Senin, 20 Juni 2016

MELURUSKAN KISAH PERJUANGAN MAT BENDOT DAN COBRA DALAM BINGKAI SEJARAH PERJALANAN KOTA JAKARTA

Edisi sejarah Jakarta kali ini saya akan mengambil sebuah kisah yang pernah terjadi pada tahun 40 s/d 60an. Kisah ini adalah sebuah kronologis sejarah yang jarang dketahui banyak orang, padahal kejadian itu ada dan saksi sejarahnyapun sudah kami temui dan wawancarai.
Kisah yang akan saya angkat adalah mengenai sepak terjang seorang tokoh Jakarta di masa lalu yang bernama Mat Bendot dari Tanah Tinggi (dekat dengan Pasar Senen Jakarta Pusat). Selain beliau, hal yang juga akan saya angkat adalah tentang sebuah organisasi yang bernama COBRA. keduanya diangkat karena memiliki keterkaitan satu sama lain. Mad Bendot adalah salah satu Pendiri Cobra, sedangkan Pendiri lainnya adalah Bang Fi'i.
Mungkin untuk sejarah Bang Fi'i atau Letnan Kolonel Imam Syafi"i atau Kapten Syafi'i sudah banyak yang mengulasnya mengingat beliau ini merupakan "Pemimpin Besar" Cobra. Sehingga tidak sulit untuk mempelajarinya. Kita bisa mendapatinya di berbagai situs.
Adapun hubungan antara Mad Bendot dengan Bang Fi'i adalah sepupuan. Berdasarkan usia Mad Bendot lebih tua dari Bang Fi'i sehingga Bang Fi'i sering memanggilnya dengan gelar "Bang Mad".
Kedua duanya dàhulu merupakan veteran perang kemerdekaan. Kedua-duanya bergabung di Divisi Siliwangi dibawah pimpinannya saat itu yaitu Jenderal Abdul Haris Nasution. Keduanya dikenal militan dan berani dalam bertempur. Keduanya banyak memiliki pengikut yang loyal dan fanatik yang terdiri dari rakyat dan pemuda yang cukup semangat dalam berperang. Pertempuran demi pertempuran mereka lewati sehigga menyatukan hati dan jiwa mereka.
Perubahan jalan hidup mereka terjadi ketika pemerintah RI melakukan program Re Ra yang mengakibatkan banyak laskar laskar bawahan Mad Bendot dan Bang Fi'i tersingkir karena tidak memenuhi syarat. Sedangkan Mad Bendot dan Bang Fi'i lolos dikarenakan memang mereka punya kemampuan sebagai seorang militer sejati. Apalagi mereka ini mampu baca tulis (sebuah syarat yang harus dipenuhi), ini juga sekaligus meluruskan bahwa Mad Bendot dan Bang Fi'i tidak buta huruf seperti yang selama dituduhkan fihak fihak yang tidak senang dengan mereka.
Mereka para laskar laskar yang "terbuang" karena program Re Ra merasa sakit hati dan merasa dizholimi pemerintah. Para ex laskar itu benar benar marah karena merasa sudah mati matian berjuang tapi seolah tidak dianggap dan tidak dipandang jasanya. Bertempur hidup dan mati di berbagai front pertempuran, namun begitu masuk kota mereka seolah tak berarti. Di satu sisi pemerintah juga tidak salah karena mereka memang ingin membentuk Tentara Nasional yang profesional sedangkan mereka yang tidak bisa jadi Tentara banyak yang buta hurup dan tidak memenuhi syařat sebagai Tentara Profesional. Pada masa itu Kondisi keuangan negara juga tidak mampu untuk membiayai banyak Tentara sehingga untuk mengantisipasi itu semua dibuatlah Re Ra yang salah satu pencetus dan pelaksananya adalah Bung Hatta.
Akhirnya untuk mengakomodir agar para ex pejuang yang terdiri dari laskar laskar yang "dipensiunkan dini" tidak bertindak diluar kendali militer, kepolisian dan pemerintah, maka militer pada saat itu menunjuk Bang Fi'i dan Mad Bendot untuk membuat organisasi yang bisa menampung atau mengayomi para ex pejuang tersebut. Keduanya dianggap mampu karena mempunyai pengaruh dan karisma yang tinggi diantara pejuang-pejuang. Berdirilah sebuah orğanisasi yang bernama COBRA atau "CORPS BAMBU RUNCING". Sekalipun nama ini sedikit tidak nyambung namun kedua tokoh pendiri ini menginginkan agar COBRA kedepannya tidak dipandang remeh dan sebelah mata oleh siapapun, mengingat di dalamnya juga banyak bekas pejuang. Sejak saat itu pasca Re Ra, Cobra kemudian berdiri dikisaran antara tahun1948 s/d 1950.
Berdirinya Cobra ternyata diikuti oleh banyak organisasi sejenis. Namun dalam perjalanannya Cobra berhasil menjadi organisasi yang melaju tanpa ada saingan yang berarti apalagi keberadaannya secara resmi dilindungi Komando Milter Jakarta Raya (Sekarang Kodam Jaya). Tugas utamanya adalah mengamankan kota Jakarta dari tindak kejahatan yang saat itu merajalela. Sebagai markas besarnya. COBRA berdomisili di Pasar Senen.
Cobra menjadi andalan masyarakat untuk menciptakan keamanan. Nama besar Bang Fi'i dan Bang Bendot bergema di seantero kota Jakarta. Dalam jajaran organisasi Cobra, Bang Fi'i adalah Ketua Umum dan Bang Bendot adalah Ketua Harian. Semua pelaksanaan di lapangan banyak dipegang Bendot sedangkan untuk hubungan politik dan komunikasi dengan pejabat negara Bamg Fi'ilah spesialisasinya. Rasa Hornat Bang Fi'i terhadap Bendot sangatlah sehingga apapun yang dilakukan Bendot, Bang Fi"i selalu menyetujuinya apalagi mereka juga masih kerabat.
Dibawah Komando Operasional Bang Bendot, Cobra menjadi organisasi yang disegani berbagai fihak. Baik masyarakat maupun pejabat banyak menjalin hubungan dengan tokoh teras Cobra. Di mata para jawara Cobra juga mempunyai nama.
Bang Bendot sendiri digambarkan tinggi dan memiliki wajah tampan. Jika dia berjalan melewati kampung di beberapa wilayah senen banyak gadis gadis masuk kerumah karena malu dengan sosok yang murah senyum ini. Kebiasaan dia adalah berkendaraan kuda. Bendot dikenal banyak memelihara kuda yang ditaruh di tanah tinggi kayu putih yang sekarang menjadi pacuan kuda pulo mas. Di daerah itu dahulunya adalah tanah para leluhurnya. Salah satu kuda kesayangannya bernama samson dan berwarna hitam. Dia juga sering membawa buntut ikan pari untuk menghukum mereka yang melanggar peraturan organisasi Cobra. Jika Bendot keliling dengan kuda biasanya sudah ada 5 orang di depan dan dibelakang untuk mengawalnya.
Bang Bendot yang merupakan sosok yang dituakan telah berhasil menjadikan COBRA sebagai organisasi terbuka yang non kesukuan. Ia yang asli Betawi berhasil menyatukan berbagai suku dan golongan dalam wadah Cobra. Disana banyak orang Banten, Makasar, Ambon, Palembang, Lampung, Surabaya, Kalimantan, Aceh, Madura, Manado, Padang, Batak, dll. Seorang yang Asli Jakarta berhasil menyatukan berbagai suku dengan simbol ular cobra dan mempunyai falsafah, PERSAUDARAAN DAN SOLIDARITAS SESAMA BANGSA TANPA MEMBANGGAKAN SUKU DAN AGAMA. JIKA BERKHIANAT MAKA ORGANISASILAH YANG AKAN MENGHUKUMNYA. Inilah organisasi yang kendalinya berada di tangan orang orang asli Jakarta.
Diterimanya sosok Bang Bendot oleh organisasi COBRA karena dia memang dikenal sebagai sosok yang mengayomi dan murah hati terhadap sesama. Selain itu rasa segan muncul karena diketahui bahwa Bendot mempunyai banyak kelebihan seperti ilmu beladiri (maenan) dan kesaktian. Dalam sejarah hidupnya dia pernah berguru dengan berbagai macam orang. Total dia punya guru sebanyak 20 orang. Ada yang dari Banten, Dayak, Jawa, Papua, Jepang, dll. Dimana ada Pendekar linuwiih maka dia akan datangi. Semua menurut anaknya untuk bekal berjuang dan berperang dengan penjajah. Dia juga tidak segan segan untuk menimba ilmu agama kepada para ulama. Sejak dahulu Bendot melarang keras anggota Cobra mengganggu ulama dan rakyat kecil. Bendot bahkan sering menjadi juru damai terhadap jawara jawara Jakarta yang mau duel atau bunuh bunuhan. Tidak sedikit yang minta izn kepadanya kalau mau adu tembak atau mau bunuh bunuhan. Kalau sudah begitu maka segera dia mencari jalan keluarnya. Tidak mengherankan dia disenangi para pendekar dan jawara seantero Jakarta.
Namun besarnya organisasi Cobra tidaķ membuat organisasi ini kebal akan fitnah dan kritik dari fihak kawan dan lawan. Kondisi ini makin memuncak setelah Cobra juga banyak mēnerima golongan hitam. Padahal Tujuan direkrutnya golongan hitam ini agar mereka bisa kerjasama untuk tidak membuat kriminalitas. Mereka ini akan disalurkan kebeberapa profesi yang masih terbuka yang ada di Pasar Senen yang merupakan markas besar Cobra.
Memang tidak bisa dipungkiri dengan jumlah anggota yang cukup banyak, tidak semua perilakunya bisa dikontrol dan diawasi. Ada saja anggota yang nakal. Lebih runyam lagi banyak juga fihak yang menjual nama baik organisasi Cobra untuk kepentingan pribadi. Pada masa itu banyak pedagang dikawasan senen lebih bangga pasang foto Bang Fi'i dan Bang Bendot. Toko toko milik orang china merasa aman kalau sudah pasang foto keduanya. Teman teman Bang Bendot yang berasal dari china bahkan berkata, kalau Bang Bendot itu tepekong hidup. Diam aja dapat duit. Mereka juga memuji Bang bendot karena tidak pernah memalak apalagi menindas......walaupun sama orang china.
Cobra makin sering digoyang, banyak beredar berita kalau anggota Cobra melakukan kejahatan seperti perampokan dan pencopetan di pasar senen, padahal dua hal ini sangat dibenci Bang Bendot dan Bang Fi'i yang juga jebolan guru ngaji Betawi tempo dulu. Cobra juga sering mendapat tantangan untuk duel sebagai laki laki oleh organisasi sejenis dan juga beberapa jawara kampung lain. Sebenarnya hal ini sangat dibenci Bendot karena sebagai anak Betawi pantang baginya untuk "membeli" tapi kalau sudah ada yang "menjual" maka Babe Bendot pantang mundur.
Menurut ayah penulis tidak jarang beberapa anggota Cobra sering melakukan duel terbuka untuk menjawab tantangan, baik itu adu maenan, adu bacok, adu racun, atau adu tembak. Saat itu tembak, tembak betulan apalagi pistol bekas perang kemerdekaan masih seperti kacang goreng...mudah sekali di dapat. Keberadaan senjata api ini pada masa itu seolah seperti maenan petasan. Dar der dor sudah jamak terjadi dalam beberapa situasi, mirip dengam film cowboy. Diketahui memang banyak anggota Cobra mempunyai pistol. Sehingga senjata pistol sering menjadi senjata utama untuk duel, maklum banyak yang bekas pejuang, disamping aturan tentang persenjataan belum seketat sekarang.
Biasanya kalau sudah kalah dalam berduel, secara kesatria semua fihak bisa saling menghargai, bahkan kalau sudah selesai duel tidak jarang fihak yang kalah minta diangkat menjadi saudara dengan disaksikan semua pengikut. Sehingga tidak heran Cobra banyak memiliki saudara angkat dan itu masih terus dipertahankan sampai wafat.
Bang Bendot sebagai sosok yang dituakan sebenarnya mempunyai banyak kehidupan yang menarik.....diketahui nama aslinya adalah AHMAD BUNYAMIN. Pangkatnya adalah Peltu atau Pembantu Letnan Satu dan pensiun sebelum tahun 1959.
Dalam hidupnya dia pernah dicari cari Jenderal Nasution karena nama besarnya. PAK NAS kagum karena Bendot sekalipun berasal dari kampung betawi yang masih "udik" tapi banyak dikenal, bahkan Bung Karno saja tahu betul tentang Bendot dan Bang Fi'i. Pak Nas juga tidak menyangka kalau Bendot adalah anak buahnya sewaktu berada di Divisi Siliwangi.
Selain Pak Nas, Pak Adam Malik juga sangat mencintai Bendot, berapa kali diundang datang Bendot selalu disuruh makan. Kedekatan Adam Malik dan Bendot terjadi pada masa perjuangan.
Bendot juga pernah dipercayai para orang Bēlanda di daerah Menteng untuk mengamankan aset rumah rumah mereka yang ditinggaļkan karena Jepang masuk. Namun Bendot tidak menggunakan amanat itu untuk menjarah.Bagi dia amanah wajib dijaga.
Bendot juga diketahui pernah menjadi ajudan Jendral Umar Wirahadikusumah pada saat perjuangan kemerdekaan. Wapres Umar bahkan sering berhubungan dengannya.
Bendot juga pernah ditawari beberapa toko di pasar senen oleh Gubernur Ali Sadikin yang juga pernah malang melintang di Senen. Namun beliau tidak mau menggunakan kesempatan itu karena tidak ingin mengambil harta yang bukan haknya.
Hubungan akrabnya dengan tokoh lain diantaranya adalah Jamaludin Malik (ayah camelia malik) dan Charli siahaan pemilik koran sinar pagi.
Hubungan dekatnya juga pernah terjadi dengan Kapolri Anton Sujarwo. Selain itu mantan Wagub Edi Nalapraya juga sering berhubungan dengannya. Yang unik bahkan Bendot pernah ditawari Wapres Umar untuk menjadi Duta Besar uruguay, sesuatu yang menurut Bendot mengada ada apalagi pendidikanya rendah, walaupun sebenarnya wapres Umar serius mengucapkannya.
Bendot juga dikenal sebagai sosok yang mencintai seni. Sehingga para seniman senen tempo dulu sangat menghormatinya. Sebut saja misbah yuran, soekarno m nur, aminah cendrakasih, menzano, syumanjaya. Para seniman malaysia juga sering mengunjunginya. Pada masa itu Bendot juga mempunyai banyak motor gede seperti Harley DavidsoN, Norton, BSA. Salah satu andalan dan juga kesenanganya adalah membawa mobil Jeep Wilis.
Yang juga mencengangkan Bendot dan Bang Fi'i pernah dipanggil Bung Karno secara khusus. Keduanya diberi tugas untuk mengamankan Jakarta pada gejolak Mahasiswa tahun 66, Bung Karno berkata dan sambil menunjuk, "kowe berdua kan tentara, tolong amankan kota Jakarta, hadapi mahasiswa tanpa ada kekerasan"
Bendot dan Bang Fi'i memang dikenal sebagai loyalis soekarno, dan mereka juga bukan penganut komunis, justru keduanya anti komunis. Bendot juga tidak sakit hati ketika Bang Fi'i dan dia dituduh sebagai Raja Rampok dan Raja Copet oleh Mahasiswa. Hanya saja da sangat menyesali keputusan sahabat dan saudaranya itu menerima tawaran Bung Karno menjadi menteri kabinet Dwikora. Namun sebagai prajurit dia juga memaklumi kalau Bang Fi'i hanya menjalankan perintah atasan.
Setelah tumbangnya orde lama dan orde baru semua berubah, Bang Fi"i sempat ditangkap karena dituduh komunis namun kemudian tidak terbukti. Bendot juga sempat berapa kali diintai namun beliau tidak pernah terbukti. Berapa kali namanya terdaftar untuk dihabisi namun tidak pernah jadi karena tidak ada bukti dia komunis.
Badai fitnah terus menghantam dua orang Pendiri Cobra. Tapi bila ditanya bagaimana tanggapan mereka, selalu saja mereka menjawab, "Allah yang tahu siapa saya"
Tahun 70an sampai tahun 84 Mad Bendot mulai menjalani usaha lain. Usianya yang beranjak membuatnya semakin religius. Hingga diawal tahun 80an Bendot menjalani ibadah haji. Sejak turun haji sampai wafatnya beliau lebih senang dipanggil dengan nama aslinya HAJI AHMAD BUNYAMIN. Dia juga menolak keras jika disebut sebagai jawara atau jagoan. Beliau merasa sebagai pejuang bukan pecundang. Dia juga maklum kalau masih banyak yang memanggil dirinya dengan nama MAD BENDOD. Nama Bendot sendiri berasal dari nama Kambing Bandot yang dianggap sering kawin. Padahal menurutnya semua dilakukannya secara Islami (tidak zina !). Salah satu orang yang pernah dekat dengan beliau adalah ayah penulis. Keduanya sudah seperti adik dan kakak. Bendotlah yang menasehati ayah penulis agar segera berangkat haji.
HAJI AHMAD BUNYAMIN ALIAS MAD BENDOT meninggalkan 18 orang anak dari 8 istri. Kesemua pernikahan dilakukan secara syar'i. Kesemua anaknya akur dan saling silaturahim.
Haji Ahmad Bunyamin wafat tahun 1984. Kewafatannya banyak dìhadilri masyarakat berbagai kalangan. Tokoh tokoh Betawi banyak yang hadir, utusan militer juga datang dan kemudian menawarkan agar Haji Ahmad Bunyamin dimakamkan di TMP Kalibata. Tapi istri dan kluarga beliau menolak dan akhirnya beliau dimakamkan di Pemakaman Umum Kawi Kawi Kramat SentiongJAKARTA PUSAT.
BETAWI KEHILANGAN SALAH SATU PUTRA TERBAIKNYA......
ALFATEHAH UNTUK AL HAJ AHMAD BUNYAMIN......
Sumber :
1.Ahmad Jaya bin Haji Ahmad Bunyamin.
2. Ahmad Fatoni bin Haji Ahmad Bunyamin
3.Al Haj Husein Djawa bin Sulaiman...