Senin, 20 Juni 2016

Kisah Syahidnya Radin Muhammad Ali, Penghulu Pituan Pitulung (Pitung), Santri Terbaik Pondok Pesantren Naji Naifin Tenabang

Satu hari menjelang dilayaninya tantangan pertarungan dengan para jawara dan centeng centeng bayaran Belanda Kapir dan Tuan Tanah China di daerah yang banyak rumpun bambu sekitarTenabang, Raden Muhammad Ali sudah dilarang para sesepuh dan alim ulama untuk tidak datang melayani tantangan tersebut, karena menurut mereka itu adalah jebakan, namun Raden Muhammad Ali tetap bersikeras karena menurutnya penghinaan kepada keluarga besar Pituan Pitulung sudah menginjak harkat dan martabat keluarga besar Jayakarta. Sebagai Penghulu Pitung, muhammad ali akan memberikan pelajaran yang keras seperti yang pernah dia lakukan bersama 6 anggota pitung lainnya kepada para marsose dan penghianat negeri jayakarta. Mereka yang selama ini sering menjual nama Pitung untuk merampok dan kriminal harus diberi pelajaran yang keras.
Keesokan harinya Raden Muhammad Ali berangkat dengan diiringi doa dan ratap tangis sanak famili keluarga besar Dzuriyyah Aria Jipang di Pulorogo.
Sesampainya ditempat yang dimaksud, para centeng bayaran dan marsose belanda terkejut mengetahui Raden Muhammad ali datang sendirian, sontak desing peluru menerjang tubuh muhammad ali, muhammad ali rubuh ditembak puluhan peluru, para centeng bayaran segera menyerbu membabi buta, muhammad ali sekalipun sudah roboh tapi dengan sisa sisa tenaga masih melakukan perlawanan namun akhirnya beliaupun rubuh habis, karena kehabisan darah, namun dibibirnya terus melantunkan zikir....
Menjelang sekaratul mautnya para musuh semakin bertindak kejam dan brutal, tubuh yang tidak berdaya itu dibantai secara sadis, tubuh muhammad ali dimutilasi, kepala, badan dan kaki dipisah untuk melakukan teror kepada keluarga pitung dan rakyat jayakarta yang mau coba coba melawan penjajah dan para tuan china budak belanda.
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
Keluarga Besar Dzurriyah Aria Jipang berduka cita, para ulama dan kepala adat berusaha menenangkan perasaan masyarakat Jipang Pulorogo...
Jasad dari Muhammad ali yang tidak sempurna kemudian dikuburkan dan disemayamkan ditempat yang dirahasiakan....zikir dan tahlil dikumandangkan, warga tutup mulut dan bersembunyi, sebagian memilih hijrah ke pinggiran kota seperti di daerah jagakarsa, ada yang hijrah ke kayu putih tanah tinggi, ada yang ke jatinegara kaum, sebagian masih bertahan di jipang dengan segala penderitaannya....
Perjuangan Pitung tidak berhenti....mati satu tumbuh seribu...semangat jihad tidak akan pernah padam selama islam masih berjaya di negeri jayakarta...
Sumber : Kitab Al Fatawi...
Ket : Jipang Pulorogo kini berada di daerah Slipi, Rawa Belong, Kemandoran, senayan dst..