Rabu, 23 November 2016

ANTARA PITUNG, TUAN TANAH CHINA DAN PRIBUMI PENGHIANAT

Kali ini saya mau menuliskan tema sejarah. Sumber yang saya dapati mengenai hal ini seperti biasa saya ambil dari kitab Al Fatawi dan catatan-catatan yang berserakan milik salah satu keturunan penulis kitab Al Fatawi.
Berbicara tentang Pituan Pitulung atau Pitung biasanya kita lebih banyak mengetahui dari film-film yang dibuat pada tahun 1972 terutama yang diperankan oleh Dicky Zulkarnaen. Padahal skenario yang ditulis dalam film itu tercampur dengan imajinasi sang penulis skenario.
Pituan Pitulung atau Pitung bagi masyarakat Betawi adalah sosok Pahlawan pembela rakyat kecil. Keberadaannya nyata dan ini dibuktikan dengan adanya tulisan tentang mereka di kitab Al Fatawi yang disalin ulang dari catatan lama pada tahun 1910 Masehi oleh Kumpi KH Ahmad Syar’i Mertakusuma.. Pitung yang diceritakan pada film tahun 1972 sebenarnya intinya tetap sama, yaitu perlawanan terhadap kezaliman rakyat kecil, hanya sayangnya pada pembuatan film tersebut banyak ahli waris Pitung yang tidak dilibatkan, lagipula masyarakat yang dekat dengan kehidupan Pitung seperti di kawasan Jipang Pulorogo (kini daerah itu meliputi daerah Slipi, Palmerah, Kemanggisan, Rawa Belong dan sekitarnya) masih sangat tertutup untuk membuka sejarah Pitung dikarenakan trauma sejarah yang telah mereka alami. Masih terasa sakit hati mereka ketika leluhurnya dizalimi oleh penjajah dan kaki tangannya. Masih terasa di relung hati mereka bagaimana beberapa anggota Pitung gugur akibat kezaliman para penguasa tiran.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa salah satu penyebab perlawanan Pitung adalah karena adanya kesewenang wenang Tuan Tanah China yang disokong oleh Penjajah Belanda. Tuan tanah China pada masa itu sangat kuat pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat Jakarta. Mereka ini kadang bisa menentukan kebijakan yang akan ditentukan oleh fihak Penjajah. Kerjasama dua golongan ini benar-benar telah menciptakan kesengsaraan bagi rakyat Betawi. Penjajah memang sangat memanjakan golongan yang satu ini karena dari mereka banyak mendapatkan masukan berupa “upeti”, disamping itu sejak dahulu memang golongan tuan tanah china adalah fihak yang sangat mudah diajak kerjasama dalam berbagai hal. Kerjasama dua golongan ini memang dikenal solid, keberadaannya bahkan semakin menakutkan tatkala mereka berhasil merekrut beberapa pribumi untuk dijadikan kaki tangan mereka. Pribumi yang bermental budak tersebut mereka bayar dengan uang keping sesen dua sen. Bermodalkan bayaran yang sebenarnya tidak besar itu Tuan tanah Cina dan Penjajah berhasil menciptakan ketakutan-ketakutan pada masyarakat kecil.
Pada saat ketakutan dan kegelisahan rakyat terhadap tuan tanah china dan penjajah belanda, tidak lama kemudian muncullah perlawanan rakyat Betawi yang dimotori oleh para Mujahid Islam yang bernama Pituan Pitulung yang dibentuk atas saran para Pejuang Jayakarta dibawah binaan para ulama dan sesepuh adat Jayakarta pada saat itu. Pituan Pitulung adalah perlawanan lanjutan dari perlawanan-perlawan sebelumnya yang pernah dikumandangkan Mujahid Jakarta, dan itu terjadi sejak masa Fattahillah sampai dengan masa Pituan Pitulung. Pusat gerakan ini berada di Pondok Pesantren KH Haji Naipin Kebon Pala Tenabang. Sedangkan domisili keluarga Pituan Pitulung, terutama tokoh Penghulu Pitung, mereka berada di wisma Jipang Pulorogo yang sekarang sudah menjadi milik kompas. Wisma Jipang sudah beralih menjadi milik kompas dan sudah tidak ada lagi karena diganti bangunan besar yang kini berdiri menjadi Harian Kompas Gramedia.
Munculnya Pitung jelas merupakan hal yang didambakan rakyat kecil. Rakyat mulai berani menghadapi para Centeng-centeng yang dibayar para Tuan tanah China, memang tidak semua Tuan tanah china yang bersikap seperti ini, namun jumlahnya tidak banyak, itupun mereka pada akhirnya harus loyal kepada Penjajah ketimbang kepada rakyat. Tidak jarang bentrok fisik sering terjadi antara rakyat dengan para centeng-centeng penghianat pribumi yang dibayar murah ini acap kali terjadi. Rakyat kecil yang merupakan penduduk asli Betawi tidak jarang selalu dihadapkan dengan pribumi yang didatangkan dari beberapa daerah. Politik devide et impera benar-benar dijalankan penjajah dan tuan tanah china. Kondisi demikian segera bisa dibaca Pitung. Merekapun kemudian terus melakukan perlawanan dan tekanan-tekanan kepada para centeng dan tuan tanah China. Perkelahian sering tidak terhindarkan, Namun dari beberapa perkelahian tidak ada satupun yang bisa mengalahkan Pitung. Hal ini tentu semakin membuat marah para tuan tanah china, sehingga merekapun kemudian meminta bantuan kepada penjajah untuk mengatasi perlawanan Pitung, terlihat jika para tuan tanah ini sangat ketakutan akan sepak terjang para Mujahid Jayakarta ini.Selain perlawanan fisik, Pituan Pitulung, KH Naipin juga mengadakan hubungan komunikasi politik dengan tokoh-tokoh Islam yang saat itu banyak yang simpati terhadap gerakan ini.
Belanda yang melihat kegelisahan para tuan tanah china segera menyikapi, maka diutuslah Schout Van Hinne untuk mengatasi perlawanan Pitung. Belanda juga kemudian merekrut Marsose yang merupakan Tentara Bayaran yang didatangkan dari beberapa daerah bangsa sendiri untuk menghadapi Pitung. Mendengar hal ini Para Pendekar Pitung yang dimotori oleh Radin Muhammad Ali dan Radin Muhammad Roji'ih justru semakin menghebat perlawanannya. Perlawanan tidak melulu melalui fisik, beberapa tulisan juga mereka lakukan dengan mengirimkan surat peringatan keras kepada mereka yang selama ini pro kepada Penjajah.
Gerakan Pitung semakin membuat marah pemerintah Belanda karena dalam beberapa tahun sulit untuk ditangani Schout Hinne. Hal ini bahkan telah juga membuat marah Snouck Horgronje yang merupakan penasihat Kerajaan Belanda. Snouck jengkel karena Hinne tidak mampu mengatasi Pitung. Oleh karena itu sekali lagi Belanda akhirnya membuat strategi pecah belah dengan menggunakan Marsose untuk mengejar habis para pejuang Islam ini. Belanda juga memanfaatkan pribumi lemah iman untuk membocorkan keberadaan Pitung. Para centeng-centeng bayaran direkrut dan difasilitasi. candu-candu disebar agar para anjing-anjing kompeni itu bisa berbuat anarkis dalam aksinya. Tindakan penjajah ini tentu sangat membuat senang tuan tanah china yang ada di Betawi, tidak segan-segan mereka itu mengeluarkan uang kepada Belanda agar penjajah ini segera bisa menangkap Pitung.
TIndakan Belanda selanjutnya adalah dengan mempersempit ruang gerak Pitung. Semua mata-mata dikerahkan, propaganda disebarkan. Tidak jarang terdengar berita jika anggota Pitung ada yang tertangkap, padahal kenyataannya hal itu bohong besar. Anggota Pitung hanya sekali tertangkap saat Bang Saman dan Bang Jebul tertangkap hingga kemudian mereka dipenjara di Glodok. Tapi penangkapan ini tidak lama, karena kemudian dua orang anggota Pitung tersebut berhasil lolos bahkan mereka berhasil membunuh penjaga penjara.
Lolosnya dua orang anggota Pitung tentu sangat menggelisahkan tuan tanah china dan para centeng-centeng yang telah membocorkan keberadaan Pitung. Lolosnya kedua tokoh penting itu juga membuat fihak Belanda jengkel...perburuan terus dilakukan...semua yang berkaitan dengan Pitung diteror ! Tuan tanah china semakin semena-mena, sanak famili Pituan Pitulung diancam. ternak peliharaan mereka dirampas, daerah Jipang Pulorogo yang berada di pinggir kota, mulai mereka intai dan diambil tanahnya satu persatu dan menempatkan pribumi pendatang untuk mendesak pribumi asli yang sudah ratusan menetap di daerah Jipang Pulorogo.
Pitung tetaplah Pitung, mereka terus secara keras melakukan perlawanan, dan ini sesuai dengan pesan gurunya agar mereka harus tetap berjuang dan selalu membela rakyat kecil, gelora jihad fisabillah tetap harus dikobarkan. Takbir dalam setiap perlawanan selalu dikumandangkan para pejuang Islam ini. Gerak langkah Pitung ini juga didukung keluarga besar keturunan Jayakarta yang tersebar di beberapa tempat seperti Cengkareng, Kalideres, Ciledug, Cakung, Marunda, Kebayoran, Condet, Jatinegara Kaum, Kayu Putih, Kemanggisan, Rawa Belong, Tenabang, Jelambar, Slipi, Kemandoran, Senen, Klender, Pekojan, Sawah Lio, dll.
Perjuangan Pitung terus berjalan hingga satu demi satu para tokohnya gugur. Ji’ih gugur tertembak sebelum tahun 1899 Masehi, namun jenazahnya masih bisa diselamatkan. Radin Muhammad Ali yang merupakan pemimpin gerakan ini gugur tahun 1905 dan kemudian mayatnya dimutilasi para anjing-anjing penjajah tersebut. Namun demikian sebelum gugur Radin Muhammad Ali masih sempat mewasiatkan kepada pengganti Ji’ih yaitu KH Ahmad Syar’i atau Kong Syar’i untuk meneruskan perjuangan Pituan Pitulung bila mereka gugur. Dan estafet perjuangan itu akhirnya diteruskan oleh Kong Syari dan keluarga besar pejuang-pejuang Jayakarta yang masih ada. Perjuangan pasca syahidnya Radin Muhammad Ali tahun 1905 Masehi dilanjutkan, hingga kemudian muncullah perlawanan petani condet dan Ki Dalang hingga akhirnya kemudian muncul nama MH Thamrin untuk bergerak di dalam bidang politik. Keberadaan para pejuang Jakarta juga mulai diperhitungkan para aktifis politik seperti HOS Cokroaminoto, Gunawan Mangunkusumo, dll. Mereka sangat simpati dengan perjuangan rakyat Jakarta yang selalu gigih dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dibumi warisan Fattahillah ini..
Masa Pitung memang telah berlalu, namun semangat jihad fisabillah mereka patut dikenang sebagai perlawanan heroik masyarakat pribumi Jakarta. Perlawanan mereka tidak pernah kalah sekalipun para tuan tanah china, pribumi penghianat dan penjajah mencoba menghalangi perlawanan mereka. Bagi Pitung mati syahid lebih mulia daripada hidup terjajah....

“INNA FATAHNA LAKA FATHAN MUBINA”

INNA FATAHNA LAKA FATHAN MUBINA

Ini negeri Jakarta
Negerinya Para Wali
Negerinya Para Ulama
Negerinya Para Mujahid
Ini negeri kecintaan Majelis Wali Agung
Negeri yang penuh Waliyulah di Lima Penjuru
Negeri yang penuh akan kisah perlawanan
Negeri yang tidak pernah senyap dari perjuangan
Ini Negeri dicintai Timur dan Barat
Negeri yang dipuja Raja raja besar
Negeri yang dirindu semua bangsa
Negeri yang dijaga para Sultan
Ini negeri dengan seribu Adzan
Negeri dengan seribu Masjid
Negeri dengan seribu Majelis
Negeri yang dipenuhi Mutiara Ahlul Bait
Ini negeri tempat berkumpulnya ahli ilmu
Negeri yang tidak pudar akan Nur Ilahiahnya
Negeri yang banyak dikunjungi Ahli Hikmah
Negeri yang bertabur dengan khazanah peradabannya
Ini negeri yang tidak pernah runtuh
Negeri yang masih kukuh dalam kurungan kemegahan
Negeri yang masih tegak menantang melawan kemaksiatan
Negeri yang tidak pernah tunduk terhadap kezaliman
Sejengkal tanah pantang kami berikan
Seonggok tanah wajib kami jaga kehormatannya
Negeri kami adalah tanah yang diberkahi
Di dalamnya terpancarkan jutaan doa
Negeri kami negeri Fathan Mubina
Hari Mulia kelahirannya
Pekik Takbir merebutnya
Sholat Tahajud Ilhamnya
Paringgi kami runtuhkan
VOC kami batasi di pinggir laut
Belanda kami pukul di pedalaman
Jepang kami kurung di semua Front
Inna Fatahna Laka Fathan Mubina
Surat Al Fath 48 Ayat 1 landasannya
Janji Allah memberikan kemenangan
Kemenangan yang nyata dan diberkahi
Tanah kami terusik
jiwa kami berontak
dada kami bergemuruh
Melihat Fathan Mubina terluka
Fathan Mubina Namamu selalu menggetarkan
Fathan Mubina namamu menembus relung hati
Fathan Mubina namamu merobohkan kesombongan
Fathan Mubina namamu merajut jiwa keberanian
Boleh saja mereka menindas kami
boleh saja mereka menistakan kami
boleh saja mereka melecehkan kami
Tapi jangan pernah sekali kali mereka menghina Fathan Mubina
Karena disana ada kitab Suci yang bersemayam di ruh dan jiwa kami
Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !
FATHAN MUBINA…..Kemenangan Yang Nyata menantimu
3 November 2016
Iwan Mahmud Al Fattah...

ISLAM, HABIB DAN SEJARAH FATHAN MUBINA (JAKARTA)

Jakarta adalah kota tua dengan peradaban yang cukup panjang. Salah satu ciri khas kehidupan masyarakat Jakarta dalam peradabannya adalah wajah Islamnya. Sampai saat ini wajah Islam di negeri ini masih begitu kuat sekalipun di dalamnya dikepung dengan kehidupan modern sana sini.
Menjadi sebuah pertanyaan besar..siapakah sebenarnya yang paling besar memberikan andil dalam menentukan wajah keislaman Jakarta pada masa lalu ?
Di dalam Kitab Al Fatawi saya menemukan fakta bahwa wajah Islam di Jakarta ternyata sudah muncul pada saat namanya masih "SUNDA KELAPA". Didalam catatan kitab Al Fatawi ditegaskan bahwa wajah pemerintahan Sunda Kelapa adalah Islam, namun berdasarkan keterangan sejarah lain Sunda Kelapa akhirnya harus meredup setelah dianeksasi Kerajaan Pajajaran tahun 1522 M.
Para penguasa Sunda Kelapa ini bahkan pada tahun 1511 pernah terlibat pada perang jihad ke I melawan Portugis di Malaka dibawah komando Kesultanan Demak.
Di dalam kitab Al Fatawi hal yang mengejutkan saya, ternyata para penguasa Sunda Kelapa itu masih berkerabat dekat dengan Fattahillah Sang Mujahid Agung Pendiri Kota Jakarta. Artinya bahwa ketika Fattahillah masuk Sunda Kelapa beliau ini justru telah menyelamatkan Sunda Kelapa terhadap ancaman penjajahan yang salah satu misinya adalah penyebaran idiologi.
Sejak masuknya Fattahillah mulailah terbentuk wajah Islam di Jakarta yang saat itu beliau beri nama Fathan Mubina atau dalam bahasa lokalnya Jayakarta. Negeri Fathan Mubina di kemudian hari semakin berkembang dengan wajah Islamnya yang berlandaskan akidah AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH.
Sejak masuknya Fattahillah di Negeri Fathan Mubina, maka mulailah pada saat itu gelombang para dai mendatangi negeri yang indah ini. Dalam perkembangannya, para pendakwah itu banyak dari mereka yang berasal dari keturunan Rasulullah SAW yang berasal dari Hadramaut, kemudian Hijrah ke India kemudian hijrah lagi Ke Champa hingga kemudian mereka masuk ke Jawa dan pada akhirnya mereka itu ada yang menyebar ke negeri FATHAN MUBINA. Mereka dinegeri FATHAN MUBINA dikenal dengan gelar Sayyid (sekarang dikenal dengan gelar HABIB), beberapa juga menggunakan Maulana. Pada perjalanan seterusnya banyak dari mereka yang kemudian memakai gelar lokal seperti Pangeran, Raden, dan gelar-gelar lainnya. Di negeri Fathan Mubina ini peran serta keluarga Rasulullah SAW di dalam dunia dakwah plus juga politik sangat didukung kuat oleh Majelis Wali Agung yang berpusat di Kesultanan Demak. Di Jawa sendiri Majelis Wali Agung ini dikenal dengan sebutan Walisongo. WALISONGO sendiri nasabnya masih satu garis dengan Fattahillah.
Dalam beberapa catatan nasab yang pernah saya pelajari, diketahui salah satu Pendiri kota Jakarta yaitu Fatttahillah adalah seorang Sayyid (Ahlul Bait) dari keturunan Sayyid Husein Jamaluddin Jumadil Kubro Wajo. Kakek Fattahillah adalah adik dari Maulana Malik Ibrahim, sedangkan Sayyid Husein Jamaluddin adalah cicit Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath. Al Imam Alwi Ammul Faqih adalah paman dari Al Imam Faqihil Muqaddam (Al Habib Muhammad bin Ali Ba'alawi) yang merupakan leluhur para Habib di Nusantara saat ini. Fattahillah sendiri masih kerabat dekat Walisongo apalagi ibunya adalah adik Sunan Giri
Selain Fattahillah ada nama Maulana Hasanuddin Banten bin Sunan Gunung Jati Cirebon yang nasabnya juga satu garis. Ada pula nama Pangeran Ahmad Jayawikarta atau yang dikenal dengan nama Pangeran Jayakarta Jatinegara Kaum. Lagi-lagi dalam catatan yang saya miliki juga berasal dari nasab yang sama dengan Fattahillah. Nama lain seperti Ratu Bagus Angke, Pangeran Wijayakusuma juga berasal dari Sayyid Husein Jamaluddin. Generasi selanjutnya muncul nama Pangeran Sanghyang, Pangeran Sake, Pangeran Sogiri, Datuk Ibrahim, yang nasabnya sama dengan yang sudah saya sebut. Selain nama nama tersebut sebenarnya masih banyak tokoh lain. Beberapa yang saya sebut ini kelak dari keturunan mereka banyak yang menjadi ulama ulama besar Jakarta. Tentu karena sudah ratusan tahun wajah dan gaya hidup mereka sudah menjadi pribumi setempat.
Setelah era para pendiri Kota Jakarta berlalu, muncullah nama nama Sayyid Husein bin Abu Bakar Alaidrus, belum lagi nama nama lain yang tidak tercatat dalam sejarah tertulis tapi mereka hidup dalam tradisi lisan masyarakat setempat. Setelah era beliau Habib Husein Alaidrus muncul nama Syekh Nawawi Banten yang pernah singgah di Pekojan. Nama lain yang tidak kalah menariknya yaitu nama Sultan Hamid Al Qadri yang berada di Angke.
Setelah fase diatas ini kemudian muncul lagi gelombang kedatangan keluarga Keturunan Rasulullah terutama pada pertengahan dan akhir abad ke 19, mereka datang secara besar-besaran ke Jakarta apalagi setelah dibukanya terusan suez. Mereka kebanyakan berasal dari Hadramaut Yaman yang banyak didominasi dari keluarga Bani Alawi.
Pada era itu muncullah nama Sayyid Usman bin Yahya, Sayyid Abdurrahman Al Habsyi, Sayyid Muhsin bin Muhammad Al Attas, serta para pendiri Jamiatul Khoir, dll. Istilah panggilan Sayyid atau Wan kemudian pada tahun-tahun selanjutnya bergeser dengan panggilan Habib. Muncullah nama Habib Ali Bin Abdurrahman Al Habsyi, Habib Ali bin Husein Al Attas, Habib Salim Jindan, Habib Salim bin Toha Al Haddad, Habib Abdullah bin Salim Al Attas, Habib Muhammad bin Ahmad Al Haddad, Al Habib Umar bin Hud Al Attas, Sayyidil Walid Al Habib ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF, Alhabib Abdullah bin Husein Syami Al Attas, dll.
Setelah era tersebut muncul pula nama Habib Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan, Habib Muhammad Al Baqir Al Attas, Habib Husein bin Ali bin Husein Al Attas, Habib Abdul Qodir Al Haddad, Habib Alwi King, Habib Syekh bin Ali Al Jufri, Al Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf Sayyidil Walid Al Habib Ali bin Abdurrahman Aseegaf, Al Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al Habsyi, Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf, Al Habib Alwi bin Abdurrahman Assegaf, Habib Hud bin Muhammad Al Attas, Habib Husein bin Umar Allatas, Habib Abdurrahman bin Syekh Al Attas, Habib Syekhan Al Bahar, Habib Muhammad bin Soleh Al Attas dan masih banyak lagi yang lainnya.
Maju sedikit, pada era sekarang ini muncul nama-nama tenar Habib Riziq Shihab, Habib Mundzir Mussawa, Habib Ahmad bin Ali Assegaf, Habib Segaf bin Umar Assegaf, Al Habib Husein Assegaf, Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad Al Habsyi, Habib Ibrahim Al Aidit (Habib Metal), Habib Hamid bin Zaid Al Attas, Al Habib Muhsin bin Zaid Al Attas, Habib Salim bin Umar Al Attas, Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, Habib Jindan bin Novel, Habib Ahmad bin Novel, Habib Mustofa Alaidrus, Habib Ahmad Al Habsyi dan masih banyak lagi nama nama yang lainnya.
Mereka para keturunan Rasulullah inilah yang nantinya menentukan wajah Keislaman negeri Fathan Mubina (Jakarta). Ini belum lagi para ulama keturunan Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang lebih dahulu datang dan sudah berasimilasi dengan penduduk pribumi. Dan mereka itu terutama pada era tahun 1920 s/d sekarang banyak yang merupakan pakunya ulama Jakarta. Hampir semua sanad keilmuan ulama Jakarta berasal dari keturunan dari IMAM AHMAD AL MUHAJIR AL BASRI AL HUSAINI ini sehingga tidaklah mengherankan wajah Keislaman Jakarta adalah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yang mayoritas dianut oleh para keturunan Rasulullah SAW ini. Jadi kalau sekarang Jakarta didominasi wajah AHLUL BAIT atau "Keluarga Rasulullah" dalam dunia dakwahnya, itu tidaklah mengherankan sebab perjalanan sejarahnya begitu panjang..
Negeri Jakarta adalah negeri bersejarah. Banyak tokoh besar mencintai negeri ini termasuk Sultan Trenggono/Sayyid Abdurrahman/Sultan Demak II yang merupakan Panglima Tertinggi Operasi Jihad di Sunda Kelapa pada bulan Ramadhan tahun 933 Hijriah. Begitu cintanya Sultan Trenggono pada negeri ini, di akhir-akhir hidupnya beliau pernah berkata kepada Fattahillah yang merupakan adik iparnya, "AKU BERHARAP ANDA TIDAK MENINGGALKAN FATHAN MUBINA, AKU LEBIH SUKA ENGKAU MENINGGALKAN DEMAK DARIPADA ENGKAU MENINGGALKAN FATHAN MUBINA, BIARLAH DEMAK MENJADI KENANGAN TAPI FATHAN MUBINA HARUS TETAP ABADI...."

MAKAM WALI BESAR CIGANJUR, SYEKH ABDUL JALIL, Wali dengan “Magnet” tersembunyi (Penelitian Makam Jilid 3 Di Ciganjur, Bumi Fathan Mubina)

Jakarta seolah tidak pernah “kehabisan” akan informasi-informasi sejarahnya. Selama ini mungkin kita tahunya bahwa informasi sejarah Jakarta lebih banyak diperoleh dari sumber-sumber yang berasal dari penjajah. Padahal dibalik itu masih banyak “harta karun” yang kiranya bisa digali di negeri Islam ini.
Pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2016 untuk yang kesekian kalinya saya telah melakukan napak tilas dalam rangka mencari jejak keberadaan ulama-ulama Jakarta tempo dulu. Perjalanan saya lakukan bersama salah satu sahabat saya, Rudi Iskandar...Kami melakukan pencarian makam tidak hanya satu. Total selama kurang lebih 8 jam, kami telah berhasil menemukan 5 makam bersejarah para ulama masa lalu di Jakarta. Tentu penemuan makam ini semata-mata karena Ridho Allah SWT.
Perjalanan pada Sabtu kemarin itu masih di seputaran wilayah Jakarta. Kali ini target yang akan saya tuju salah satunya adalah daerah Ciganjur Jakarta Selatan, sebuah daerah yang kini menjadi terkenal karena adanya tokoh besar Indonesia yaitu Gus Dur, disamping itu Ciganjur juga dikenal banyak muncul ulama-ulama Betawi. Artinya sebelum kedatangan Gus Dur ke wilayah, ulama-ulama Betawi sudah banyak di daerah ini dan itu nanti bisa saya buktikan ketika saya mewancarai beberapa orang tua yang tinggal di daerah sekitarnya. Bahkan pada akhir-akhir ini banyak pula saya dengar bahwa di daerah Ciganjur dan sekitarnya telah banyak muncul pondok-pondok pesantren atau madrasah. Beberapa ulama beken bahkan saya dengar hijrah ke tanah yang subur dan hijau ini.
Ciganjur sendiri bagi saya sudah tidak asing, sebab sudah berapa kali saya berkunjung dan mengadakan penelitian pada hal yang sana. Daerah ini hawanya sejuk dan kehidupannya masih cukup agamis, sehingga menurut saya wajar saja banyak ulama yang kerasan tinggal di daerah ini. Selain Ciganjur daerah yang sejenis seperti Setu Babakan, Jagakarsa, Ragunan, Kebagusan juga mempunyai kondisi yang sama.
Namun benarkah hanya itu yang menyebabkan para ulama atau tokoh sekelas Gus Dur dan beberapa ulama lainnya betah di daerah ini ?
Dalam penelitian kali ini, saya banyak menemukan fakta bahwa betapa Ciganjur itu banyak menyimpan informasi sejarah yang mencengangkan, salah satunya adalah dengan adanya keberadaan makam para ulama besar yang merupakan Waliyullah. Adanya keberadaan makam para Waliyullah bukan tidak mungkin telah menjadi “magnet” untuk menarik hati para ulama untuk datang ketempat ini. Saya sendiri merasakan ketika memasuki wilayah Ciganjur, hawanya memang “berbeda” dengan beberapa daerah yang pernah saya masuki.
Di Ciganjur sekali lagi, saya berhasil menemukan sebuah makam Waliyullah yang berada di komplek pemakaman. Informasi adanya makam ini tadinya saya peroleh dari salah satu sahabat FB saya. Tentu saja adanya informasi yang berharga ini tidak saya sia-siakan.
Makam yang saya temukan ini keberadaannya sudah ratusan tahun, masyarakat sekitarnya lebih mengenal dengan nama “KUMPI CIGANJUR”. Di area makam itu sendiri saya membaca bahwa nama beliau adalah “ SYEKH ABDUL JALIL” . Beberapa versi yang lain mengatakan bahwa nama beliau adalah SYEKH ABDURRAHMAN. Menurut salah satu penduduk sekitar bahwa yang dimakamkan itu adalah seorang Waliyullah yang hidup pada masa Walisongo. Syekh Abdul Jalil datang ke Ciganjur datang untuk melakukan dakwah Islamiah. Setiap beliau datang ke Ciganjur, Syekh Abdul Jalil selalu menambatkan kudanya di dekat makam beliau yang sekarang. Dahulu menurut penduduk tersebut ada pohon besar yang tumbuh besar. Pohon itulah tempat menambatkan kudanya Syekh Abdul Jalil.
Dalam analisis saya, Syekh Abdul Jalil sepertinya masih merupakan satu jaringan dengan tokoh-tokoh yang pernah saya teliti di daerah Ciiganjur, sebab jika dilihat dari posisi makam serta kronologis riwayat mempunyai banyak persamaaan dengan tokoh-tokoh seperti Pangeran Jaga Raksa, Datuk Hawiya Kuningan, Syekh Zakaria, Nyi Ros Pandan Wangi, Syekh Abdul Ghoni, dll. Adanya jaringan ulama ini semakin menegaskan jika Ciganjur dan sekitarnya adalah merupakan wilayah penting atau vital dalam penyebaran dan penyiaran agama Islam.
Keberadaan makam Syekh Abdul Jalil sendiri berada di jalan AMSAR atau tidak jauh dari lembaga Pendidikan Al Makmur.
Makam Syekh Abdul Jalil berada di pemakaman Wakaf Haji Amsar, masyarakat sekitar makam beliau mengenal pemakaman ini dengan nama “KOBER AMSAR”, karena Haji Amsarlah yang dahulu mewakafkan tanah ini. Di sekitar makam Syekh Abdul Jalil sendiri banyak makam para ulama Betawi tempo dulu. Jika saya lihat tulisan-tulisan serta bentuk bangunan makam memang nuansa tempo dulunya masih ketara. Selain jalan AMSAR makam ini juga bisa kita lalui melalui jalan Sila yang melewati rumah Gus Dur. Bahkan jarak makam dan rumah Gus Dur ini tidak terlalu jauh. Menurut salah satu penduduk setempat, Gus Dur sering mendatangi makam Syekh Abdul Jalil untuk berziarah dan bertafakur.
Nuansa di dalam bangunan makam bagi saya memang terasa tenang, cocok sekali untuk merenung dan bertafakur. Makam beliau sendiri sangat terpelihara dan bersih. Di sekitar makam saya juga melihat sketsa wajah Syekh Abdul Jalil beserta slsilahnya yang ternyata bila saya amati bersambung kepada Al Imam Musa Al Kadzim bin Al Imam Jakfar As-Shodiq. Saya sendiri ketika membaca nasab beliau tersebut cukup kaget, karena siapa sangka keturunan Al Imam Musa Al Kadzim ada di Indonesia, setahu saya kebanyakan keturunan Al Husaini banyak berasal dari Al Imam Ali Al Uraidhi bin Al Imam Jakfar-Assodiq, hampir jarang saya dengar keturunan Imam Musa Al Kadzim menyebar di Indonesia.
Penemuan makam ini sekali lagi membuktikan bahwa Jakarta adalah negerinya para ulama negerinya para Wali. Pantaslah bila saat ini daerah yabg bersejarah ini menjadi “magnet” untuk kedatangan para ulama dari berbagai penjuru...
Al Fatehah untuk Syekh Abdul Jalil Al Husaini.........

ZIARAH KE MAKAM SYEKH KIRUNTAG (KERAMAT PANJANG), Waliyullah Dari Kelapa Dua Kebun Jeruk Jakarta Barat

"Dimana ada tanah yang sunyi, disanalah aku menemukan mereka"
Lagi-lagi saya disuguhi fakta yang mengejutkan dengan adanya makam Waliyullah yang berada di negeri Islam Fathan Mubina (Jakarta).
Dalam perjalanan maraton dalam rangka menapak tilasi jejak ulama pada masa lalu, saya beruntung karena lagi lagi menemukan makam salah satu makam Waliyullah mastur di daerah Kelapa Dua Kebun Jeruk Jakarta Barat.
Informasi keberadaan makam ini lagi lagi saya peroleh dari salah satu sahabat FB saya. Beruntung dalam perjalanan hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2016 saya dan rekan saya Sandi Sedayu tidak begitu kesulitan untuk menemukan makam yang tersembunyi dari khalayak ramai ini.
Makam ini adalah makam seorang penyebar agama Islam di masa lalu khususnya di wilayah kelapa dua dan sekitarnya. Menurut beberapa orang yang tinggal dekat makam, banyak para peziarah dari luar yang berkunjung kesini. Bagi mereka Syekh Kiruntaq adalah merupakan Wali yang menjadi paku di daerah mereka.
Suasana sekitar makam sangat hijau dan tenang. Tanaman begitu asri bersih, sepertinya memang dii dekat makam ada jualan tanaman hias. Posisi makam yang kami temukan ini berada tidak jauh dari kali pesanggarahan. Yang unik makam ini ternyata cukup panjang juga, mungkin sekitar 2 sd 3 meter. Panjangnya bentuk makam beliau ini menyebabkan makam beliau sering disebut makam KRAMAT PANJANG. Panjangnya makam beliau bisa jadi merupakan simbolisasi bahwa Syekh Kiruntaq ini mempunyai wibawa dan pengaruh yang luas terhadap ajaran yang beliau sebarkan. Sayangnya informasi yang saya peroleh tentang beliau ini belum terlalu memuaskan. Untuk mengetahui lebih lanjut beberapa orang sekitar makam menyarankan agar saya menemui MUALLIM BUNYAMIN yang merupakan seorang ulama karismatik yang cukup terkenal. Menurut mereka Muallim Bunyamin sangat faham akan sejarah dan silsilah Syekh Kiruntag.
Posisi makam Syekh Kiruntag dan rumah Mualiim Bunyamin memang ternyata tidak begitu jauh. Sayangnya waktu saya berkunjung kerumah beliau, beliau sedang keluar..apa boleh buat sepertinya saya belum berjodoh dengan salah satu ulama pengganti Muallim Syafi'i Hadzami ini.
Keberadaan Syekh Kiruntaq lagi lagi membuktikan bahwa Jakarta ini adalah negerinya para Wali..negerinya para ulama...
Al fatehah untuk Syekh Kiruntaq...

SYEKH SULAIMAN BARZAKH/KERAMAT KUMPI PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN (Wali Mastur Dengan Pengaruh Dahsyat)

Satu lagi saya menemukan kedahsyatan akan keberadaan Waliyullah di negeri Fathan Mubina (Jakarta). Siapa sangka dalam perjalanan hari Sabtu kemarin saya ditakdirkan bisa berziarah ke makam Wali yang dahsyat ini. Keberadaan Waliyullah ini saya peroleh dari sahabat FB saya..Terima kasih saya ucapkan kepada beliau yang telah berbaik hati memberikan informasi luar biasa ini..
Kenapa saya mengatakan beliau dahsyat ? Karena berdasarkan riwayat beliau dari salah satu pengurus makam yang bernama Pak Wawan (beliau asli Betawi). Makam beliau ini telah banyak dikunjungi ulama ulama besar. Bahkan banyak dari kalangan Habaib sering mengunjungi makam beliau. Tidak kalah menariknya bahkan banyak orang dari luar daerah berziarah ke makam beliau.
Dari pemaparan Pak Wawan yang rumahnya tidak jauh dari makam, Mbah Kholil Bangkalan yang merupakan ulama karismatik Jawa pada masa lalu bahkan pernah menziarahi makam beliau, bahkan beliau sempat menginap. Nama besar lain seperti Gus Dur bahkan pernah menyinggahi makam beliau. Saking begitu banyaknya tokoh yang disebut (termasuk para pejabat) saya hanya mengingat dua nama tokoh tadi itu.
"Cahaya" di sekitar makam ini memang luar biasa. Masuk kedalam wilayah makam, terasa hening dan tenang, saya bahkan merasa berada di sebuah pondok pesantren di pinggir kota. Terasa sekali suasananya sejuk dan damai.
Makam beliau sendiri berada di jalan Kramat I Pondok Pinang Jakarta Selatan, tepatnya berada di belakang SMK 18 Pondok Pinang atau di dalam Mushola Attoyibatul Islami yang posisinya paling ujung mentok. Pada saat masuk wilayah ini saya sudah bisa menebak bahwa nama Jalan KRAMAT pasti dari nama beliau, karena di hampir semua wilayah Jakarta yang ada nama Jalan Kramat Insya Allah ada makam Waliyullah. Pondok Pinang sendiri adalah wilayah Betawi yang cukup kental.
Menurut Pak Wawan usia makam Waliyullah ini sudah ratusan tahun, bahkan beliau mengatakan Syekh Sulaiman hidup pada masa Walisongo khususnya pada masa jayanya Kesultanan Demak. Beliau inilah tokoh tertua di wilayah Pondok Pinang Jakarta Selatan. Dahulunya wilayah sekitar makam masih sepi namun sejak tahun 1990 wilayah ini mulai ramai apalagi sejak dibangunnya Musholla di dekat makam beliau. Sekalipun sudah ada sejak dahulu, keberadaan makam Syekh Sulaiman Barzakh ini tidak pernah sepi dari kedatangan para pengunjung ziarah. Mereka yang terbiasa berziarah di makam-makam para Wali dari kalangan Habaib seperti Makam Mbah Priuk, makam Luar Batang, malam Kampung Bandan biasanya selalu saja ada yang menganjurkan agar jangan lupa untuk berziarah ke makam Syekh Sulaiman Barzakh. Memang jika melihat foto-foto di sekitar makam, foto para ulama dari kalangan Habaib cukup banyak dipajang, belum lagi foto para kyainya...benar benar luar biasa...Menurut Pak Wawan hubungan antara Habaib dan makam ini sudah terjalin lama. Menurut beliau Habib Salim Jindan bahkan sering kesini, sedangkan generasi sekarang ini diantaranya Habib Mundzir Musawa, Habib Jindan, Habib Ahmad, Habib Muhdor Ciawi, Habib Hamid Al Kaff dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pak Wawan juga bercerita, ada beberapa kisah unik dimana para peziarah pernah bermimpi agar mengunjungi makam ini. Uniknya lagi mimpi yang mereka peroleh didapat dari beberapa makam yang pernah mereka ziarahi. Mereka tidak habis fikir kenapa dalam mimpi itu justru diperintahkan untuk berziarah ke makam Syekh Sulaiman Barzakh, salah satunya ada peziarah dari Singapura yang ketika berizarah di makam Habib Nuh justru malamnya malah mendapati mimpi bertemu Habib Nuh dan diperintahkan untuk berziarah ke makam Syekh Sulaiman Barzakh.
Cerita lain yang tidak kalah menariknya, makam ini telah banyak menarik hati para keturunan Kesultanan Jogya, Solo, Surakatta dan Cirebon. Bahkan beberapa dari mereka mengakui bahwa Syekh Sulaiman Barzakh adalah keluarga besar mereka yang telah bertahun tahun dicari makamnya. Sebagian mereka mengakui bahwa Syekh Sulaiman adalah Waliyullah dengan tingkat keistimewaan yang cukup tinggi.
Ziarah kepada Syekh Sulaiman Barzakh adalah perjalanan terakhir dari rangkaian pencarian makam para Wali Mastur di Jakarta pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2016. Dan jujur saja perjalanan pada hari sabtu ini adalah perjalanan berkah karena cuaca yang sejuk dan terakhir saya dan rekan saya Sandi Sedayu seolah "ditahan" oleh Shohibul makam agar kiranya sholat magrib di Mushola beliau yang tenang dan dingin itu...
Al Fatehah untuk Syekh Sulaiman Barzakh..

BERZIARAH KE MAKAM SULTAN ANWAR, TOKOH MISTERIUS DALAM SEJARAH CONDET ( Mastur di dalam pemukiman)

Perjalanan napak tilas ini sebenarnya sudah berapa bulan lalu lakukan, namun baru hari ini bisa saya share.Napak tilas yang saya lakukan ini berada di kawasan Condet Jakarta Timur, sebuah wilayah yang masih kental akan budaya Betawi. Letak makam sendiri tidak jauh dari jalan raya, kita bisa masuk melalui jalan Masjid Al Mabruk. Untuk menemukan makam ini ternyata tidak semudah yang saya bayangkan, karena ternyata keberadaan makam ini sangat tersembunyi, jangankan saya lha wong orang yang tinggal disamping makam ini saja baru tahu kalau di dekat rumahnya ada makam seorang tokoh.
Tokoh yang saya datangi ini boleh dibilang minim akan informasi sejarahnya, namun jika melihat namanya, jelas sekali beliau ini orang besar pada masa lalu. Saya mengetahui makam ini setelah mendapat informasi dari salah seorang sahabat saya yang kebetulan tinggal di Condet. Dia mengatakan bahwa di Condet ada sebuah makam tua yang sampai saat ini belum banyak yang mengetahui keberadaannya. Tentu saja informasi seperti ini langsung saya tindak lanjuti.
Keterangan singkat yang saya peroleh, beliau ini berasal dari Makasar, namun yang anehnya menurut salah satu anak dari penjaga makam ini, makam ini justru banyak dikunjungi orang-orang Kalimantan. Memang jika saya lihat nama daerahnya sepertinya beliau ini dari Kalimantan, namun tidak menutup kemungkinan beliau juga berasal dari Makasar, sebab setahu saya ada beberapa tokoh yang berasal dari Makasar menetap di daerah sekitar Kramat Jati yang dekat dengan Condet seperti Datuk Tonggara.
Nama beliau sendiri Sultan Anwar Singgawang. Keberadaan makam beliau sudah ratusan tahun. Bagi saya sosok beliau ini tentu bukan orang sembarangan, mengingat dia dimakamkan menyendiri. Sosok beliau sendiri telah menarik minat dan hati saya untuk mendatanginya, apakah beliau seorang ulama atau Waliyullah, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Lokasi makam beliau sendiri masih terasa nuansa zaman dulu. Saya sendiri pertama kali masuk ke makam beliau serasa masuk kesuasana Betawi tempo dulu, apalagi disekitar makam masih ada pohon salak dan kayu bakar, padahal kiri kanan makam sudah banyak berdiri pemukiman padat.
Sultan Anwar sampai tulisan ini beredar masih merupakan misteri sejarah, semoga nanti ada fihak fihak yang bisa memperlengkap data sejarah dari apa yang sudah saya peroleh ini...

BERZIARAH KE MAKAM GURU ABDUL MADJID PEKOJAN (GURUNYA ULAMA BETAWI) DAN KH ABDUL GHONI DARI BASMOL

Salah satu makam ulama besar Betawi yang sudah lama saya ingin ziarahi adalah makam Guru Abdul Madjid. Bagi masyarakat Betawi tempo dulu beliau adalah 1 dari 6 Guru Besar Betawi yang cukup dihormati. Hampir semua ulama Betawi yang hidup di era tahun 40 s/d 90an adalah hasil didikan ulama yang luas ilmunya ini.
Oleh karena itu tidak salah rasanya saya menziarahi makam ulama karismatik Betawi ini. Beliau sendiri dimakamkan di Kampung Basmol (asal dari kata Bismillah) sebuah kampung yang pada tahun 90an sering saya datangi karena banyak terdapat teman teman kuliah.
Mengenai keberadaan makam beliau di Basmol ini, ada sebuah cerita yang cukup menarik dan cukup menunjukkan kapasitas "maqom" ulama besar ini. Sebelum wafat beliau telah meminta kepada muridnya yaitu KH Abdul Ghoni, bahwa jika kelak Guru Madjid wafat beliau ingin dimakamkan di Basmol tempat tinggal KH Abdul Ghoni. Tentu saja sang murid sangat gembira mendengar permintaan Sang Guru.
Sepertinya Guru Madjid sudah bisa memperkirakan jika daerah Pekojan tempat beliau tinggal akan menjadi daerah yang padat dan tidak sesuai lagi untuk pusat medan dakwah. Permintaan beliau kepada muridnya itu seperti sebuah isyarat bahwa Guru Majid ingin agar daerah Basmol ini kelak harus menjadi salah satu pusat kegiatan dakwah di Jakarta Barat.
Adapun Pekojan yang sekarang sudah menjadi daerah yang padat dan sudah banyak dihuni oleh para pendatang dari etnis china dan juga etnis etnis lain. Pemakamanpun sudah sangat sulit keberadaannya. Bukan tidak mungkin suatu saat Pekojan berubah menjadi daerah yang warisan keislamannya hilang tak berbekas dan sepertinya kondisi ini sudah bisa dibaca oleh Guru Madjid 60 atau 70 tahun yang lalu sehingga akhirnya beliau lebih memilih wilayah Basmol menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir...

Pantun Sujare..

Bismillah ade pembuka kate
Pantun wirayat ini diyenye
Pelipur sumpek tuwe dan mude
Buat ngehibur ati nyang duke
Buwe kelape tulung alapin
Tulung kupasin tulung parutin
Jikalo sale tulung maafin
Tulung tegorin tulung benerin
Dari Mataram nyampe di Bantam
Adiningrat Bagus Jayakarte
Nyodorin sembe nyampein salam
Kasi ingetan mulus sujahtere
Siri disusun dari Keramat
Keramat ade di Kali Angke
kite berpantun buka wirayat
Selamat kite selamet semuwe
Wirayat kuno jaman dahulu
Sual wirayat negeri Jakarte
Beberin sujare rumpun Melayu
Nyang bermukim di Pulo Jawe...
"Al Fatawi......."

KILAS BALIK PERJALANAN HAJI 2016

Alhamdulillah pelaksanaan ibadah tahun ini telah berlangsung dengan aman dan nyaman. Salah satu yang cukup membuat saya bangga adalah bahwa Jamaah dari negara kita dinilai cukup baik dan tertib oleh pemerintah Ibnu Saud.
Dibandingkan Jamaah dari negara lain memang jamaah negara kita ini terbilang cukup tertib dan disiplin, hal ini tentu tidak lepas dari peran serta para pembimbing haji dan juga kerjasama semua fihak sedangkan negara lain sering saya lihat melakukan "pelanggaran" yang kadang kalau kita tidak menahan sabar bisa terjadi hal yang kurang enak.
Sisi lain dari ibadah haji yang cukup membuat saya merasa unik bahwa keberadaan bahasa Indonesia ternyata menjadi bahasa kedua di Arab Saudi, hal ini memang tidak aneh mengingat jamaah kita paling banyak dari negara lain. Untuk bahasa Inggris ternyata tidak terlalu banyak yang menggunakan.
Gambaran ibadah yang sering dikatakan "seram" oleh beberapa orang ternyata tidak terbukti. Ini bukan sebuah kepongajan karena justru saya banyak mendapati hal-hal yang positif, kalaupun ada perbedaan tata cara ibadah ataupun pemahaman pemikiran keagamaan yang dimiliki pemerintahan Ibnu Saud dan bangsa kita, itu tidak membuat jamaah haji kita terganggu. Misalnya kalau ziarah kubur silahkan saja toh tidak dilarang.
Ibadah haji tahun ini juga saya gunakan sebagian waktunya untuk wisata sejarah dan wisata religi. Sayangnya tidak semua bisa saya datangi karena keterbatasan waktu dan anjloknya fisik saya selama 1 minggu karena kelelahan karena terlalu bersemangat dalam melakukan napak tilas..
Semoga perjalanan haji tahun ini membawa keberkahan dan semoga mereka yang tahun ini belum bisa berangkat, dari mulai Keluarga besar saya dan istri, guru-guru saya, handai taulan, para sahabat, tetangga, rekan kerja dan murid-murid saya Allah panggil nama mereka di tahun tahun mendatang....Amin....
Selamat tinggal kota Madinah..Semoga Allah menjadikan diri ini bisa kembali lagi.....

HARI TERAKHIR DI KOTA SUCI MADINAH (PERPISAHAN DENGAN RASULULLAH SAW)

Hari terakhir di pagi dini hari ini saya memutuskan untuk melakukan ziarah ke makam Rasulullah SAW, Sayyidina Abu Bakar RA, Sayyidina Umar RA.
Tidak terasa ini adalah merupakan hari terakhir keberadaan saya di MADINAH. Kota Suci ke dua setelah Makkah.
Jujur kalau ditanya, saya sangat kerasan di tanah Haram ini. Begitu banyak kenangan yang saya peroleh disini. Setiap hari saya selalu berusaha untuk berziarah ke makam Rasulullah SAW dan kedua sahabat beliau. 4 x sudah saya ke Baqi dan juga keliling menapak tilasi rumah para Sahabat.
Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah impian saya sejak lama. Sekalipun mungkin saya belum bisa mengikuti jejak ajaran beliau secara utuh namun rasa cinta saya terhadap beliau tidak bisa dibandingkan dengan yang lain. Saat saya menulis status ini, posisi saya persis berada di depan makam beliau.
Subhanallah...pagi jam 03.32 ini sepertinya begitu mudahnya saya bisa berhadapan dengan sosok yang mulia ini.

SEMOGA ALLAH MENGEMBALIKAN SAYA KE TEMPAT YANG MULIA INI....

Napak tilas di Sukaifah Bani Saedah (tempat terpilihnya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah Pertama)

Ini adalah salah satu tempat bersejarah di Madinah. Di tempat ini dahulunya telah terjadi peristiwa besar yang nantinya akan mempengaruhi jalannya sejarah Islam.
Sukaifah Bani Saedah adalah merupakan tempat berkumpulnya sahabat Anshor yang akan memilih pemimpin untuk menggantikan kedudukan Rasulullah yang belum lama wafat. Namun berkat informasi Ikrimah bin Abu Jahal yang kemudian ditindak lanjuti Umar bin Khattab kaum Muhajirin berhasil meyakinkan Kaum Ansor untuk memilih Abu Bakar menjadi Khalifah. Kecerdasan dan kelihaian Umar telah menjadikan sosok Sayyidina Abu Bakar diterima semua fihak.
Bisa dibayangkan kalau saat itu para sahabat tidak bertindak cepat dalam memilih pengganti Rasul maka potensi perpecahan akan segera mengancam. Saat itu negara Madinah sudah sangat stabil tentu dibutuhkan pemimpin yang kiranya kemampuannya tidak jauh dari sosok Rasulullah SAW. Sayyidina Abu Bakarlah sosok yang pantas untuk itu..
Sayangnya keberadaan tempat ini tidak dibuatkan sebuah bangunan atau paling tidak monumen. Tempat ini hanya dijadikan sebuah taman...Keberadaannya hanya dibuat plang dengan keterangan singkat saja.
Keberadaan tempat ini tidak banyak yang mengetahuinya. Hal ini wajar karena keberadaan tempat ini memang tidak dibuat seperti banguna lain. Lagi lagi peninggalan sejarah kurang begitu diperhatikan.

BURUNG MERPATI DI MAKAM BAQI

Salah satu sisi lain yang cukup menarik di makam Baqi ini dengan banyaknya burung MERPATI. Burung yang pernah menutup Gua Tsur dari pandangan kafir Quraish pada saat Nabi berada di dalamnya.
Ketika saya masuk Baqi saya merasa senang dan cukup menikmati pemandangan dengan adanya burung merpati. Kedatangan burung burung ini ke Baqi seolah olah binatang ini tahu kalau yang dimakamkan disini banyak orang orang mulia yang dicintai Allah.
Jumlah burung merpati disini benar benar luar biasa. Kalau dipikir secara logika rasanya sangat sulit mencari makanan ditengah makam baqi ini, namun kuasa Allah lebih besar justru disinilah banyak makanan untuk mereka...Subhanallah....Baqi seperti surga bagi burung burung ini. Satu keanehan juga saya rasakan terutama di luar masjid Nabawi yang dekat dengan Baqi. Keanehan itu adalah tidak banyaknya burung yang berkumpul disitu...Subhanallah padahal jarak Baqi dan Masjid itu sangat dekat sekali.
Saat saya di Makkah kondisi ini mirip dengan area yang ada diluar kakbah.
Bagi saya dalam kunjungan ke 4 ini, saya merasakan Baqi semakin dekat dengan hati saya apalagi dengan keberadaan burung burung merpati ini yang selalu setia berada di maqam yang mulia ini.....

ZIARAH KE MAKAM BAQI' DI MADINAH AL MUNAWAROH (BALIK KAMPUNG KE NEGERI LELUHUR)

Edisi perjalanan saya dikota suci Madinah kali ini adalah dengan berziarah ke makam Baqi, makam dimana terdapat Ahlul Bait Nabi, Sahabat, Syuhada dan orang-orang soleh.
Di Baqi jumlah makam sebenarnya puluhan ribu. Sayangnya semua makam tersebut dibuat seadanya tanpa ada informasi apapun, padahal bagaimana kita tahu siapa yang akan kita ziarahi. Namun bagi saya semua itu tidak menyurutkan langkah saya untuk menapak tilasi komplek makam yang sangat bersejarah ini.
Di Baqi memang kondisinya hampir sama dengan makam Ma'la Makkah. Selain itu pemerintah Ibnu Saud yang sekarang ini lebih banyak memberikan perhatian atau peringatan peringatan belaka terhadap keberadaan aktifitas di pemakaman. Saya sendiri sih maklum terhadap kondisi tersebut karena memang pemerintah Ibnu Saud memang tidak sefaham dengan hal ini, sehingga tidak heran kata kata yang saya sering dengar di Baqi itu kalau gak " HARAM" ya "MUSYRIK", seolah yang datang dimata mereka adlah orang orang yang terbelakang aqidahnya.
Apapun itu semua saya tidak terlalu memperhatian karena saya lebih fokus untuk mencari makam makam orang penting yang kiranya masih bisa dilihat.
Masuk ke Bagi saya lakukan setelah Sholat subuh, sebelumnya saya terlebih dahulu menziarahi makam Rasulullah SAW, Sayyidina Abu Bakar RA, Sayyidina Umar RA. Dari sini saya terus bergerak ke Baqi. Seperti biasa sebelum mengambil data saya berdoa untuk arwah para penghuni makam yang mulia.
Di dalam komplek makam ini Alhamdulillah saya berhasil mengidentifikasi beberapa makam penting, bahkan beberapa jamaah dari neger lain ikut ikutan saya. Secara kebetulan saya punya buku petunjuk tentang keberadaan siapa saja yang dimakamkan disana. Hal yang juga membuat saya tercengang ternyata menurut ibu saya, di Baqi' ini banyak dimakamkan nenek moyang saya...(wah ini sama saja saya balik kampung). Keterangan ibu saya juga menjawab pertanyaan saya yang selama ini selalu rindu dengan pemakaman Baqi' ini. Saya merasa Baqi" bukan tempat yang asing buat saya....
Mudah mudahan perjalanan ini mendapatkan keberkahan....

NAPAK TILAS GUA HIRO

Untuk yang kesekian kalinya dalam perjalanan di kota suci Mekkah, saya berkesempatan menyunjungi sebuah situs bersejarah yaitu Gua Hiro. Bagi sebagian mereka yang melaksanakan haji, gua hiro merupakan salah satu wisata sejarah yang wajib dikunjungi. Saya sendiri selama ini mengetahui keberadaan gua ini hanya melalui riwayat riwayat.
Dalam sejarah Rasulullah SAW gua hiro ini merupakan salah satu tempat yang sangat penting dimana beliau telah menerima wahyu yang pertama kali. Disini pula Rasulullah SAW telah melihat langsung bentuk asli malaikat Jibril AS. Istri beliau juga berapa kali datang ke tempat yang bersejarah ini untuk mengantarkan bekal Kanjeng Rasul selama beliau melakukan refleksi dan perenungan.
Saya mendatangi gua ini jam 3 sabtu dini hari bersama teman-teman yang menamakan diri JAMAAH HAJI MBOLANG. Dinamakan Mbolang karena semua anggotanya terdiri dari orang orang yang "gila" untuk berpetualang.
Seperti biasa gambaran gua yang ada di jabal Nur ini tidaklah seperti yang kita bayangkan. Yang dimaksud gua disini hanya merupakan tumpukan batu besar. Salah satu keunikan gua ini yang cukup membuat saya cukup senang adalah dengan banyaknya kucing, binatang peliharaan yang cukup akrab dengan kehidupan saya, dan kucing kucing tersebut semuanya jinak dan bisa disentuh.
Mengunjugi Gua Hiro serasa nyaman dan tenang, pantas saja Kanjeng Rasul kerasan ditempat ini. Sayangnya vandalisme mulai menggerus wilayah ini. Coret coretan dimana mana ada. Sampah juga bertebaran tidak karuan. Yang juga unik di dekat gua hiro ada warung makan...walah.....
Saya merekomendasikan bagi anda yang sudah datang ke Mekkah, datangilah tempat bersejarah ini..sayang jauh jauh dari Indonesia kalau tidak kesini. Ke tempat ini Naik taksi dari Masjidil Harom anda bisa membayar taksin30 real.

BERKUNJUNG KE KOTA TUA JEDDAH

Jeddah adalah sebuah kota besar yang berada dalam kawasan Arab Saudi. Bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji, tidak lengkap rasanya kalau tidak berkunjung ke kota besar ini. Pada masa lalu Jeddah bahkan merupakan tempat transit utama pelabuhan kapal yang mengangkut jamaah haji dari berbagai negara.
Pada kesempatan kali ini, saya akhirnya mendapat kesempatan mendatangi wilayah yang dekat dengan lautan ini. Jeddah sendiri "konon" dikenal karena sepeda "Nabi Adam". Di sini juga dimakamkan Ibunda kita yaitu. SITI HAWA.
Suasana dan iklim Jeddah sepertinya memang agak berbeda dengan Makkah. Jeddah berhawa agak lebih lembab karena posisinya yang dekat dengan laut.
Kunjungan saya kali ini adalah menuju pusat perbelanjaan Corniche. Di pusat perbelanjaan ini banyak terdapat minyak wangi yang terkenal kwalitasnya. Berhubung harga harga barang di mall ini bisa menguras isi kantung Real saya, maka saya lebih memilih mencari sebuah tempat bersejarah yaitu kota tua.
Tidak perlu banyak bertanya, akhirnya saya menemukan situs bersejarah di Jeddah ini.
Situs yang saya datangi ini ternyata memang terdapat bangunan bangunan tua, kontras dengan kota Makkah yang sudah jarang bangunan tuanya, kota Makkah kini sudah jadi kota Metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Sebenarnya Jeddah juga agak mirip, namun pas saya melihat situs kota tua ini, rasanya saya sedang berada di masa lalu saja. Kondisinya agak mirip dengan kota tua di Jakarta.
Berkunjung ke kota tua membuat saya seperti berada di "negeri liliput" saja. Sayangnya dari sekian banyak bangunan yang saya datangi tidak semua bisa dijelajahi karena terbatasnya waktu karena setelah dari tempat ini saya akan segera menuju MASJID TERAPUNG (kata orang Indonesia).
Semoga lain waktu saya bisa berkunjung ke daerah ini untuk berziarah ke makam Ibunda Kita yaitu Siti Hawa dan juga berkunjung ke tempat tempat bersejarah lainnya.

CATATAN JAKARTA DALAM FASE-FASE PENINDASAN

Jakarta atau Jayakarta didirikan oleh Fattahillah atas restu Majlis Wali Agung yang didukung penuh Kesultanan Demak. Ketika Jayakarta direbut Jan Pieterzoon Coen dengan membakar masjid, seluruh Mujahid melawan drakula ini dengan cara bergerilya ke arah timur dan barat Jakarta. JP Coen "pintar", untuk menghadapi perlawanan mujahidin dia menggunakan beberapa etnis nusantara yang kemudian dibayarnya. Dia juga menarik Souw Beng Kong untuk merubah total negeri Jayakarta yang Islami menjadi negeri Batavia yang jahiliah. Sejak pada masa itulah banyak orang orang China "hijrah" ke "batavia". Beberapa ratus tahun kemudian terjadilah kolaborasi antara Penjajah (penerus jejak JP Coen) dan Tuan tuan Tanah Cina ( penerus jejak Souw Beng Kong didukung Marsose (tentara bayaran pribumi) dan Centeng centeng bayaran untuk menindas rakyat pribumi Jakarta. Tanah tanah dan hasil bumi para petani seringkali dirampas, rumah mereka sering digusur dan dibeli seenak perut dajjal dajjal tersebut. Pribumi benar benar dijadikan sapi perahan. Pada saat penindasan inilah muncul 7 Kesatria Jakarta yang bernama Pituan Pitulung (Pitung). Sejak itulah keberanian rakyat Jakarta muncul untuk melawan kezaliman. Perlawanan Pitung ini juga didukung oleh para alim ulama, sesepuh adat dan juga aktifis aktifis Islam politik yang saat itu secara diam-diam mulai berembrio untuk melakukan perlawanan terhadap kezaliman penjajah kafir. Spirit perlawanan Pitung telah membuat resah dan ketakutan para Tuan tanah China yang selama ini banyak dimanja oleh Penjajah Kafir. Sejak itulah selalu terjadi gesekan-gesekan. Memang benar tidak semua tuan tanah bersikap seperti itu, namun secara umum semua Tuan tanah tetap wajib loyal kepada penjajah, dan inilah yang membuat Pituan Pitulung tidak simpatik kepada mereka ditambah perilaku mereka sering melukai perasaan umat Islam Pribumi yang kukuh dengan ajarannya. Madat atau opium begitu mudah ditemukan pada lingkungan mereka yang efeknya sangat merusak jiwa dan mental dan itu sering mereka tunjukan pemakaian di depan rumah mereka. Sedangkan pribumi jelas-jelas sangat diharamkan para ulamanya untuk menggunakan barang laknat tersebut.

DAN KONDISI TERSEBUT BISA SAJA TERJADI SEKARANG.....

RENUNGAN JAKARTA 1527 - 2016

Semoga negeri Fathan Mubina berdiri kembali seperti saat Mujahidin menumbangkan negeri Paringgi...
Semoga Jayakarta kembali dengan Syiar Islamnya seperti saat Fattahillah bertakbir di tepian Sunda Kelapa
Jangan pernah terulang kembali nama Batavia yang pernah dimunculkan Jan Pieterzoon Coen dengan membakar masjid Jayakarta
Jangan ada lagi nama Kapiten Souw Beng Kong yang pernah menjadi sahabat sejati dengan Si Penjagal Coen dan menjadikan negeri ini menjadi Jahiliah.
Jangan ada lagi batavieren-batavieren yang bermental budak yang kerjanya menjilat ketiak para penguasa
Jangan ada lagi marsose-marsose yang rela dibayar untuk menindas saudaranya sendiri 
Jangan ada lagi centeng-centeng bayaran yang rela menjual harga dirinya demi uang "sekeping"
Jangan ada lagi muncul para tuan tanah China yang sering merampas tanah dan "hasil bumi" rakyat Jayakarta
Jangan ada lagi rakyat Betawi yang dianggap bodoh oleh para penguasa penjual harga diri
Jangan ada lagi penjajahan atas ajaran luhur para Wali yang sudah ditanam lebih dari 400 tahun yang lalu..

Jayakarta Negeri Fathan Mubina....
Para Wali berada dibelakang negeri ini
Negeri yang tidak akan pernah habis jiwa sabilillahnya....

Jayakarta Negeri Para Ulama
Disini berkumpul para wali
Disini berkumpul para fuqoha 
Disini berkumpul para Mujahid..

Fattahillah dan Sultan Trenggono yang memulainya....
Maulana Hasanuddin dan Aria Jipang yang membantunya...
Majelis Wali Agung yang mengikatnya......
Pituan Pitulung estafet selanjutnya....
Bang Thamrin pemuncaknya....
Mekkah, 23 September 2016

NAPAK TILAS HIJRAHNYA RASULULLAH SAW DAN PERJUANGAN HEROIK SAYYIDAH ASMA BINTI ABU BAKAR AS-SHIDDOQ.DI JABAL TSUR.

Salah satu situs sejarah yang kiranya masih asli dan bisa dilihat di Mekkah adalah situs Jabal Tsur.
Jabal Tsur atau Gunung Tsur terkenal dalam sejarahnya sebagai salah satu rute terpenting dalam hijrahnya Rasulullah SAW dan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq. Di gunung ini Allah telah menyelamatkan beliau berdua dalam kejaran kafir Quraish. Allah telah kirimkan laba laba untuk membuat sarang dan merpati yang sedang mengeram.
Tadinya saya berfikir kalau tempat persembunyian Rasulullah SAW yang dikatakan Gua ini benar-benar Gua, namun setelah saya lihat ternyata gua ini sebenarnya hanya sebuah tumpukan batu besar yang menyerupai rongga. Jadi kalau ada orang di dalamnya kita akan mudaH melihat. Namun berkat pertolongan Allah beliau berdua selamat.
Hal yang juga membuat saya geleng-geleng, tempat persembunyian Rasul ini telah 4 kali didatangi anaknya Sayyidina Abu Bakar yang bernama Asma untuk memberi bekal perjalanan. Dan yang membuat saya kagum, Sayyidah Asma waktu itu sedang hamil tua.
Jika melihat kontur dan cuaca yang ada di gunung ini, tentu apa yang dilakukan Sayyidah Asma merupakan sebuah perbuatan yang beresiko tinggi. Namun karena imannya yang sudah tinggi beliau melakukan itu semua dengan ikhlas.
Saya sering naik gunung, tapi kalau membayangkan bagaimana Sayyidah Asma, rasanya malu sekali kalau saya tidak bisa mencapai puncak Jabal Tsur, padahal malam tadi kondisi fisik saya sedang drop karena dihantam batuk dan flu.
Saat saya tiba di puncak, beberapa menit sebelum subuh, saya melihat sekeliling kota Makkah dihiasi lampu dan cahaya di sana sini, dan saya bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan Rasulullah SAW dalam berhijirah. Saya saja dibuat ngos-ngosan (maklum umur...). Tapi kadang semangat bisa mengalahkan penyakit. Alhamdulillah saya dan beberapa teman haji sampai di puncak Jabal Tsur sebelum subuh.
Jabal Tsur memang tidak terlalu tinggi kalau dibandingkan dengan gunung gunung di Indonesia. Jarak tempuhnya sekitar 2 jam. Tapi anda jangan coba-coba menganggap remeh gunung ini, cuacanya cukup ektrim.
Di gunung ini kita bisa banyak menemukan burung merpati, kucing dan juga warung serta pengemis. Sayangnya Jabal Tsur ini batu batuannya banyak dicorat coret oleh para pengunjung dan juga sampah terdapat dimana-mana. Coretan dibatu pada dasarnya telah merusak keasrian dan kealamian Jabal Tsur. Miris memang....banyak yang melakukan napak tilas namun justru banyak juga yang merusak lingkungan....
Wallahu A'lam bisshowab...

Al Ustadz Ishak Usman Ch (Ustadz Eka) dalam kenangan saya...

Sejak kecil saya dididik ngaji dan Pencak Silat oleh beliau.
Tahun 1989 saat saya masih SMA beliau mengajak saya lagi untuk ngaji dan memperdalam Ilmu Hikmah, pada fase ini saya banyak dikenalkan oleh beliau dengan para ulama-ulama Jakarta baik itu Habaib ataupun para Kyai, maka mulai saat itulah saya malang melintang untuk mendatangi kediaman para ulama tersebut terutama ketika mereka mengadakan acara.
Tanpa beliau mungkin saya tidak seperti sekarang ini, sejak SMA beliau selalu mengajarkan agar saya rajin menulis.Dan hasilnya sampai saat ini Alhamdulillah masih bisa meneruskan wasiat beliau. Dalam hubungan saya dengan beliau, saya selalu memanggil beliau KAK IKA, karena saya sudah menganggap beliau ini kakak dan beliau juga menganggap saya adik...
Sosoknya mudah dikenal karena perawakannya yang besar dan gagah, namun dalam beberapa tahun ini beliau sering saya dengar sakit, namun semangatnya dalam berdakwah tidak pernah luntur. Salah satu ulama yang sangat dekat dengan beliau adalah Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf.
Subhanallah.....Saya betul-betul kehilangan seorang guru yang telah mempengaruhi hidup saya....
Al Fatehah untuk Guruku Al Ustadz Ishak Usman Ch (Kak Ika/Ustadz EKA)

KOMPLEK MAKAM SYEKH YASIN AL FADANI

Sejak kedatangan saya ke Mekkah hal yang menjadi cita-cita besar saya adalah menemukan jejak makam Syekh Yasin Al Fadani, seorang ulama keturunan Padang (Sumatra Barat) yang lahir dan besar di Mekkah.
Syekh Yasin Al Fadani adalah sosok ulama yang diakui kepakaran ilmunya. Beliau bahkan merupakan ulama yang banyak mempunyai sanad keilmuan. Sehingga julukan "MUSNID FID DUNNIA" sangat melekat kuat. Dalam catatan Sayyid Shohibul Faroji yang mengutif catatan kakelnya Sayyid Bahrudin, diketahui bahwa leluhurnya Syekh Yasin ini anak Sunan Giri yang hijrah dari Giri ke Minangkabau untuk melakukan penyebaran agama Islam. Berdasarkan catatan inilah menurut kami sangat wajar jika Syekh Yasin bisa mengikuti jejak leluhurnya
Salah satu kelebihan Syekh Yasin lainnya, beliau ini ternyata sangat dihormati kalangan Kerajaan Saudi yang nota benenya berfaham berbeda dengan beliau. Sehingga apa yang dilakukan Syekh Yasin banyak yang segan untuk menegurnya dikarenakan kealimannya dalam berbagai macam cabang ilmu pengetahuan. Muridnya yang paling terbanyak adalah berasal dari Indonesia, bahkan dapat dikatakan sanad keilmuwannya banyak yang jatuh kepada ulama-ulama Indonesia.
Dikarenakan kebesaran nama beliau inilah saya penasaran untuk mengetahui dimama sebenarnya makam beliau ini, mengingat informasi yang saya peroleh sangat minim. Usaha saya untuk mencari jejak makam Syekh Yasin seperti menghadapi ruang yang gelap. Mencari jejak makam ulama kita di Ma'la itu tidak semudah yang dibayangkan mengingat negara Arab Saudi aturannya sangat berbeda dalam penanganan soal makam. Contoh kemarin, banyak para peziarah yang diusir di makam Ummul Mu'minin Siti Khadijah, padahal mereka itu hanya sekedar melihat. Seolah mereka yang ziarah itu menyembah nyembah kuburan.
Setitik harapan mulai muncul saat saya bertemu peziarah Indonesia yang kemudian memberi tahu letak komplek makam Syekh Yasin, bahkan dia menunjukan bahwa makam Syekh Yasin berdekatan dengan makam Habib Abdul Qodir Assegaf (Jeddah). Saya sendiri mendapatkan keterangan sangat senang sekaligus setengah tidak percaya, karena beberapa hari sebelumnya saya bermimpi kalau makam Syekh Yasin tidak jauh dari pintu masuk kedua..saya fikir itu hanya kembang tidur saja, apalagi yang mengatakan itu samar-samar dan berpakaian serba putih. Namun pas melihat posisi makam beliau....saya jadi terdiam dan takjub.
Sekalipun orang Indonesia itu tidak tahu persis dimana lokasi makam Syekh Yasin, namun menurutnya Syekh Yasin makamnya tidak jauh dari Habib Abdul Qodir Assegaf Jeddah, keyakinan saya tambah tinggi saat bertemu dengan orang orang Kenya yang mengatakan kalau komplek area yang saya maksud banyak dihuni para wali dan Habaib. Bahkan Sang Ulama Kenya itu "memaksa" saya berdoa, tapi saya menolak..memangnya saya siapa...?
Menemukan komplek makam Syekh Yasin adalah sebuah kebahagiaan tersendiri, sekalipun makamnya belum saya temukan, namun dengan adanya penemuan komplek area makam, itu sudah lebih dari cukup...
Alhamdulillah, usaha saya yang ke 3 di Ma'la telah memperoleh hasil.....
Al fatehah untuk Syekh Yasin Al Fadani....

BERZIARAH KE MAKAM GURU BESAR ULAMA INDONESIA, ABUYA AS-SAYYID MUHAMMAD BIN ALWI AL MALIKI DI MA'LA MEKKAH

Dalam perjalanan ziarah saya beberapa hari yang lalu di Ma'la Makkah, satu hal yang menjadi tujuan saya berziarah adalah dengan mendatangi makam salah satu ulama besar dunia yaitu Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani.
Bagi sebagian ulama Indonesia, nama beliau sudah tidak asing lagi. Dan memang sebagian besar santri beliau lebih banyak didominasi orang Indonesia. Kini para santri yang pernah belajar kepada beliau banyak yang menjadi ulama besar, salah satunya adalah Mbah KH Maimun Zubaiir. Selain beliau, dari mulai ayahnya, kakeknya dan seterusnya, mereka itu memang dikenal sebagai sebagai keluarga yang ahli ilmu dan mereka itu sejak dulu sangat dekat hubungannya dengan ulama ulama kita.
Berbicara tentang kapasitas keilmuan Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, sampai saat ini sangat sulit mencari ulama yang bisa menyamai reputasi beliau di Makkah. Bayangkan, beliau ini mendapatkan gelat Doktornya saja dalam usia 25 tahun dan itu diperolehnya dengan mendapatkan nilai Sempurna dan dikampus Islam yang paling bergengsi di dunia Abuya sendiri dikenal sebagai Ahli Hadist yang tangguh, karya tulisnya cukup banyak tersebar. Beliau juga pernah mengajar di Masjidil Harom, namun karena terjadi perbedaan pendapat beliau kemudian tidak diperbolehkan lagi mengajar, tapi dengan adanya hal ini justru semakin meningkatkan reputasi beliau di mata ulama dunia.
Kalau saya baca beberapa biografi beliau, sangat jelas penghargaan ulama dunia kepada beliau, sehingga sangat wajar jika banyak ulama ulama kita mengirimkan anaknya untuk dididik oleh ulama yang karismatik dan tawadhu ini. Sampai kewafatannya pun penghargaan tetap diberikan oleh banyak kalangan, terutama juga di Makkah yang pada waktu itu seolah seperti lautan manusia untuk mengantar jasad beliau di Ma'la.
Dengan pengetahuan saya tentang beliau ini telah membuat saya ingin sekali menziarahi makam beliau ini. Alhamdulillah patokan untuk mencari makam beliau sudah saya peroleh sehingga saya merasa yakin akan menemukan makam beliau ini. Dan benar saja ketika saya minta tolong kepada OB dari Banglades untuk menunjukkan area makam beliau, dengan senanh hati OB ini mengantarkan saya, sesampainya di area makam, saya segera memperhatikan, lokasi ini sudah benar, posisinya juga tidak jauh dari Ummul Mu'minin, tapi yang membuat saya heran kenapa bentuk batunya sama dengan yang lain ? Padahal setahu saya batu penanda malam beliau agak berbeda, sekali lagi saya perhatikan, ternyata berdasarkan nomor urut makam, yang saya temui ini memang makam beliau. Saya akhirnya berkesimpulan, tanda batu makam beliau pasti sudah diganti oleh pengurus makam, padahal batu yang dahulunya cukup berbeda, namun apapun itu saya beruntung bisa berziarah ke makam beliau. Mungkin saya tidak pernah bertemu beliau dan bukan juga murid beliau, namun kecintaan saya terhadap beliau sangatlah besar sehingga setelah proses ibadah haji saya berusaha untuk menyempatkan diri berziarah ke makam dari keturunan Sayyidina Hasan ini.
Keberadaan makam beliau di Ma'la adalah sebuah karunia besar, mengingat pemerintah Saudi punya kebijakan bahwa setiap jenazah yang sudah dikuburkan, 8 bulan kemudian akan digali dan dipindahkan ke lokasi lain. Dan untuk jenazah beliau, ketika digali ternyata masih utuh ! Dan tahun berikutnya ketika digali masih utuh, maka akhirnya diputuskan bahwa makam beliau tetap berada di Ma'la. Allah telah menunjukkan kebesaran-Nya dengan menjaga jenazah ulama besar dunia dengan berdekatan bersama Ibundanya, Sayyidatuna Khadijatul Al Kubro...
Al Fatehah untuk Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki......

MAKAM SYEKH NAWAWI BIN UMAR AL BANTANI DI MA'LA MEKKAH (Satu-satunya makam ulama Indonesia yang mudah dikenali)

Laporan perjalanan kali ini adalah mengenai keberadaan makam seorang ulama yang termahsyur di Mekkah pada masanya dan beliau berasal Banten. Kala itu para ulama bangsa kita lebih dikenal dengan nama bangsa Jawi atau Al Jawi. Al Jawi berarti seluruh wilayah Indonesia yang sekarang. Biasanya laqob Al Jawi kemudian ditambahkan dengan nama daerahnya masing-masing seperti misalnya Al Jawi Al Bantani, Al Jawi As-Sambasi, Al Jawi Attarmasi (Tremas), Al Jawi Al Minangkabawi, dll.
Beliau yang akan saya kunjungi adalah Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani atau yang lebih dikenal dengan nama Syekh Nawawi bin Umar Al Bantani. Soal keilmuannya, sampai saat sangat sulit mencari orang Indonesia yang bisa berprestasi gemilang seperti ulama asal Banten ini.
Syekh Nawawi pada masanya merupakan Ulama Besar, Guru Besar, Penulis Handal, motivator dan guru utama pelajar Indonesia, tokoh karismatik dan beliau juga dinggap seperti kamus berjalan ilmu pengetahuan pada masa itu. Kepakarannya bahkan diakui oleh Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Kedudukan beliau di Mekkah pada masa itu cukup dihormati, berkat nama besarnya serta nama besar lainnya seperti Syekh Ahmad Khotib Al Minangkabawi, Syekh Mahfud Tremas, Syekh Junaid Al Batawi, Syekh Arsyad Al Banjari, Serta ulama besar lainnya, nama AL JAWI betul-betul berkibar dan disegani. Kedudukan mereka semakin terhornat tatkala segala aktifitas mereka didukung oleh para Syarif Makkah (Penguasa Makkah) yang merupakan keturunan dari Sayyidina Hasan. Kelak Syarif Mekkah ini kedudukannya diambil alih oleh Ibnu Saud dan pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Sengaja ini saya ceritakan karena dengan adanya pengalihan kekuasaan baru ini maka peta politik pemerintahan berubah total dan imbasnya merambah terhadap nasib ulama yang berasal dari Jawi.
Adanya perubahan peta politik Mekkah ini sampai sekarang masih terasa terutama jika melihat kondisi makam Ma'la. Jika dilihat foto tahun 1908 pemakaman Ma'la ternyata sama modelnya seperti makam di Yaman, Indonesia, Irak, Maroko, Turki. Ma'la kini sudah jauh berbeda. Semua bangunan makam yang dulu tegak telah dihancurkan, nisan nisan diganti hanya dengan batu cadas tanpa ada nama. Dengan adanya perbedaan ini, pada awalnya saya harua kesana kemari mencari makam Syekh Nawawi. Namun berkat kebaikan OB dari Banglades saya berhasil menemukan makam dari para guri ulama Indonesia ini.
Ada sebuah kisah yang unik. Di Mekkah biasanya kalau orang yang sudah dimakamkan lebih dari 8 bulan tulang belulangnya akan dipindahkan ke lokasi lain. Pada kasus Syekh Nawawi, makam beliau ini ternyata pernah mau digusur pemerintah Arab Saudi untuk pembuatan fly over, namun ternyata setelah digali jenazah dan kain kafannya masih utuh ! Sehingga diputuskan pemerintah saudi jika ditemukan jasad yang utuh maka keberadaannya tetap dipertahankan. Kasus serupa juga pernah terjadi pada Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki. Ketika digali jenazah dan kain kafannya masih utuh. Dengan adanya fenomena seperti ini maka selamatlah keberadaan makam Syekh Nawawi dan Sayyid Maliki. Secara tidak langsung dengan adanya keputusan dari fihak pemerintah yang berwenang, mereka telah "mengakui" bahwa ada fenomena luar biasa seperti itu. Saya yakin keberadaan makam-makam ulama masih ada dan masih Allah lindungi dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Saya sampai saat ini masih yakin kalau Allah pasti akan menjaga jasad dari para ulama kita itu, sekalipun bangunan makamnya diratakan, nisannya dihancurkan, jejaknya dihilangkan, tapi Allah tidaklah tidur....
Keberadaan makam Syekh Nawawi Al Bantani merupakan sebuah anugrah buat kita karena makam beliau bisa didatangi dan dikenali. Barangkali satu satunya makam yang mudah dicari dari para ratusan atau mungkin ribuan ulama Indonesia pada masa lalu itu makam Syekh Nawawi bin Umar Al Bantani.
Kalau anda nanti Insya Allah menunaikan ibadah haji atau umroh, saran saya datangilah ma'la ini khususnya kepada Syekh Nawawi karena dari beliaulah banyak corak pemikiran dan nafas keislaman telah banyak kita gunakan (dan itu sering kita tidak sadari). Sayang sekali kalau anda jauh jauh datang ke Mekkah tapi tidak berkunjung ke tempat bersejarah ini...
Al Fatehah untuk Maha Guru Ulama Indonesia dan murid dari Syekh Junaid Al Batawi Al Jawi.......