Rabu, 17 Agustus 2022

"ULAR KEPALA DUA"

Tidaklah aneh bila yang namanya BUNGLON atau ULAR KEPALA DUA itu akan selalu ada..jadi anda tidak usah heran dan baper kalau akhir-akhir ini para poli TIKUS kita mendadak SYAR'I dan gemar mempertontonkannya menjelang pilpres 2024, padahal sebelumnya kita tahu bagaimana jejak rekam mereka kepada Islam. Ini bukan curiga atau nyinyir, tapi ini adalah peringatan buat kita semua bahwa dunia politik itu akan selalu kotor dan hina manakala simbolisasi agama menjadi alat sesaat untuk mencapai tujuan dan ambisi kekuasaan khususnya dari para poli TIKUS yang "bermental sampah". Mereka berbusana Islami sambil mendekati ulama, tokoh masyarakat, emak-emak dan tentu rajin berkunjung ke pesantren². Terkadang mereka mendadak fasih bicara Islam, seolah mereka cendikiawan Islam. Yang lucu bahkan pernah mereka yang bukan Islam mendadak "hijau" demi meraih suara orang Islam. Demi politik mereka tak terima disebut Kafir karena dirinya merasa "hijau". Orang-orang seperti m ini jelas bukan lagi bunglon tapi srigala berbulu merak.

Dua orang di bawah ini bisa menjadi contoh betapa mudahnya mereka menggunakan simbol Islam demi memuluskan tujuan merusak dan menghancur leburkan Islam. Anehnya orang-orang seperti ini justru banyak juga dibantu aksinya oleh orang² Islam sendiri ! Terutama mereka yang berjiwa penjilat dan pengkhianat !

Yang pakai baju khas baju Timur Tengah itu bernama Lauren Of Arabia. Dia intel Inggris yang punya peran besar dalam "merusak" Turki Usmani hingga menjadi runtuh, dia juga punya andil besar dalam cikal bakal berdirinya negara Israel di Palestina. Dia juga punya andil besar atas berdirinya negara Arab Saudi setelah melepaskan diri dari Turki Usmani. Dengan kata lain orang ini dengan aksi spionasenya telah berhasil membuat dunia Timur Tengah tercerai berai.

Sedangkan yang pakai peci berkumis itu mbahnya orientalis di Indonesia keturunan Yahudi yang bernama Crishtian Snouck Hurgronje. Orang ini punya andil besar dalam memberikan nasehat kepada penjajah belanda dalam menghadapi pejuang Aceh. Demi memuluskan aksi liciknya dia ikut pergi haji ke Mekkah dan pura-pura mualaf dan mengganti namanya menjadi Abdul Gaffar. Di mekkah dia banyak menpelajari suasana haji dan pengaruhnya terhadap perlawanan pejuang Islam Aceh dan Nusantara terhadap penjajah Belanda. Sampai saat ini pemikiran-pemikiran dari Snouck masih dipuja oleh sebagian mereka yang menganggapnya sebagai ilmuwan Islam, padahal sejatinya orang ini tidak lebih seperti ular berkepala dua..

Saya tidak mau menyebut "mendadak KADRUN" kepada mereka yang gemar berpakaian Islami saat kampanye demi sebuah pencitraan, karena kalau itu saya sebut itu artinya saya melegitimasi dan menyetujui sebutan tersebut yang ditujukan secara sinis kepada orang² yang selama ini kukuh dan kokoh dalam menghadapi gempuran kaum pemakan bangkai yang gemar melakukan fitnah sana sini.


ANALISIS MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA

 Dari hasil analisis yang kami lakukan, proses sejarah perkembangan Islam di Nusantara sementara ini dapat kami simpulkan dalam beberapa tahapan.

1. Tahap Pertama adalah Pengenalan Agama Islam di daerah-daerah tertentu seperti pesisir pantai yang dilakukan oleh orang-orang Arab mulai sejak awal-awal Hijriah sampai abad ke 13 Masehi. Mereka membuat perkampungan yang dilindungi oleh penguasa.
2. Tahap Kedua adalah Sosialisasi Agama Islam yang sebagian sudah merambah ke pedalaman dan dilakukan oleh dai-dai yang berasal dari India, Persia, China pada abad ke 14 – 16 Masehi. Diantara sekian da’i, berdasarkan kajian dari beberapa ahli nasab ternyata masih memiliki hubungan dengan bangsa Arab Quraish yang sebelumnya sudah melakukan penyebaran agama Islam di negara-negara tersebut hingga akhirnya mereka telah membaur dengan penduduk setempat.
3. Tahap Ketiga adalah Konsolidasi Agama Islam yang dilakukan oleh Kesultanan-Kesultanan Islam Abad 15-16 M secara merata. Dengan munculnya berbagai kesultanan tugas para da’i untuk melakukan islamisasi menjadi lebih meluas karena adanya jaringan yang semakin mempermudah proses dakwah ke berbagai wilayah wilayah kekuasaan masing-masing.
4. Tahap Keempat adalah Pemantapan Agama Islam yang dilakukan oleh ulama Abad 16 – 19 M dengan timbulnya pusat-pusat kegiatan Islam. Banyaknya bermunculan pusat-pusat kegiatan Islam seperti pondok pesantren telah banyak mengundang santri berdatangan dari berbagai wilayah Nusantara sehingga semakin memantapkan perkembangan agama Islam.
5. Tahap Kelima adalah Pergolakan Agama Islam karena terjadinya penjajahan yang dilakukan sejak masa VOC (Abad ke 17 – sampai awal abad 19 dan dilanjutkan oleh Kerajaan Belanda sampai tahun 1945). Islam yang sudah kuat mendapat hambatan serius dalam proses Islaminya, hal ini dikarenakan bangsa Asing mempunyai idiologi yang berbeda, maka mau tidak mau perkembangan agama Islam mengalami fase-fase pergolakan bahkan penindasan yang dilakukan kaum penjajah.
Sumber : Buku Kiprah Orang Arab di Nusantara, disusun oleh IIwan Mahmoed Al Fattah II
Mungkin gambar peta dan teks

PERJANJIAN TORDESILLAS, DENDAM EROPA KEPADA ISLAM (CIKAL BAKAL AKAN DICAPLOKNYA SUNDA KELAPA)

 Bila bicara sejarah perjalanan pada bangsa ini maka janganlah pernah melupakan 3 kata yang populer, Gold, Gospel dan Glory. # kata ini adalah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri.

Demikian juga kita jangan lupa, bahwa dibalik datangnya Bangsa Portugis, mereka juga punya tujuan lain, salah satunya adalah misi Kristenisasi terhadap Umat Islam Di Asia Tenggara, kondisi ini akhirnya bisa terbaca oleh keluarga besar Walisongo. Kami tidak bermaksud mengangkat tema ini sebagai bahan kajian untuk dijadikan masalah SARA, namun fakta kedatangan penjajah dengan niat seperti ini sudah lama diketahui oleh para ulama kita. Bagi kami berkompetisi dalam menyebarkan Idiologi keagamaan itu silahkan-silahkan saja. Yang penting ketika “kompetisi” itu berlangsung, semua dilakukan dengan cara sehat, cerdas dan tanpa disertai penjajahan.

Untuk lebih mempertegas dari apa yang kami ungkapkan ini, adanya niat dari kerajaan Portugis ini bahkan diperjelas oleh Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara (2009:156,162) bahwa target sasaran utama usaha Imperialisme Barat adalah untuk menahlukkan Islam. Umumnya menurut Prof. Mansur banyak dari kita lupa bahwa imperialisme Barat dibangun oleh Negara Gereja Vatikan dan KERAJAAN KATOLIK PORTUGIS dan SPANYOL sebagai pelaksana ide Imperialisme Barat yang pertama pada abad ke 15 Masehi.

Setelah bangsa Portugis kemudian disusul Kerajaan Protestan Belanda yang berhasil mendirikan VOC tahun 1602 Masehi dan akhirnya mencaplok Jayakarta tahun 1619 Masehi. Misi penjajahan yang salah satunya adalah merubah Agama Islam menjadi Agama Katolik dan itu berdasarkan Perjanjian Tordesilas Spanyol 7 Juni 1494 Masehi yang isinya memberikan kewenangan penuh kepada Kerajaan Katolik Portugis menguasai wilayah Timur, sebaliknya Spanyol wilayah Barat dan salah satu prinsip dasarnya bahwa negara negara yang tidak beragama Katolik dinilai sebagai bangsa Biadab!. Dan Bangsa Portugis dibolehkan merampas ditanah Jajahan, setelah itu kembangkan agama Katolik dan setelah itu memperoleh kejayaan. Keterangan dari Mansur Suryanegara ini bahkan diperkuat oleh tulisan Jenderal AH Nasution (1966:25) yang mengatakan bahwa Portugis dan Spanyol adalah kekuatan inti dalam melawan Islam yang berada di daerah Timur Tengah terutama pada saat perang Salib. Nampaknya aliansi 2 kekuatan ini juga tidak lepas dari latar belakangnya dari dendam kepada Turki Usmani yang pernah mengalahkan mereka.

Menurut Jenderal AH Nasution Portugis dan Spanyol datang ke Samudra Indonesia itu disamping semangat petualangan, semangat ekonomi, semangat lainnya, juga diboncengi dengan semangat pertentangan agama yang telah begitu mendalam di Timur Tengah dan Eropa. Disaat saat seperti itulah akhirnya kedua bangsa ini masuk Ke Indonesia. Portugis dan Spanyol pada waktu itu merupakan negara Maritim yang terkuat di Eropa dan dengan demikian untuk pertama kalinya pula dapat membuat orang Eropa mengelilingi dunia dengan pelayarannya. Inilah hal-hal yang menjadikan kerajaan Islam tidak sempat berkembang, karena sudah ada saingan yang baru datang dari Eropa seperti Bangsa Portugis dan Spanyol dan itu kemudian diikuti oleh Belanda dan Inggris.

Adanya penguasaan wilayah laut oleh kedua bangsa ini tentu kedepannya akan menentukan arah politik negara-negara di Asia Tenggara termasuk wilayah-wilayah Kesultanan Islam. Menguasai laut itu adalah kunci bagi kedua bangsa ini untuk menguasai wilayah dunia termasuk Asia Tenggara. Berbagai cara mereka lakukan untuk menguasai lautan, mulai dari mengadakan perjanjian-perjanjian dengan berbagai Kesultanan Islam yang tentu sangat menguntungkan mereka, juga berusaha menghancurkan semua kekuatan Maritim Kesultanan Islam, sampai kepada usaha untuk memperbesar kekuatan Maritim yang mereka miliki dengan tehnologi persenjataan dan perkapalan yang canggih pada masa itu. Portugis dan Spanyol pada masa itu sedang mengalami puncak kejayaan dalam bidang kelautan, sedangkan bangsa Indonesia paska runtuhnya Majapahit dan Sriwijaya, mulai mengalami penurunan dalam bidang kelautan. Kekuatan Maritim hanya berada di beberapa Kesultanan saja, seperti Demak, Cirebon, Banten, Malaka, Aceh, Jepara, Tuban, itupun tidak sebesar dari Kedua Kerajaan itu.

Dendam kusumat bangsa Portugis dan bangsa Spanyol kepada umat Islam memang luar biasa, namun demikian kenapa bangsa Portugis bisa bersikap benci kepada agama Islam, kita juga perlu mengetahui latar belakangnya. Dengan mengetahui latar belakang itu, kita nanti akhirnya menjadi tahu kenapa kantong-kantong pemerintahan Islam yang berbentuk Kesultanan banyak yang mereka caplok untuk kemudian mereka jadikan jajahan yang penting, mulai dari Malaka, Pasai, Ternate, sampai kepada usaha mereka yang ingin mencaplok Sunda Kelapa. Mereka bangsa Portugis benar-benar ingin menghancurkan kekuatan Islam yang diwakili oleh Kesultanan-kesultanan Nusantara. Kedua bangsa ini menurut Nasution (1966:27) banyak menguasai tempat-tempat yang strategis untuk berdagang dan membuat benteng-benteng yang menyimpan obat-obatan dan bahan bahan makanan seperti di Aceh, Malaka, Banten, Sulawesi, Ternate, Tidore, Philipina. Sampai sekarang benteng itu masih bisa dilihat terutama di Aceh, Sulawesi Utara (di Amurang). Dengan cara membuat benteng yang merupakan pusat distribusi, maka Portugis dan Spanyol memulai penjajahannya sekaligus memasukkan pula kepentingan agama dan politik. Disamping dengan pertempuran dan kekerasan mereka menjajah dengan cara yang cukup mendalam dan cerdik misalnya dengan mengawini wanita setempat, sehingga sampai sekarang pengaruh nama-nama yang berbau Portugis dan Spanyol bisa kita temukan didaerah seperti Timor, Ternate, Tidore, dan juga Philipina. Cara-cara yang dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol ini juga dilakukan di Amerika Latin dan Amerika Tengah dengan praktek yang sama. Ini justru bertolak belakang dengan Inggris dan Belanda yang menjajah dengan membatasi diri pada bidang perdagangan, militer, dan politik, kedua bangsa ini sejauh mungkin menghindari percampuran darah dengan penduduk asli. Namun cara Belanda dan Inggris sebenarnya juga tidak jauh berbeda dalam menjajah, pada hakekatnya keempat negara yang disebut ini yaitu Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris semua melakukan penindasan dengan mengeruk keuntungan dan merampok kekayaan sebuah bangsa.

Sumber : BUKU "FATAHILLAH MUJAHID AGUNG PENDIRI KOTA JAYAKARTA', DISUSUN OLEH : Iwan Mahmoed Al Fattah II

Sumber foto dari : "informazon.com"


“MAAF HAMKA KEPADA BUNG KARNO”

 Mereka adalah sosok yang dikenal penuh dedikasi berpikir dan berbuat tanpa pamrih untuk bangsa dan negara. Bung Karno banyak terlibat dalam pergerakan kemerdekaan melalui jalur politik dan diplomasi, sementara Buya Hamka adalah seorang ulama pejuang, yang berjuang melalui jalan dakwah. Buya hamka adalah salah satu tokoh yang berasal dari tanah Minang. Sama seperti Hatta yang merupakan Dwitunggal Ir. Soekarno, Buya Hamka juga merupakan salah seorang sahabat karib Soekarno. Persahabatan antara Soekarno dan Buya Hamka terjalin pada saat Buya Hamka mengunjungi Soekarno di tempat pengasingannya di Bengkulu tahun 1941.

Perseteruan diantara mereka nampaknya dimulai pada sidang tahun 1957, dimana Hamka menyampaikan pidato yang menolak gagasan Presiden Soekarno yang ingin menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin. Gagasan demokrasi terpimpin seolah menjadi ”Mantra Sakti”, alat penindas oposisi bernama ideologi Nasionalisme-Agama-Komunisme (Nasakom). Soekarno dengan angkuh mulai menggali kuburan bagi lawan-lawan politiknya. Dewan Konstituante kemudian dibubarkan oleh Soekarno melalui Dekrit 5 Juli 1959. Soekarno kemudian juga membubarkan Masyumi dengan menyatakannya sebagai partai terlarang pada 1960.

Perseteruan antara Soekarno dengan Buya Hamka terus berlanjut. Pada Agustus 1960, dimana diterbitkannya majalah ”Panji Masyarakat” oleh K.H Fakih Usman dan Buya Hamka diterbitkannya sebagai corong dakwah Islam dibreidel, yang memuat karangan Muhammad Hatta dengan judul “Demokrasi Kita” yang mana tulisan tersebut berisikan tentang menolak terang-terangan tentang Demokrasi Terpimpin, hingga Soekarno merasa posisinya terancam. Puncaknya pada tahun 1964 - 1966, dengan tuduhan melanggar Undang-undang Anti-Subversif Pempres No. 11 yaitu tuduhan merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno. Selama masa penahanan Buya Hamka menjalani hari-hari yang cukup berat karena ia harus menjalani masa-masa interogasi yang berlangsung secara sepihak tanpa adanya pertimbangan keadilan. Hamka baru bebas setelah pemerintahan Soekarno digantikan oleh Soeharto, kemudian beliau kembali melakukan kegiatan seperti sebelum ditahan Soekarno.

Sekalipun hubungan mereka pernah memburuk namun ada suatu kejadian yang sangat mengharukan. Dalam kesaksian putra Hamka, pada tanggal 16 Juni 1970, tiba-tiba Hamka dihubungi oleh Mayjen Suryo, ajudan Presiden Soeharto. Pagi-pagi Pak Suryo telah datang ke rumah Hamka. Kehadiran Pak Suryo, yang ditemani oleh seseorang, ternyata membawa pesan dari keluarga Soekarno untuk Hamka. Pesan itu adalah pesan terakhir dari Soekarno untuk keluarganya dan dipenuhi Presiden Soeharto. Untuk itulah kemudian Presiden Soeharto mengutus Pak Suryo, ajudannya, menemui Hamka. Isi pesan Soekarno lalu disampaikan kepada Hamka. “Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam sholat jenazahku”. Demikian kurang lebih pesan Soekarno kepada keluarganya.

“Jadi beliau sudah wafat?” Hamka bertanya kepada Pak Suryo. “Iya Buya. Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD, sekarang jenazahnya telah dibawa ke Wisma Yaso”, jawab Pak Suryo. Tanpa banyak berpanjang waktu lagi, Hamka langsung berangkat ke Wisma Yaso. Di wisma itu telah banyak pelayat berdatangan. Penjagaan sangat ketat. Di sana telah hadir pula melayat, Presiden Soeharto dan beberapa pejabat tinggi. Hamka dengan mantap menjadi Imam Sholat Jenazah Soekarno. Pesan terakhir mantan Presiden Pertama Republik Indonesia yang telah memenjarakannya, dengan ikhlas ditunaikan Hamka.

Akibat Hamka meluluskan pesan terakhir Soekarno, banyak teman-teman Hamka kemudian yang menyalahkan tindakan Hamka tersebut. Berbagai alasan mereka sampaikan kepada Hamka, baik langsung maupun tidak langsung. Ada yang mengatakan Soekarno itu munafik. Ia lebih dekat dengan golongan anti Tuhan dibandingkan dengan umat Islam. Ada juga yang mengingatkan Hamka dengan peristiwa masalalu ketika Hamka dipenjara.

“Apa Buya tidak dendam kepada Soekarno yang telah menahan Buya sekian lama di penjara?” Semua pandangan tersebut dijawab Hamka dengan lemah lembut. “Hanya Allah yang mengetahui seseorang itu munafik atau tidak. Yang jelas, sampai ajalnya, dia tetap seorang muslim. Kita wajib menyelenggarakan jenazahnya dengan baik. Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahu empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu merupakan anugrah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al-Qur’an 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu, kata Hamka dengan santun.

“Ada lagi jasa besar Soekarno untuk umat Islam di Indonesia. Dua buah masjid. satu di Istana Negara, yaitu Masjid Baiturrahim, dan satunya lagi sebuah masjid yang terbesar di Asia Tenggara, yaitu Masjid Istiqlal. Mudah-mudahan jasanya dengan kedua masjid tersebut, dapat meringankan dosa Soekarno”, Hamka menambahkan penjelasannya.

Ada sebuah cerita menarik lain tentang kenapa Hamka yang diminta menjadi sholat Imam Jenazah. Awalnya adalah selesai memimpin sholat Isya di Al-Azhar tanggal 21 Juni 1970, Hamka kemudian kembali pulang karena mendapatkan pesan penting dari istrinya Siti Raham karena ada tamu penting yang ingin bertemu dengannya dan sudah menunggu dirumah. Orang itu adalah Drs. Kafrawi Ridwan utusan KH Muhammad Dahlan dan Mayor Jenderal Suryo Asisten Pribadi Presiden Soeharto. Kedatangan mereka ke rumah Hamka adalah atas perintah Presiden Soeharto untuk menjemput dirinya untuk menjadi Imam Sholat jenazah di wisma Yaso.

Malam itu juga ketiganya berangkat menuju Wisma Yaso. Setibanya disana sudah banyak orang berkumpul, nampaklah jenazah Bung Karno saat itu dengan wajah yang belum dibungkus kain kafan tampak sekali terlihat mulai membengkak, karena pengaruh obat-obatan penenang yang dia konsumsi selama lima tahun terakhir atau semenjak jabatan presidennya dicabut. Saat melihat jenazah Soekarno itulah tak terasa air mata mulai menetes, membuat orang-orang yang hadir di tempat itu terlihat kebingungan melihat sikap Hamka. Hamka terharu melihat jenazah Bung Karno, sekalipun dia pernah disakiti tapi Hamka tidak bisa membencinya. Biar bagaimanapun Bung Karno adalah orang yang pernah dekat dengannya. Bahkan Hamka sudah menganggapnya sebagai saudara tua, seorang kakak yang wajib dia hormati dengan tulus. Dalam keharuan itu Hamka kemudian memanjatkan doa-doa kepada Allah SWT. Agar Allah SWT membukakan pintu maaf dan ampunan atas semua kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan Bung Karno semasa hidupnya di dunia ini. Hamka kemudian melihat di sekeliling jenazah dan melihat ada yang menangis sampai terisak-isak.

Acara kemudian dibuka oleh KH Muhammad Dahlan dengan mengajak orang-orang bertahlil dan berdoa bersama setelah itu acara ditutup dengan sholat jenazah bersama dengan Buya Hamka sebagai imamnya. Hanya saja yang menjadi kebingungan Hamka, mengapa yang diminta untuk menjadi Imam sholat jenazah Bung Karno oleh Presiden Soeharto adalah dirinya ? berbulan-bulan lamanya sejak kematian Bung Karno, pertanyaan itu memenuhi pikirannya. Hingga akhirnya dia menemukan jawabannya dari Mayjend Suryo. Sekitar empat bulan setelah Bung Karno wafat, Hamka kembali bertemu dengan Asisten Pribadi (Aspri) Presiden Soeharto itu. Dalam kesempatan itulah laki-laki besar dan kekar itu menceritakan jika Bung Karno, saat dalam sakratul maut, menyuruh salah seorang diantara keluarganya pergi ke Istana Negara untuk menemui Presiden Soeharto. Anggota keluarga yang ditunjuk oleh Bung Karno menemui Presiden Soeharto itu diminta menyampaikan pesan singkat, “Jika saya mati kelak, mohon kesediaan Hamka untuk menjadi Imam sholat jenazahku”.

Kehadiran Buya Hamka saat itu telah membuat haru Rahmawati Soekarnoputri. Dalam bukunya diceritakan, malam sebelum jenazah diberangkatkan ke Blitar di Wisma Yaso diselenggarakan tahlilan yang dipimpin oleh Buya Hamka. Dalam duka, Rahmawati sangat menghargai dan menghormati sikap Buya Hamka yang demikian berjiwa besar. Padahal Buya Hamka tidak sefaham dengan Soekarno secara politik. Namun rasa persahabatan itu tertanam dalam hati sanubarinya. Buya Hamka memberikan penghormatan terakhir kepada Bung Karno, sahabatnya. Inilah teladan jiwa besar yang nyata, ujar Rahmawati.

Dari kisah persahabatan Bung Karno dan Buya Hamka terutama terkait Hamka yang dipenjara dan permintaan Bung Karno untuk disholatkan, mengandung persahabatan sekaligus hikmah bagi penguasa. Salah seorang warganet ketika mengomentari cerita ini menulis bahwa keislaman Bung Karno jelas, hanya jalan politiknya yang salah. Yang lainnya menulis menulis, “Semoga ini menjadi pelajaran bagi penguasa Indonesia kapanpun”. Adapun seorang lainnya menulis, “Hamka, ulama yang belum tergantikan”.

Menurut Hamka, nasionalisme kita dibangun oleh Bung Karno. Dan, di dekat peti mati Bung Karno pula, Hamka berkata, “Dengan Ikhlas saya berkata di dekat matinya, “aku maafkan engkau saudaraku”. Dalam konteks cerita ini, menurut James R Rush, Hamka sedang membangun cerita bahwa Bung Karno telah membawa kita menjadi satu bangsa. Dia muslim dan setelah meninggal dia dimaafkan oleh umat Islam, salah satunya oleh Hamka sendiri. Di Sini terlihat bahwa kendati yang namanya pertemanan itu bisa pasang surut, tetapi berlapang dada dengan memaafkan teman seperjuangan adalah penting dan mulia.

DIKUTIF DARI BUKU : “Bung Karno Dalam Pusaran Islam”, disusun oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah

Mungkin gambar 3 orang, orang berdiri dan teks yang menyatakan 'Hamka di depan peti mati Bung Karno (Sumberfot (Sumberfoto:Rachmawat Soekarno, Bapakku buku, him. 256)'

"SEJARAH NAMA NUSANTARA & NAMA INDONESIA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ORANG ARAB"

Dalam sejarahnya, nama Nusantara berasal dari dua kata yaitu nusa dan antara yang berarti pulau lain. Istilah Nusantara setidaknya digunakan pada periode keemasan kerajaan Majapahit abad ke-14 Masehi. Prof. Dr. Slamet Mulyana, menekankan bahwa istilah Nusantara adalah tempat-tempat di luar wilayah inti Kerajaan Majapahit (Jawa Timur dan Jawa Tengah) yang wajib membayar pajak.

Menurut Ekajati Nusantara adalah negeri seberang. Jadi Nusantara lebih identik dengan hinterland wilayah Inti Majapahit.

Selain Slamet dan Ekajati, lebih spesifik Denys Lombard menekankan Nusantara sebagai jaringan kantor-kantor dagang yang dikuasai Kerajaan Majapahit pada periode keemasannya yaitu : 25 negeri yang sama dengan keseluruhan Sumatra; daftar itu mulai dengan Melayu, Jambi, dan Palembang, Minangkabau, Siak, Kampar, daerah-daerah Batak, kantor-kantor dagang di utara (Samudra dan Lamuri) dan berakhir dengan Lampung dan Barus. 24 negeri disebut dari pantai selatan, barat dan utara Kalimantan (Kutai, Pasir, Barito, Kuta Waringin, Lawai, Kapuas, Sambas, Buruneng yang mestinya sama dengan Brunei). Ada 16 negeri yang boleh jadi terletak di Semenanjung Melayu diantaranya Pahang, Lengkasuka, Kalanten, Tringgano, Tumasik, Kelang, dan Kedah). Akhirnya ada 33 di sebelah timur Pulau Jawa, di Kepulauan Nusa Tenggara Barat (Bali, Lombok, Dombo, Bima, Sumba), di Sulawesi (Luwuk, Makasar, Butun, Salaya), di kepulauan Maluku (Gurun, Seran, Ambwan, Maloko) atau lebih jauh lagi (Timur yaitu Timor dan Wanin yang mestinya Onin di Irian).

Dalam tulisan lain, Nusantara diartikan sebagai pulau-pulau yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan di antara dua lautan yakni India dan Pasifik. Penamaan demikian tidak lain karena banyaknya pulau di Nusantara, yang berjumlah kurang lebih 17.000 pulau. Oleh karena itu, banyak pakar menamai Nusantara dengan benua maritim. Sekitar 1.919.443 km2 luas seluruh daratan Nusantara sedangkan 81.000 km2 panjang garis pantai seluruhnya.

Bagaimana dengan nama Indonesia yang sekarang kita gunakan sebagai sebuah identitas bangsa ?

Menurut Ulil Absiroh, dkk, sebutan "Indonesia" baru dibuat 254 tahun sesudah Cornelis de Houtman menginjakkan kakinya di Indonesia. Nama Indonesia pertama kali dipakai pada tahun 1850 Masehi. Nama Indonesia berasal dari perkataan ″Indo″ dan ″Nesie″ (dari bahasa Yunani: Nesos) berarti kepulauan Hindia. Adapun kata ″nesos″ itu hampir berdekatan dengan kata ″nusa″ dalam bahasa Indonesia, yang juga berarti pulau. Orang pertama yang mempergunakan nama Indonesia itu ialah James Richardson Logan (1869) dalam kumpulan karangannya yang berjudul The Indian Archipelago and Eastern Asia, terbit dalam Journal of the Asiatic Society of Bengal (1847 - 1859).

Nama Indonesia tidak dikenal pada masa sebelum dipopulerkan oleh peneliti tersebut. Yang paling dikenal hanyalah Nusantara, meliputi Negara Indonesia dan beberapa negara yang bertetangga dengan Indonesia sekarang, seperti Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan. Nusantara masa lalu dengan Negara Indonesia masa sekarang sangatlah berbeda. Mengapa demikian, karena Nusantara pada masa dahulu adalah suatu kompleks atau wilayah dimana negera-negara/kerajaan-kerajaan yang berdaulat dan merdeka di dalamnya serta memiliki kedaulatan atas kerajaannya masing-masing. Contohnya sebelum masuknya Islam yaitu Majapahit, Padjajaran, Dharmasraya, dan kerajaan di Semenanjung Malaya. Setelah masuknya Islam di Nusantara ada juga Kesultanan Aceh, Kerajaan Bone, Kesultanan Banten, Mataram dan Negara-negara yang merdeka lainnya. Tidak ada yang namanya Negara Kesatuan Nusantara, yang ada hanyalah hubungan internasional antar Negara/Kerajaan, terutama dalam hal perdagangan. Nusantara adalah suatu sebutan wilayah tetapi sifatnya tidak mengikat, antara daerah satu dengan yang lain itu tidak ada ikatan. Jika suatu wilayah/negara di Nusantara ditakhlukkan oleh penjajah (Belanda), maka Negara di bagian Nusantara yang lain belum tentu terjajah atau masih merdeka. Seperti contoh ketika Belanda menakhlukkan sebagian besar wilayah di Jawa, sementara itu wilayah bagian Nusantara yang lain seperti Kerajaan Makasar masih berdaulat, begitu juga dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan dan di Pulau Sumatera. Sedangkan wilayah Indonesia, luas wilayahnya adalah bekas wilayah Hindia Belanda, Negara Indonesia lahir pada tanggal 17 Agustus 1945. Ditinjau dari sifatnya Indonesia adalah suatu negara yang mengikat dan secara konstitusi Indonesia telah memenuhi 4 syarat berdirinya negara. Mulai dari ujung Sumatera sampai Papua diikat dengan suatu ikatan persatuan yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, jika Indonesia terjajah berarti wilayah dari Sabang sampai Merauke tersebut dikuasai oleh bangsa asing, beda dengan Nusantara yang telah disebutkan diatas tadi. Makanya ada sebutan "Perjuangan Nasional", namun jika di Nusantara ada sebutan "Perjuangan Daerah".

Salah satu tokoh lokal yang menamai nama Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara ketika mendirikan biro pers di Negeri Belanda dengan nama Indonesisch pers-Bureau pada tahun 1913, meskipun Ki Hajar Dewantara sendiri tidak memaksudkan Indonesia itu sebagai sebuah bangsa atau negara.

Kesimpulannya bahwa secara akar sejarah nama Nusantara usianya jauh lebih tua dari nama Indonesia. Wilayah nusantara juga jauh lebih luas dari wilayah Indonesia yang sekarang. Secara identitas nama Indonesia hingga kini telah digunakan bangsa kita, dirintis sejak pergerakan nasional mulai tahun 1908, populer sejak tanggal 28 Oktober 1928 dan akhirnya resmi digunakan pada Proklamasi 17 Agustus 1928. Adapun mengenai nama Nusantara akar sejarahnya dapat dilacak sebelum terbentuknya secara resmi negara Indonesia. Dari nama Nusantara ini kita akan banyak menemukan sejarah dan perkembangan suku-suku bangsa yang turut terlibat dalam membangun peradabannya.

Begitu panjangnya usia Nusantara, perjalanannya tidaklah bisa dilepaskan dengan sejarah perkembangan agama Islam yang menyebar di wilayah Asia Tenggara. Berbagai bangsa telah berpartisipasi dalam mewarnai peradaban negeri ini, mulai dari bangsa China, Arab, Persia, India. Masing-masing etnis tersebut mempunyai kiprah dalam memberikan warna Islam di Nusantara dan tidak bisa dipungkiri jika peran serta orang-orang Arab dalam membangun peradaban di Nusantara cukup menonjol. Mereka mampu memasuki di segala aspek kehidupan dalam bentuk Islamisasi yang telah mereka bawa baik itu yang langsung dari Mekkah ataupun dari wilayah lain seperti Yaman, Mesir, Magribi (Maroko). Dengan jaringan perdagangan yang sudah dijalin sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam memberikan sumbangsih peradaban yang sampai hari ini bisa kita rasakan hasilnya.

Berkaitan nanti dengan identitas warna keislaman yang terjadi di Nusantara, pemahaman sejarah Islam yang sering kita pelajari sejak masih di bangku sekolah SD bahkan hingga hari ini, dikatakan bahwa masuknya Islam di wilayah Asia Tenggara khususnya wilayah Nusantara berasal dari Gujarat yang diusung oleh para pedagang muslim, padahal sesungguhnya masih ada teori lain yang bisa membantahnya. Teori Gujarat sendiri sering diperkenalkan oleh Pijnapel dan Christian Snouck Horgronje yang efeknya sampai saat ini masih terasa melekat di pemahaman di sebagian masyarakat kita. Teori yang begitu melekat pada sebagian masyarakat ini muncul saat posisi Crishtian Snouk Hurgronje menjadi penasihat politik penjajah Hindia Belanda dalam menghadapi militansi pejuang Aceh dan dan beberapa daerah lainya. Saat itu memang pemerintah kolonial sangat memandang serius tentang keberadaan orang Arab Hadramaut yang kian hari menunjukkan pengaruh yang kuat karena telah terjalin jaringan yang kuat dengan pribumi.

SUMBER ; BUKU "KIPRAH ORANG ARAB DI NUSANTARA" DISUSUN OLEH "Iwan Mahmoed Al Fattah II

Mungkin gambar peta dan teks