Senin, 20 Juni 2016

MA'RIFATULLAH, MURSYID KIBRITUL AHMAR, KAROMAH WALI

Oleh : Sayyid Shohibul Faroji
Seorang pendaki pada umumnya mengejar puncak suatu gunung yang diinginkannya, tapi bagi seorang pendaki spiritual sejati yang dirindukannya adalah sampai pada puncak ma'rifatullah...
Gunung bagi pendaki spiritual ada dalam dirinya sendiri.
Carilah Guru Mursyid yg Kibritul Ahmar (Si Belerang Merah), yang sudah mulai langka. Ciri2 belerang merah, adalah wali Allah yg murni 100% mengamalkan Syariat Allah dan Rasulullah lahir dan batin. Mereka yang melihat 1000 tahun ke depan dg bashirahnya. Mereka yg sudah tidak butuh pujian dan cacian.....carilah, dan belajarlah padanya...beliau ini Waratsatul anbiya alladziina yahsya Allah....paling takut pada Allah...jujur tanpa kebohongan.
"Belerang yg mudah diketahui adalah belerang kuning, yang hanya untuk obat panu. Belerang merah ada didasar kawah gunung yg sangat dalam. Jika belerang merah ini di letakkan di atas rumah, maka jarak 40 km akan terang benderang" (Nasehat Syekh Akbar Ibnu Arabi, Kitab Kibritul Ahmar, halaman 88)
Nasehat di atas adalah ilustrasi (gambaran) sosok ulama yang konsisten pada hukum Allah, kehadirannya di tengah-tengah kita, namun kita kurang menyadarinya. Karomah tertinggi bukan keanehan atau kesaktian atau bisa ini bisa itu. Karomah tertinggi adalah ketakwaan kepada Allah. Ketakwaan tertinggi adalah *"KEJUJURAN"*.
"Belerang merah lebih sering mastur (tersembunyi), jarang sekali masyhur (terlihat dan terkenal)" (Nasehat Syekh Akbar Ibnu Arabi, Kitab Kibrit Ahmar, halaman 88)
"Jangan terperdaya dengan mata fisik, mata fisik banyak menipu, tetapi mata batin tidak menipu" (Syekh Jalaluddin Rumi, Kitab Fihi Ma Fihi)
"Karomah itu bukan suatu kesaktian. Jika ada manusia bisa terbang, jangan kagum, karena burung pun bisa terbang. Jika ada manusia bisa jalan di atas air, jangan kagum, karena itik pun bisa jalan di atas air, jika ada manusia bisa berjalan cepat, jangan kagum, karena kijang larinya cepat. Kagumlah pada manusia yang konsisten pada hukum Allah dan ia jujur tidak pernah bohong." (Kitab Ra'sul Karomah, karya Syekh Amir Hasan)
"Ulama Kibritul Ahmar bagaikan titik dalam barisan huruf-huruf yang terangkai dalam kalimat. Anda bayangkan tanpa titik, tak akan terbaca itu kalimat. Tanpa titik tak akan ada huruf, karena setiap hurup tercipta dari rangkaian titik demi titik" (Imam Ali bin Abi Thalib, Dalam Tafsir Nuqthah Tahtal Ba)