama luar yang sudah menetap di Betawi seperti Almarhum KH Hasyim Adnan juga yang saat ini dituakan yaitu KH Syukron Makmun, kalau kita keliling 6 wilayah Jakarta pasti akan menjumpai mereka.

Wallahu A'lam....

"HITAM PUTIH SOEHARTO"

Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah 

Akhir akhir ini banyak fihak yang membahas kembali masa masa  keemasan orde baru dengan tokoh utamanya Jenderal Soeharto. Namun disisi lain tidak sedikit yang menuduh kalau Soeharto dalang dari berbagai persoalan dimasa lalu terutama yang berkaitan dengan PKI. 

Tidak bisa dipungkiri Soeharto adalah salah satu sosok penting dibalik tumbangnya PKI setelah tahun 1965. Untuk hal ini sudah banyak fihak yang menyepakatinya walaupun ada juga beberapa orang  yang percaya bahwa Soeharto punya andil karena menurut Kolonel Abdul Latif sebelum G  30 S PKI meledak dia bertemu Soeharto dan melaporkan  (ini versi Latif yang merupakan Exekutor GESTAPU), selain itu ada juga yang mencurigai hubungannya dengan Letkol Untung. Namun sampai saat ini versi yang menuduh Soeharto ikut terlibat PKI masih perlu pembuktian sejarah dikarenakan tidak sebanding datanya dengan data sejarah pada umumnya.

Namun ada beberapa fase yang kiranya patut dipelajari agar kita lebih obyektif dalam menilai sosoknya..melihat sosok Jenderal Bintang 5 ini tidak bisa sebelah mata saja...benar kalau beliau punya jasa terhadap negeri ini namun perlu juga kita belajar dari kesalahannya  sebagai manusia biasa. 

Tumbangnya Orde Lama dan berganti menjadi Oede Baru adalah merupakan Babak Baru dalam sejarah bangsa kita. Sayangnya dibalik gemilangnya Orde Baru terdapat juga beberapa fakta yang miris.

Pada masa Orde Baru KKN sangatlah melekat kuat. Kolusi, Korupsi Nepotisme merajalela. Dalam hal sejarah juga terjadi pengkaburan misalnya peran Sri Sultan Hamengkubuwono yang terpinggirkan dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Peran Jenderal Nasution dalam sejarah militer hampir terpinggirkan. Orde Baru juga sarat dengan militerisasi. Di hampir semua jabatan pemerintahan sipil banyak militer aktif yang menjabat. Soeharto menafsirkan Dwi Fungsi ABRI melebihi apa yang dikonsep Pak Nas, sehingga Pak Nas seringkali bersuara kritis terhadap langkah dari Soeharto. Akibatnya Pak Nas dikucilkan dalam pergaulan milter. Bahkan bersama Petisi 50 Pak Nas, Ali Sadikin dan tokoh tokoh kritis lain mulai ditekan dan diintimidasi. Banyak tokoh Petisi yang hidupnya menjadi tidak nyaman karena intimidasi Orde Baru.  Melalui Benni dan Sudomo militer benar-benar berjaya. Polisi yang harusnya berwajah sipil bahkan sukses dijadikàn saudara kandung mereka.

Pada masa  Orde Baru, terutama di tahun tahun 70 dan 80an banyak sekali aktifis Islam yang juga mengalami tekanan demi tekanan sehingga tidak sedikit yang dipenjara. Pada awal awal berjayanya Orba terlihat sekali kalau Soeharto kurang sreg dengan gerakan Islam. Soeharto mulai agak melunak dengan gerakan Islam dengan merestui berdirinya ICMI. Soeharto juga banyak membangun Masjid Amal Bakti Muslim Pancasila. Dia juga dekat dengan Yasser Arafat. Namun demikian hubungannya dengan ormas dan organisasi Mahasiswa Islam masih sering terjadi ganjalan. Hubungan tersebut nampaknya masih panas dingin dan penuh intrik politik. Soeharto bahkan sukses memaksakan azas tunggal Pancasila ke dalam tubuh HMI yang saat itu bersuara kritis, HMI pun pecah menjadi 2, dengan NU misalnya, Soeharto mencoba melakukan ilfitrasi dengan mencoba menyingkirkan GUS DUR, namun GUS DUR rupanya tahu langkah ini, GUS DUR pun membalas dengan caranya, bahkan GUS DUR pernah menulis di dalam sebuah bukunya bahwa sosok SOEHARTO STUPID, hal yang membuat Soeharto semakin marah. Namun Soeharto juga berhati hati sekali dalam menghadapi Gus Dur mengingat loyalitas massa yang sangat kuat serta kyai kyai yang berdiri di belakang GUS DUR.

Dibalik sosoknya yang murah senyum, sosok Soeharto juga menakutkan bagi preman bertato di tahun 80an, berkat perintahnya Petrus (Penembakan Misterius) telah menjadi horor yang berkepanjangan...banyak preman yang mati mengenaskan dengan cara ditembak dan dikarungi. Ada selentingan bahwa preman yang  dihabisi adalah "binaan" yang bergerak secara liar karena tokoh dibelakangnya sudah wafat. Ide Petrus sendiri diakui Soeharto didalam buku oto biografinya.  Cara ini telah banyak membuat ulama meradang karena biar bagaimanapun preman adalah manusia yang layaknya diperlakukan sebagai manusia bukan seperti binatang. Peristiwa kelam yang juga sulit terlupakan dan terjadi dimasa orde baru peristiwa Tanjung Priuk yang berdarah darah yang menyebabkan ratusan korban terluka dan hilangnya banyak nyawa.. 

Dalam bidang ekonomi, nampaknya Soeharto terlalu memberikan kebebasan kepada anak anaknya, semua anaknya menjadi pengusaha kaya raya yang tidak ada satupun yang berani menyentuhnya. Seorang Benny Murdani yang mencoba menasehatinya saja telah dia singkirkan. Hubungannya dengan Konglomerat China juga merupakan hal yang lumrah. Bahkan taipan taipan ini mendapatkan fasilitas yang wah.. Bahkan beberapa dari mereka bisa dengan mudah menemui Soeharto. Sehingga wajar seorang Jenderal M Yusuf sampai pernah memukul perut salah satu taipan kesayangan Soeharto yang mau menenuinya karena bercelana pendek. 

Dalam bidang demokrasi...di masa orde baru adalah mimpi berkepanjangan kalau kita ingin melihatnya. Bagaiamana tidak...Soeharto membonsai partai menjadi 3 saja. Tidak ada kritik, bila ada, pasti orang yang mengkritik akan hancur lebur kehidupannya karena teror yang berkepanjangan...."demokrasi" hanya diwakili oleh Golongan Karya saat itu.  Pemilu hanya itu itu saja Calon Presidennya..semua ketok palu kompak menjadikan Soeharto sebagai Presiden. Bagi aktifis demokrasi Soeharto adalah musuh besar. Soeharto juga sukses mengkebiri beberapa aktifis 66 yang kritis untuk ikut didalam pemerintahnya,  hal yang betul betul sangat menjengkelkan seorang Soe Hok Gie.. 

32 tahun akhirnya Soeharto berhasil berkuasa. Dibalik itu  exs PKI dan simpatisannya pun masih menguntitnya dan menghitung terus berapa banyak kesalahan yang sudah dia perbuat...Disatu sisi usianya sudah sepuh dan rentan, hingga akhirnya dia tumbang di tahun 98. Yang ironis disaat akan jatuh orang orang yang dipercayainya justru menikung dari belakang. Namun demikian Soeharto masih bisa menikmati akhir hidupnya dengan baik, dia semakin religius dan telah menjauhkan diri dari hingar bingar kekuasaan yang sudah 32 tahun dipegangnya...orde reformasi pun muncul..

Soeharto adalah manusia biasa..dia tidak akan melakukan ini dan itu tanpa ada masukan dan bisikan dari orang orang di sekitarnya...artinya tanggung jawab tidak bisa dibebankan kepadanya seorang...seperti halnya Bung Karno yang telah memberikan angin kepada  PKI untuk berkiprah...semua tentu ada orang orang yang mempengaruhinya...

Soeharto sudah wafat...hanya Allah yang berhak menentukan nasibnya di Akhirat...kita hanya bisa belajar dari pengalaman hidupnya,  kekuasaan merupakan sebuah ujian terberat dalam sebuah kehidupan...Bung Karno, Soeharto, Gus Dur contoh dari itu semua....

Bagaimana dengan kondisi sekarang ? Nampaknya bila dibandingkan dengan orde lama dan orde baru, sekarang ini tidak lebih baik...bahkan dapat dikatakan lebih buruk...sepertinya para penguasa yang sekarang tidak pernah mau belajar dari kesalahan sejarah yang ada, rasanya aneh kalau berteriak teriak anti orde baru dan anti soeharto namun pada prakteknya jauh lebih buruk dari yang diteriakkannya..

Rabu, 01 Desember 2021

"PERTEMUAN HOS COKROAMINOTO DENGAN RASULULLAH SAW DALAM MIMPI (Berdasarkan Kesaksian AM Sangaji)"


Pada suatu hari Cokroaminoto membuat beberapa gambar yang diletakkannya dalam sebuah lingkaran, yaitu gambar kepada banteng, palu arit, pohon beringin, banteng utuh, matahari, bintang dan bulan bintang. Ketika ditanyakan oleh para pengikutnya ia menjawab, “Nanti gambar-gambar ini akan muncul, atau dipakai oleh pergerakan yang berada di Hindia Belanda”.
Sering keajaiban seperti itu terjadi, seolah-olah dia bisa membayangkan masa depan. “Barangkali karena ketekunannya beribadah dan keikhlasannya berkorban menyebabkan keberadaannya di dunia nyata makin dekat dengan alam kegaiban. Sebab, bukan mustahil seorang Muslim yang taat bisa memperoleh ilham dari Allah, seperti dapat dijangkau melalui sholat istikharah, demikian jawab sejumlah ulama ketika diminta pendapatnya mengenai beberapa kasus semacam itu.
W. Wondoamiseno menceritakan, ketika Mas Cokro menerima tugas untuk mengarang tafsir asas PSII, AM Sangaji, Ketua Lajnah Tanfidziyah diperbantukan kepadanya. Bagi Mas Cokro tugas itu dirasakan berat sekali sebab ia menyadari kelemahannya tidak menguasai bahasa Arab dan bacaannya juga tidak fasih. Akan tetapi sesudah selesai, hasilnya sangat mengagumkan, begitu mendalam dan teliti. Modalnya, kata W Wondoamiseno, hanyalah LA HAULA WALA QUWATA ILLA BILLAH, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Jadi bagaimana caranya Cokroaminoto mampu menyusun tafsir seindah itu ?
Di hadapan beberapa anggota dan simpatisan PSII, Ustadz Syekh Muhammad Mursyidi, pakar Islam dari Mesir, dan Syekh Salim Bahalwan beserta keluarganya, AM Sangaji telah menuturkan bahwa HOS Cokroaminoto mempelajari beberapa kitab, terutama tafsir-tafsir Quran dalam bahasa Inggris dan Belanda serta hadist-hadist Nabi SAW dalam kedua bahasa itu.
“Pada suatu malam”, kata Abdul Mutholib Sangaji (AM Sangaji), “ketika sedang membaca salah satu kitab tafsir, HOS Cokro tertidur. Kami terkejut sebab tiba-tiba Mas Cokro dapat berbicara dalam bahasa Arab dengan lancar dan fasih sekali. Kami membiarkannya berbicara terus dalam tidurnya, mirip orang yang sedang mengigau. Karena khawatir, istrinya membangunkannya pelan-pelan. Mas Cokro terjaga sejenak seraya berkata, “Diam. Aku sedang ketamuan Nabi Muhammad SAW dan sedang diajari ayat-ayat AL-Qur’an”, lalu ia tidur lagi dan melanjutkan bicaranya dalam bahasa Arab dengan lebih lancar dan sangat fasih. Sesudah itu Mas Cokro bangun lalu langsung mengambil pena untuk mencatat semua yang didapatnya dalam mimpi. Dengan wajah yang damai dan ceria ia berkata, “Aku merasa puas bisa bertemu Rasulullah SAW sendiri, sukur alhamdulillah”. Setelah itu saya pun segera mencium tangannya, “tutur AM Sangaji.
“Itu betul,” sambut Ustadz Syekh Muhammad Mursyidi. “Saya percaya Sayid Cokroaminoto bertemu dengan Nabi dalam mimpi sebab ia seorang pemimpin yang saleh. Andaikata ia berada di sini, saya pun akan mencium tangannya. Guru saya di Mesir juga pernah bermimpi seperti itu .”
Seorang pun tidak ada yang menyangkal karena tidak ada setan yang dapat menyaru sebagai Nabi Muhammad SAW meskipun dalam mimpi. “Berarti mimpi itu benar”, kata Ustadz Muhammad Mursyidi yang kelak membuktikan janjinya. Ketika ada kesempatan dengan Mas Cokro , ia segera mencium tangannya dengan penuh rasa cinta dan hormat setinggi tingginya.
BERTEMU DALAM MIMPI DENGAN RASULULLAH SAW MENJELANG WAFAT
Beberapa hari pada bulan Ramadhan 1353 H, Cokroaminoto menderita sakit di Yogyakarta. Anwar dan saudara-saudaranya dengan setia menunggu ayah mereka secara bergantian. Tampaknya kali sakitnya tambah memuncak walaupum sebetulnya Mas Cokro sudah sering mengalami peristiwa serupa. Bahkan pernah terjadi pada suatu malam, ketika tengah memuncak sakitnya, AM Sangaji tidak bergeser sedetik dan selangkah pun dari sisi pembaringannya. Tiba-tiba, menjelang tengah malam, Mas Cokro membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara nyaring dan merdu, dengan bacaan yang fasih sekali. Padahal, dalam keadaan sehat, bacaannya masih payah sekali.
Sesaat ruangan berubah menjadi terang benderang. AM Sangaji dan beberapa orang keluarga Mas Cokro terperanjat dan kagum sebab lampu kala itu hanya bersinar remang-remang. Seseorang berseru entah dari mana, “Bangunlah, bangunkan !”
AM Sangaji memegang lengan Mas Cokro seraya menggoyang goyang badannya, “Broer, Broer, mengapa ? Ada Apa ?
Sekonyong-konyong Mas Cokro bangkit dan duduk, lalu menjawab , “Ada tamu, ada tamu”.
“Siapa”? tanya AM Sangaji.
“Rasulullah”, ujar Mas Cokro, lalu ia tidur kembali..
Peristiwa itu berulang-ulang dialami HOS Cokroaminoto selama dua malam. Dan akhirnya memang terjadi, Mas Cokro, dipanggil pulang ke Rahmatullah pada hari Senin Kliwon, 17 Desember 1934, bertepatan dengan 10 Ramadhan 1353 H
Sumber Rujukan : Terdapat pada buku Pengembaran Batin Bung Karno oleh KH Abdurrahman Aroisi yang mengambil rujukan dari buku : HOS Cokroaminoto I & II, Bulan Bintang dan Hidup dan Perjuangan HOS Cokroaminoto, Amelz
Mungkin gambar 2 orang dan teks yang menyatakan 'Sayyidah Mawi Sam Habib Mony A.M. SANGADJI ENUJU INDONESIA MERDEK HOS JOKROAMINOTO'