Kamis, 04 Juni 2015

PITUNG SAKTI ATAU KAROMAH?

Ketika saya menonton film Pitung yang diperankan Bang Dicky Zulkarnaen tahun 1972, ada sebuah adegan yang mengejutkan, karena ternyata Pitung disitu digambarkan memakai jimat yang isinya banyak terdapat rajah-rajah khusus, dan setelah jimatnya diambil, Pitung bisa ditewaskan oleh Kompeni. Namun berdasarkan riwayat dari Cicit KH Ahmad Syar'i Mertakusuma yang disampaikan kepada saya, semua anggota Pitung tidak ada yang memakai jimat, semua murni berjuang tanpa embel-embel jimat, dan mereka semua tidak sakti seperti yang digambarkan dalam film tersebut. Namun demikian mereka itu memang memperdalam ilmu bela diri asli Jayakarta, dan juga memperdalam Ilmu Thareqat kepada Haji Naipin Kebon Pala Tanah Abang.
Gambaran Pitung Sakti Mandraguna memang sengaja dihembuskan pemerintah Belanda karena mereka kesulitan untuk melacak jejak keberadaan Anggota Organisasi Perlawanan bentukan dari para sesepuh adat Jayakarta ini. Dengan menghembuskan isu ini, pemerintah belanda ingin menunjukkan diri bahwa mereka itu tidak lemah dimata rakyat karena kesaktian Pitung. Pemerintah Belanda ingin menutupi kelemahan intelijen mereka yang tidak mampu menangkap para anggota Pitung yang bertebaran di berbagai wilayah Jayakarta pada masa itu. Belanda tidak segan menyebarkan berita palsu dengan mengatakan bahwa Pitung telah tertangkap dalam kurun waktu 1890 - 1899 Masehi, padahal pada tahun tersebut adalah puncaknya perjuangan Anggota Pitung.
Bukti bahwa anggota Pitung adalah manusia biasa, pada tahun 1899 Masehi salah satu dedengkotnya yang bernama Ratu Bagus Roji'ih Nitikusuma mati syahid tertembak karena keberadaanya berhasil diendus berkat salah seorang penghianat. Kematinan Ji'ih sangat mengguncang Anggota Pitung yang lain, karena dialah yang jadi motor strategi dalam melawan Penjajah Belanda. Setelah itu di tahun 1905 Masehi salah satu pemimpinnya yang bernama Ratu Bagus Muhammad Ali Nitikusuma juga berhasil ditembak mati, dan setelah syahid, jenazahnya dimutilasi, sebagian tubuhnya dikubur di daerah bandengan, kini tempat itu jadi sebuah pabrik. belanda memperlakukan jenazah ratu bagus muhammad ali agar makamnya tidak diziarahi, karena makam orang besar bagi masyarakat betawi sangat dihormati. KH Ahmad Syar'i yang pada tahun 1905 masih bertemu dengan Ratu bagus Muhammad Ali jadi target selanjutnya, karena dia merupakan pencatat sejarah Jayakarta sekaligus tokoh penting dalam gerakan Pitung sehingga akhirnya dia menghilangkan diri dan pergi dari satu tempat ketempat lain bahkan sampai ke Aceh, Malaysia, Medan, Palembang, hingga pada tahun 1914 s/d 1926 bergerak dibawah tanah dan akhirnya tahun 1924 pecah pemberontakan ki dalang di tangerang.
Kelebihan anggota Pitung memang ada, namun itu bukan sakti seperti yang digambarkan dalam film Pitung tahun 1972. beberapa dari anggota Pitung memang ada yang merupakan ulama, ahli maen pukulan, ahli politik, dan juga penulis. Sangatlah aneh jika mengatakan Pitung buta huruf, padahal mereka semua belajar ilmu agama dan juga belajar baca tulis. Sekalipun mereka punya kelebihan itu adalah Karomah dan itupun sifatnya tidak setiap saat, seperti misalnya yang terjadi pada KH Ahmad Syar'i yang selalu lolos dalam setiap sergapan belanda, bahkan saat ia dipenjara setelah tertangkap tahun 1926 dan akan dihukum gantung di Karawang, ia berhasil lolos atas pertolongan Allah SWT.
Anggota Pitung adalah manusia biasa, mereka semua belajar kepada ulama yang juga mahir dalam ilmu beladiri, dan ilmu bela diri yang mereka miliki tidak pernah pakai untuk menjadi centeng penjajah ataupun untuk merampok, semua ilmu mereka digunakan untuk berdakwah dan berjuang dalam jihad fisabilillah. kalaupun terdengar mereka merampok, itu adalah fitnah penjajah, karena berapa kali gudang logistik belanda berhasil dijebol beberapa anggota Pitung untuk kemudian dibagikan kepada rakyat.
Anggota Pitung juga sangat tidak senang jika ada anak bangsa mau bekerjasama dengan pihak penjajah sekalipun itu dalam bentuk politik, tidak ada tawar menawar terhadap penjajah bagi keluarga besar Pitung.
Keberadaaan dan jejak anggota Pitung memang sangat misterius, hal ini memang disengaja oleh keluarga besar mereka, karena hal-hal yang berbau Pitung ini akan terus diburu oleh Penjajah, sehingga tidak mengherankan jika sanak famili pitung semua menuntup diri dan tidak mau terbuka kepada masyarakat dikarenakan trauma sejarah yang mereka alami karena penindasan belanda dan penghianatan beberapa oknum terhadap keluarga besar mereka.
Beberapa makam Pitung sampai saat ini memang masih terus kami lacak, terutama dikawasan jakarta Barat, beberapa keturunannya sudah ada yang kami temukan. Semua anggota Pitung itu menikah dan punya keturunan, kalaupun ada berita Pitung tidak punya keturunan, maka itu adalah bentuk perlindungan yang dilakukan terhadap keluarga besar Pitung agar tidak diburu Belanda.
Pendekar Pitung adalah Fakta Sejarah Perlawanan Kaum Betawi terhadap Penjajah Belanda. Pendekar Pitung atau Pendekar Pituan Pitulung atau Tujuh Pejuang Rakyat atau Tujuh Pendekar Penolong Rakyat, Pitung adalah gerakan Jihad Kaum Betawi, Pitung adalah gerakan para pendekar asli Jayakarta, Pitung adalah gerakan politik kaum betawi yang didalamnya didukung oleh ulama dan sesepuh adat Jayakarta pada masa itu. Angka Tujuh adalah merujuk pada sebuah organisasi Islam yang saat itu sedang diawasi ketat oleh belanda yaitu Syarikat Islam. Memang sebagian anggota Pitung berhubungan erat dengan anggota SI pada saat itu seperti HOS Cokroaminoto, sehingga dapatlah kita maklumi jika Organisasi Pitung sangat diwaspadai karena ogranisasi ini berada di Jantung Kekuasaan Belanda.
Wallahu A'lam Bisshowab
Sumber :
Gunawan Mertakusuma, Biografi KH Ahmad Syar'i Mertakusuma, Jakarta : Penerbit Al-Fatawi, 1981.
Gunawan Mertakusuma, Wangsa Aria Jipang Di Jayakarta, Jakarta : Agapress, 1986.
Gunawan Mertakusuma, Pendekar Pituan Pitulung, Jakarta : Al-Fatawi, 1981.
Wawancara Dengan Cicit KH AHmad Syari Mertakusuma (Bang Yu)