1. Fattahillah (Wong Agung Jepara) menyerahkan kekuasaan wilayah Jepara kepada Ratu Kalinyamat di tahun 1526 Masehi, guna persiapan menghadapi Portugis di Sunda Kelapa.
2. 12 Rabiul Awal 933 Hijriah Perayaan Maulid Nabi di Kesultanan Demak dirayakan secara besar-besaran untuk mengangkat moral dan semangat jihad Pasukan Demak dalam rangka menghadapi Portugis di Sunda Kelapa.
3. Akhir Rabiul Awal 933 Hijriah (sekitar tanggal 3 atau 4 Januari 1527 Masehi), Pasukan Fattahillah masuk bersama Pasukan Jihadnya kewilayah Banten yang belum Islam dan berhasil gerakan Islamisasi dan kemudian melakukan penggabungan pasukan dari Banten, Demak dan Cirebon.
4. Dari wilayah Banten kemudian pasukan Fattahillah segera bergerak cepat untuk mendahului Portugis melalui jalur pesisir dan darat menuju Sunda Kelapa dan ketika tiba di Sunda Kelapa, kedatangan Fattahillah disambut oleh penguasa Sunda Kelapa dengan baik dan kemudian terjadi penyerahakn kekuasaan secara damai. setelah itu Fattahillah kemudian membagi beberapa kapalnya di Pelabuhan Marunda, Pelabuhan Pasar Ikan (Jagapati/Jagpad) dan kepulauan seribu untuk menghadang laju kedatangan Portugis.
5. Akhir Ramadhan 933 Hijriah atau sekitar tanggal 28 atau 29 Juni 1527 pecah pertempuran antara Pasukan Portugis yang dipimpin D Coelho melawan pasukan Fattahillah. Colhoe dan armadanya tidak menyangka jika Sunda Kelapa sudah jatuh ke tangan Pasukan Fattahillah.
6. Kemenangan diraih Fattahillah pada akhir Ramadhan 933 Hijriah, pasukan Portugis yang terjebak di perairan dangkal berhasil dipukul mundur secara telak, Pasukan Portugis kemudian kembali ke Malaka.dan kemudian Bulan September 1527 Frasesco De Sa mengirim surat kepada rajanya jika misi mereka di Sunda Kelapa Gagal, namun anehnya tidak disebutkan alasannya.
7. Bersamaan Malam Takbiran, setelah Sholat Tahajud Fattahillah mendapat Ilham agar Sunda Kelapa dirubah namanya menjadi Fathan Mubina persis sama seperti keberhasilan & kemenangan kaum muslimin dalam perjanjian Hudaibiyah pada masa Rasulullah SAW
8. Fattahillah memproklamirkan negeri Fathan Mubina pada tanggal 1 Syawal 933 Hijriah atau tanggal 1 Juli 1527 Masehi bertepatan dengan Hari Raya Idul pertama di Sunda Kelapa dihadapan Rakyat Sunda Kelapa dan pasukan Jihad gabungan. Sejak itu secara resmi Jayakarta berdiri.
9. Fathan Mubina dikonversikan kedalam bahasa lokal menjadi Jayakarta untuk menghormati Budaya Nusantara pada tanggal yang sama 1 Juli 1527 Masehi.
10. Fattahillah menyatakan bahwa Jayakarta didirikan dengan nama "PEMERINTAHAN HIKMAH JUMHURIYAH JAYAKARTA" dibawah pengawasan Majelis Dakwah Walisongo di Kesultanan Demak.
11. Jayakarta berdiri pada tanggal 1 Syawal 933 Hijriah atau 1 Juli 1527 Masehi dengan Adipati Pertamanya yang bernama Maulana Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati sampai tahun 1550 Masehi.
12. Fattahillah menjadi penasehat pemerintahan penting bagi Pemerintahan Hikmah Jumhuriyah sambil bolak balik Cirebon-Banten Dan Demak.
13. Aria Jipang wakil dari Kesultanan Demak masuk di tahun 1540 M untuk menjadi Mangkubumi pada pemerintahan Hikmah Jumhuriyah Jayakarta mendampingi Maulana Hasanuddin.
14. Sultan Trenggono sebagai pelindung Wilayah Jayakarta wafat syahid tahun 1546 Masehi di Panarukan Jawa Timur.
15. Maulana Hasanuddin menjadi Sultan banten pertama di tahun 1552 dan sejak saat itu Jayakarta menjadi milik Banten dengan opsi otonomi khusus, sehingga dalam pemerintahannya Jayakarta bisa menentukan keputusan sendiri terutama dalam masalah adat, agama, dan hukum.
16. Jayakarta terus berkembang hingga akhirnya dikuasai oleh JP COEN tahun 1619 Masehi.
17. Keluarga besar Jayakarta menyingkir, ada yang ke Jatinegara Kaum Jakarta Timur, ada yang ke Jelambar Jakarta Barat (Kampung Gusti), ada yang ke Rawa Belong, Slipi, Rawa Sari, Cengkareng, Pekojan, Sawah Lio, dll, namun semua tetap masih berkoordinasi melakukan perlawanan dengan nama Perlawanan Mujahidin Jayakarta.
18. Nama Batavia tidak pernah diakui oleh para pejuang Jayakarta hingga Indonesia Merdeka....
19, Jakarta muncul setelah kemerdekaan RI
20. Ulang Tahun Jakarta ditetapkan pada tanggal 22 Juni oleh Pemerintah...
Sumber :
KH Ratu Bagus Ahmad Syar'i Mertakusuma, Kitab Al-Fatawi, Palembang : Majelis Adat Al Fatawi Jayakarta, 1910.
Gunawan Mertakusuma, Wangsa Aria Jipang, Jakarta: Agapress, 1986.
Yosef Iskandar, Sejarah Jawa Barat, Bandung : Geger Sunten, 1997.