Senin, 23 Februari 2015

AL IMAM JAKFAR ASH-SHODIQ RA, IMAM BESAR AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH & IMAM BAGI PECINTA SEJATI KELUARGA RASULULLAH SAW (Ahlul Bait)

Bismillahirrahmanirrahim..

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rasulillah. Segala puja dan puji syukur, marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia nikmat Nya yang terbesar yaitu nikmat Iman, nikmat Islam serta nikmat sehat wal afiat. Shalawat dan dan salam marilah senantiasa kita curahkan kepada Penghulu Nabi dan Rasul, Manusia yang paling Agung Sepanjang Masa, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta segenap para Ahlul Baitnya dan para sahabatnya yang telah setia dalam membantu beliau melaksanakan tugas risalah suci menyelamatkan ummat manusia dari kejahiliahan dan kesesatan dalam hidupnya, semoga kita semua senantiasa mendapatkan Syafaat dari beliau kelak dikiamat nanti, Amin Ya Robbal Alamin..

Saudaraku yang berbahagia yang berada dalam ruang lingkup dunia maya.....

Beberapa minggu ini kami merasakan sebuah kegelisahan yang begitu mengkhawatirkan yang dirasakan saudara-saudara kita ummat muslim khususnya mengenai persoalan-persoalan dalam bidang akidah. Persoalan yang cukup rawan ini sebenarnya sudah lama terjadi di beberapa wilayah Nusantara, namun selama ini hal tersebut tidak terlalu besar gaungnya, semua bisa diselesaikan berkat kerjasama antara pemerintah dan ulama setempat. Persoalan menjadi besar ketika beberapa minggu yang lalu, dimana telah terjadi kekerasan fisik  antara satu fihak dan fihak lain, dan ini  kemudian juga  berkaitan dengan salah seorang pemuka agama yang cukup ternama di negeri ini serta kemudian berhubungan dengan salah satu pengikut sebuah akidah yang dianggap berseberangan dengan ulama tersebut. Sebagai seorang ulama ternama dan merupakan publik figur tentu sorotan media kepada ulama tersebut sangat besar dan luas, sehingga tidak heran sampai sekarang kami merasakan bahwa persoalan tersebut  masih terasa “hawanya”.

Persoalan tersebut pada akhirnya menciptakan pro dan kontra. Memang jika kita pelajari dalam sejarah peradaban Islam yang ada, persoalan seperti ini sudah pernah beberapa kali terjadi,  apalagi  bila ini berkaitan dengan salah satu akidah yang dianggap kontroversial dalam sejarah perkembangan aliran-aliran dalam sejarah Islam. Sejak dulu persoalan-persoalan tersebut tidak pernah mencapai “finisnya”. Sejak masa Khulafaurrasyidin sampai sekarang persoalan antara akidah tersebut dengan akidah lain tidak pernah berhenti untuk saling menunjukkan siapa sebenarnya yang berada didalam posisi “terbaik”.

Persoalan yang paling sering diangkat, salah satunya adalah tentang keberadaan Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW,  baik itu mengenai keturunannya, pengikutnya, tokoh-tokoh keturunan Ahlul Bait serta ajaran-ajaran serta akidah yang dianut dari Keluarga Besar Ahlul Bait itu sendiri. Kami sendiri terus terang merupakan orang yang sangat mencintai Ahlul Bait. Bagi kami mencintai Ahlul Bait hukumnya wajib. Sudah tentu kecintaan kami berdasarkan Allah dan Rasul-Nya serta tuntunan dari ajaran-ajaran para Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yang diantaranya seperti Keluarga Besar Walisongo dan Keluarga Besar Alawiyyin pada umumnnya.

Persoalan yang berkaitan dengan Ahlul Bait Rasulullah SAW memang memiliki sejarah yang sangat panjang dan berliku-liku. Jika kita pelajari satu persatu sejarah mereka, kami jamin air mata anda semua akan tumpah karena begitu luar biasanya perjuangan mereka dalam menegakkan sebuah kebenaran dimata Allah. Bukan hanya  satu atau dua dari mereka yang menjadi korban dalam sebuah kesewenang-wenangan, sudah banyak yang kami pelajari jika Ahlul Bait sering mengalami berbagai cobaan yang luar biasa beratnya. Mempelajari siapa itu Ahlul Bait, terutama mereka yang menjadi tokoh-tokoh besarnya,  tentu kita tidak harus berkutat pada satu tokoh semata, ini dikarenakan bahwa Jumlah Ahlul Bait itu luar biasa banyaknya, dan hebatnya mereka banyak yang menjadi pelita bagi ummat manusia ini. Nama seperti Al Imam Husein, Al Imam Hasan, Al Imam Hasan Al Musanna,  Al Imam Ali Zaenal Abidin, Al Imam Zaid bin Ali Zaenal Abidin, Al Imam Muhammad Al Baqir, Al Imam Jakfar As-Shodiq, Al Imam Musa Al Kadzim, Al Imam Ali Al Uraidhi, Syekh Abdul Qodir Jaelani, Syekh Abu Hasan Assadzili,  Imam Ahmad Al Muhajir, Al Imam Al Faqih Muqaddam, Al Imam Abdul Malik Azmatkhan, Sayyid Abdullah Al Haddad, Syekh Abu Bakar bin Salim, Kyai Marogan, Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Syekh Junaid Al Batawi, Mbah Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ary, KH Muhammad Dahlan, Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdurrozaq, Syekh Yasin Al Fadani, Sayyid Muhammad Al Maliki, Habib Ali Kwitang, Habib Ali Husein Al Attas, Habib Salim Jindan, Habib Sholeh Tanggul,  serta masih banyak ribuan ulama besar keturunan Ahlul Bait yang belum sempat kami sebutkan satu persatu.

Mempelajari Sejarah Ahlul Bait ataupun mencintai mereka, janganlah dianggap bahwa itu hak monopoli atau milik dari satu golongan atau milik dari salah satu akidah tertentu. Kenapa kami mengemukakan hal ini? Karena sampai saat ini kami masih melihat beberapa orang yang tiba-tiba dengan mudahnya menjustifikasi bahwa orang yang dekat dengan Ahlul Bait itu pasti dari golongan tertentu. Padahal siapapun boleh mencintai Ahlul Bait, tidak ada batasan dan tidak ada larangan untuk mencintai Keluarga Nabi Muhammad SAW ini. Bahkan para Sahabat Rasulullah SAW saja memperlakukan Ahlul Bait dengan sangat hormat, bahkan keturunan para Sahabat Seperti Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar dan Sayyidina Usman terus menjalin hubungan yang erat dengan Ahlul Bait melalui tali pernikahan (hal ini pernah kami tulis dalam artikel sebelumnya...)

Terus terang jika melihat salah satu tokoh besar atau Imam Ahlul Bait itu dibicarakan dengan nada yang tidak pantas seperti menggunjingnya, menghujatnya, menjual namanya,  mengatasnamakan dirinya secara sefihak, merendahkannya, melecehkan ajarannya, terutama yang terjadi pada Imam-imam Ahlul Bait periode awal, kami merasa prihatin dengan sikap mereka itu,  mereka yang sering membicarakan Imam-imam tersebut, sudah jelas mereka itu tidak mengenal siapa yang mereka bicarakan tersebut.

Salah satu Imam Ahlul Bait yang sering sekali dibicarakan oleh beberapa fihak adalah Al Imam Jakfar Shodiq Ra. Kami beberapa saat sempat terhenyak ketika kami dapati ada beberapa orang berani menghina Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, ah apakah mereka yang menghina itu sudah mengenal siapa Imam Jakfar Asshodiq Ra ini? Sehingga berani-beraninya menghina beliau. Hal yang memang sering sekali diangkat dan dibicarakan tentang beliau ini adalah tentang keberadaannya yang dianggap sebagai salah satu Imam besar pada salah satu akidah tertentu. Sayangnya dalam beberapa pembahasan mengenai beliau ini, masih kami dapati kesan sinis dan tiba-tiba langsung menjatuhkan “vonis bersalah”  ketika mendengar nama beliau kepada mereka yang mengungkapkan jati diri dari Imam Jakfar Ash-Shodiq ini, bahkan kesan sinis itu merembet kepada masalah keberadaan Ahlul Bait yang dianggap tidak ada!. Aneh mengatakan Dzurriyah Rasulullah SAW tidak ada? Berarti pengetahuan “mereka” tentang sejarah keturunan Rasulullah SAW masih sangat minim.

Mereka yang berpandangan negatif terhadap Imam Jakfar Shoddiq Ra beralasan bahwa beberapa ajaran atau perkataan Imam Jakfar Shodiq itu banyak yang menyimpang. Para pencinta Ahlul Bait Sejati yang menggunakan ajaran Imam Jakfar Asshodiq tidak jarang terkena imbasnya dengan dihujat habis-habisan. Padahal para pecinta Ahlul  Bait itu banyak yang merupakan pemegang ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah.

Sebenarnya kalau  mereka mau teliti secara jernih dan mendalam, betulkah bahwa yang mereka katakan menyimpang itu ucapan asli dari seorang Imam Jakfar Shoddiq Ra? Terutama jika dibawakan oleh salah satu akidah tertentu. Ingat Imam Jakfar Shoddiq Ra adalah ulama besar yang mempunyai 4000 murid dan ribuan pengikut fanatik yang tersebar dari beberapa negara!. Jadi kalau ada sebuah pendapat yang mengatasnamakan beliau namun isinya banyak menyimpang dari logika kita dan syariat Islam tentu harus segera difahami dengan kritis dan cerdas, kalau ada ajaran Imam Jakfar Shoddiq Ra yang diantaranya menghina para Sahabat, menghina Istri Rasul, sudah tentu itu bukan berasal dari beliau. Mungkin 4000 murid beliau tersebut katakanlah tidak berkhianat, namun pengikut-pengikut fanatik beliau yang ada di beberapa wilayah lain apakah bisa menjamin mereka itu betul-betul setia pada Imam Jakfar Shoddiq Ra? Apakah menjamin mereka yang mengaku mencintai beliau justru menjadi penyusup dalam merusak ajaran beliau yang asli?

Al Imam Jakfar Shoddiq Ra adalah seorang ulama Ahlul Bait yang cukup ternama pada masanya, akhlak beliau ini terkenal di seluruh umat muslim ada masa itu. Sifat wara’nya, sifat kasih sayangnya, sifat sabarnya, lisannya yang damai, wajahnya yang teduh serta ilmunya yang luas pada pada masa itu nyaris tidak ada tandingannya, bahkan hingga kini nama beliau masih harum karena sumbangsih ilmunya yang seolah-olah seperti lautan, tidak pernah habis hingga wafatnya. Jadi kalau ada fihak-fihak yang mengaitkan beberapa ajaran yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW dan para Sahabat, dapat dipastikan bahwa itu bukan berasal dari Imam Jakfar Shoddiq Ra.

Oleh karena itu demi meluruskan sejarah beliau ini kami mencoba untuk meneliti kembali sejarah  ajaran dari Imam Jakfar Asshodiq ini. Jujur kami sendiri sangat yakin 1000 % bahwa ajaran beliau ini tidak akan  pernah menyimpang, kenapa demikian? Karena beliau ini adalah satu satu pemegang mata rantai atau pemegang sanad yang utama dari banyaknya ilmu-ilmu Islam pada masa itu. Pemegang sanad seperti beliau jelas tidak perlu diragukan kredibilitasnya, karena dengan adanya adanya sanad pada sebuah ilmu, jelas itu bisa dipertanggungjawabkan secara dunia dan maupun akhirat, apalagi sekelas beliau yang merupakan Imam Besar pada masa itu dan merupakan Ahlul Bait yang sudah banyak diketahui akhlak dan budi pekertinya di tengah masyarakat Islam pada masa itu. Dari tangannyalah pula telah banyak ulama-ulama besar lahir. Dari beliau pula  telah banyak lahir ulama-ulama besar Ahlusunnah Wal Jamaah diantaranya Imam Hanafi dan Imam Maliki. Beliau  juga mempunyai pengikut yang setia yang mereka itu mengikuti ajaran Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra,  yang ajarannya tentu sangat sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan para Sahabat. Sehingga alangkah aneh dan janggalnya jika beliau yang notabenenya pemegang sanad keilmuan,  justru dianggap mempunyai ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Sekali lagi kami tegaskan jika ada kitab, ataupun ucapan yang mengatasnamakan beliau namun isinya penuh dengan keanehan seperti menghina para sahabat ataupun menghina istri Nabi serta ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang lainnya, maka jelas itu bukan ucapan seorang Imam Jakfar Shoddiq!. Jauh panggang daripada api kalau menisbatkan ajaran tersebut kepada diri ulama besar dan mulia ini.

Untuk membuktikan jika Imam Jakfar Shoddiq Ra tidak seburuk yang digambarkan oleh beberapa fihak, maka yang harus kita pelajari terlebih dahulu adalah bagaimanakah sebenarnya nasabnya itu. Insya Allah dalam sepengetahuan kami mempelajari ilmu nasab, terutama nasab-nasab Ulama keturunan Ahlul Bait, Gen keturunannya pun tidak jauh berbeda, karena kondisi sosial mereka memang sudah sengaja mereka ciptakan dalam ruang lingkup pendidikan keagamaan, dalam sejarah keturunan Ahlul bait  kebanyakan mereka memang banyak hidup sebagai ulama dan pemimpin umat. Sudah tentu sebagai seorang ulama besar pada masa itu, Imam Jakfar Shodiq Ra pasti memiliki nasab yang istimewa.

Salah satu keunggulan atau keistimewaan seorang Imam Jakfar Asshodiq Ra adalah nasabnya (garis keturunan) yang mempunyai banyak jalur pertemuan atau tautan nasab. Nasab beliau ini bila dipelajari ternyata  memang mempunyai keterkaitan dengan nasab-nasab para Sahabat Rasulullah SAW seperti Sayyidina Abu Bakar Asshidiq Ra.

Adapun Nasab Beliau adalah :

1.     Jalur Pertama : Jakfar Shodiq  bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Al Husein binti Fatimah binti Muhammad Rasulullah SAW.
2.     Jalur Kedua : Jakfar Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bi Al Husein bin Ali KWA bin Abi Thalib.
3.     Jalur Ketiga (nasab ibu beliau) : Ummu Farwah/Ummu Qosim/Qoribah/Fatimah binti Al Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq Ra

Dalam catatan Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdul Rozaq & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan serta catatan Sayyid Idrus Alwi Al Mahsyur, salah satu keturunan Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra yang menurunkan keluarga besar Alawiyyin di Hadramaut Yaman adalah Al Imam Ali Al Uraidhi yang kemudian menurunkan Imam Muhammad An-Naqib lalu turun kepada Imam Isa Arrumi dan Imam Ahmad Al Muhajir yang kemudian menurunkan Imam Ubaidhillah dan kemudian Imam Ubaidhillah menurunkan Imam Alwi Al Mubtakir yang merupakan cikal bakal munculnya Bani Alawi di Hadramaut Yaman. Bani Alawi merupakan leluhur Walisongo dan Beberapa Sultan-sultan di Nusantara seperti Kesultanan Demak, Banten, Cirebon, Palembang. Artinya jika melihat fakta ini Imam Jakfar juga merupakan leluhurnya Walisongo dan Sultan-sultan Nusantara khususnya mereka yang keturunan dari Sayyid Abdul Malik bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath. Sayyid Bahruddin Azmatkhan serta Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan juga mencatat, sampai sekarang keturunan dari Imam Jakfar pada beberapa anaknya yang lain seperti Imam Muhammad Al Akbar dan Al Imam Musa Al Kadzim menyebar di beberapa negara seperti Irak, Iran dan beberapa daerah lainnya.

Jelas jika melihat susunan nasab diatas, Imam Jakfar Shoddiq merupakan perpaduan tiga nasab terbaik, yaitu nasabnya Rasulullah SAW, nasabnya Sayyidina Ali KWA, dan nasabnya Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra.

Dengan adanya perpaduan dua nasab ini tidak heran jika Al Imam Jakfar Shoddiq dalam biografi sejarahnya sangat mencintai ketiga manusia terbaik tersebut, khusus untuk Sayyidina Abu Bakar Ra bahkan Imam Jakfar Ash-Shodiq sering membangga-banggakan Sayyidina Abu Bakar Ra dihadapan khalayak ramai. Karakter Sayyidina Abu Bakar Ra yang lembut hati, lunak, banyak menangis karena takutnya kepada Allah betul-betul melekat kuat pada diri Imam Jakfar Shodiq ini. Kakek dari fihak ibunya yaitu Al Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Ra bahkan termasuk tokoh Quraisy yang pada zamannya dikenal sebagai orang yang berbudi luhur, pantang hidup mewah, berilmu dan hidup zuhud. Adanya karakter yang baik serta adanya fakta nasab ini telah membantah dengan tegas jika ada klaim bahwa beliau telah mengajarkan pengikutnya untuk menghina Khalifah Abu Bakar Ra, bagaimana mungkin seorang cicit menghina buyutnya sendiri? Yang juga kita harus fahami bahwa nama Imam Jakfar dibelakangnya itu memakai As-Shodiq, gelar yang sama dan pernah dipakai oleh salah satu buyutnya yaitu Sayyidina Abu Bakar As-Shidiq Ra, jadi sangat tidak masuk akal seorang cicit yang kemudian memakai gelar yang sama dengan buyutnya tiba-tiba menghina buyutnya sendiri. Dari bukti nasab ini saja sudah membuktikan jika tidaklah pernah ada ajaran Imam Jakfar Shodiq yang aneh-aneh dan tidak sesuai dengan ajaranya Rasulullah SAW dan para Sahabat. Yang jelas semua leluhur Imam Jakfar Shodiq terkenal sebagai keluarga yang berakhlak mulia dan sangat mencintai para Sahabat Rasulullah SAW.

Satu lagi tentang keistimewaan dalam diri Imam Jakfar Ash-Shodiq adalah penamaan dirinya. Dalam tradisi bangsa Arab, panggilan atau gelar pada diri seseorang sangatlah penting, karena itu nanti akan menunjukkan status sosial atau karakter dari orang tersebut,  oleh karena itu sebagai seorang tokoh besar pada masa itu, Imam Jakfar Shodiq mempunyai banyak nama dan gelar.

Diantara Nama-nama Julukan Imam Jakfar bin Muhammad Al Baqir adalah sebagai berikut :
1.     Abu Abdullah
2.     Abu Ismail
3.     Abu Musa
4.     Ash-Shodiq (orang terpercaya)
5.     Al Fadhil (Orang yang utama)
6.     Al Qaim (orang yang tekun Sholat)
7.     Al Kafil (Pengasuh)
8.     Al Munjiy (penyelamat)
Namun dari sekian banyak nama yang beredar, yang paling sering digunakan masyarakat Islam untuk memanggil beliau pada masa itu adalah nama ABU ABDULLAH dan IMAM JAKFAR ASH-SHODDIQ.

Adapun Ciri Fisik Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra

1.     Beliau tidak tinggi namun juga tidak pendek
2.     Wajahnya cerah
3.      Berambut lebat dan agak keriting
4.      Berhidung mancung
5.     Bercambang
6.     Pada dadanya terdapat rambut halus
7.     Pada pipinya terdapat tahi lalat kehitam-hitaman
8.     Pada bagian tubuh lain terdapat tahilalat  yang warnanya agak kemerah merahan
9.     Mengenai kehidupan Imam Jakfar Shodiq sendiri, beliau hidup dimasa dua dinasti, yaitu dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.

Pada masa Dinasti Bani Umayyah Imam Jakfar mengalami masa :

1.       Abdul Malik bin Marwan selama 3 tahun
2.       Al Walid bin Abdul Malik selama  9 tahun 8 bulan
3.       Sulaiman bin Abdul Malik selama 3 tahun, 3 bulan, 5 hari
4.       Umar bin Abdul Aziz selama 2 tahun, 5 bulan
5.       Yazid bin Abdul Malik selama 4 tahun, 1 bulan
6.       Hisyam bin Abdul Malik selama 20 tahun
7.       Al Walid bin Yazid selama 1 tahun
8.       Yazd bin Al Walid selama  6 bulan

Sedangkan pada masa Dinasti Bani Abbasiyah Imam Jakfar mengalami masa:

1.  As-Saffah ( Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutholib) selama 4 tahun
2.   Al Mansur  (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin  Abbad bin Abdul Mutholib), Imam Jakfar mengalami pemerintahan ini selama 13 tahun, sedangkan Al Mansur selama 22 tahun.

Pada masa kehidupan di dunia dinasti ini, kehidupan Imam Jakfar Shodiq tidaklah seindah yang dibayangkan. Tekanan demi tekanan selalu dialami beliau dan keluarga besarnya. Pada masa Bani Umayyah bahkan pengawasan ketat terus menerus  dilakukan, intimidasi juga terjadi begitu kuat. Ahlul Bait pada masa itu betul-betul ditekan sedemikian rupa. Salah satu korban dari adanya intimidasi ini adalah dengan gugurnya putra terbaik Imam Ali Zaenal Abidin yaitu Imam Zaid Ra. Paman dari Imam Jakfar Shodiq ini harus gugur dalam membela kebenaran. Begitu takutnya orang pada masa itu, menyebut dan membahas kedudukan Ahlul Bait saja dianggap sangat berbahaya. Namun semua itu disikapi dengan sabar dan ikhlas oleh keluarga besar Ahlul Bait. Penindasan Bani Umayyah baru agak mereda pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan keturunan dari Sayyidina Umar bin Khattab. Pada masa Umar bin Abdul Azizlah segala intimidasi ditiadakan, mimbar-mimbar yang selama ini mencela Sayyidina Ali KWA dilarang keras. Sikap Umar bin Abdul Aziz yang sangat mencintai Ahlul Bait tentu sangat bertolak belakang dengan beberapa penguasa Dinasti Bani Umayyah lainnya. Sehingga tidak lama kemudian Umar bin Abdul Azizpun wafat dalam kondisi diracun.

Penindasan dimasa Dinasti Bani Umayyah memang sangat keterlaluan apalagi ini dilakukan oleh penguasa Islam sendiri, memang dinasti ini mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada banyak bangsa pada masa itu, namun tindakan mereka yang menindas keturunan Rasulullah SAW sangatlah disesalkan. Namun betapapun demikian, sikap yang sangat terpuji dari keluarga besar Ahlul Bait ini, mereka ternyata sama sekali tidak berambisi untuk menjadi penguasa atau Khalifah! Ini bukti bahwa keluarga besar Ahlul Bait tidak berambisi dengan jabatan Khalifah, termasuk Imam Jakfar Shodiq Ra.

Imam Jakfar Shodiq Ra sebagai seorang ulama, cendikiawan yang berpandangan jauh, tentu tidak mudah untuk dipancing dan diprovokasi  dengan janji yang menggiurkan dari orang lain. Beliau mempunyai kewaspadaan yang tinggi dan tidak mempunyai pamrih pribadi. Seandainya Kaum Muslimin membaiatnya pada masa itu, dirinya tetap saja menolak, karena beliau lebih mementingkan Islam dan Kaum Muslimin. Imam Jakfar Shodiq Ra bahkan sering mencegah dan menasehati para murid-muridnya, sahabat-sahabatnya, para pengikutnya serta para keturunan Ahlul Bait yang lain supaya jangan gegabah menerima pembai’atan dari orang lain, beliau selalu menekankan agar jangan ada yang mempersoalkan urusan Kekhalifahan. Dua orang pembela Ahlul Bait yang merupakan pemimpin pasukan pemberontakan pada dinasti Bani Umayyah  seperti Abu Salmah Al Khallal  dan Abu Muslim Al Khurasani bahkan pernah ditolak secara tegas ketika mereka menawarkan kekhalifahan kepada Imam Jakfar Shodiq Ra. Dengan singkat bahkan Imam Jakfae Shodiq berkata kepada salah satu orang tersebut, “ANDA BUKAN PENGIKUTKU, DAN ZAMAN INI PUN BUKAN ZAMANKU”.

Dari jawaban tersebut tampak jelas bahwa Imam Jakfar Shodiq Ra benar-benar dapat menarik pelajaran politik dari pengalaman Ahlul Bait dimasa lalu. Dari Kondisi masyarakat yang dihadapinya pun  beliau dapat memperhitungkan kemungkinan terjadinya pertikaian-pertikaian antar golongan  dan perebutan kekuasaan  di masa-masa mendatang, yang tidak merugikan siapapun selain umat Islam sendiri. Keterlibatan dalam persoalan seperti itulah yang selalu dihindari Imam Jakfar As-Shodiq Ra. Sikapnya yang demikian ini tentu saja mengecewakan sebagian pengikutnya yang ekstrim. Secara tegas  Imam Jakfar Shodiq lebih memilih keselamatan agama Islam dan kedamaian muslimin daripada mengurusi urusan keduniawian, dan ini juga jauh lebih penting daripada mengurusi sekelompok orang.

Adanya fakta ini jelas menunjukkan bahwa masalah urusan kepemimpinan  yang selama ini sering disandarkan pada beberapa tokoh-tokoh Ahlul Bait khususnya kepada Imam Jakfar As-Shodiq telah beliau mentahkan sendiri dengan pernyataan diatas. Bagi Imam Jakfar Shodiq Ra urusan Kepemimpinan adalah urusan duniawi, urusan yang lebih penting adalah menyelamatkan Agama Islam dan memperkokoh persatuan antar kaum muslimin.

Dinasti Umayyah pada akhirnya runtuh karena ditumbangkan oleh mereka yang mengaku sebagai pengikut Ahlul Bait yang dipimpin oleh Keturunan Bani Abbas yang merupakan keturunan dari paman dari Nabi Muhammad SAW yaitu Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib.  Namun demikian berhentikah penderitaan Ahlul Bait?

Pada masa Dinasti Bani Abbasiyah, Pemimpin yang pertama diangkat adalah As-Saffah, namun sayangnya pengangkatan beliau sebagai Khalifah dilakukan secara sefihak, padahal tujuan ditumbangkannya Dinasti Bani Umayyah itu sebenarnya adalah untuk mengembalikan kedudukan Ahlul Bait sebagai pemimpin, sayangnya Ahlul Bait sendiri tidak tertarik dalam urusan kekuasaan. As-Saffah sendiri yang merupakan pemimpin gerakan pemberontakan dinasti Umayyah sering berkeliling dibawah tanah untuk membangkitkan perlawanan kepada Dinasti Umayyah. Dan salah satu propaganda yang beliau munculkan adalah Isu Ahlul Bait yang nanti akan diangkat untuk menjadi khalifah atau pemimpin yang menggantikan Bani Umayyah, apalagi dia juga merasa masih kerabat dekat  dari keturunan Nabi Muhammad SAW.  Namun setelah Bani Umayyah tumbang secara sefihak dia mengangkat dirinya menjadi Khalifah, sehingga dengan sikapnya ini banyak kaum muslimin yang berkeberatan, namun untuk meredam gejolak politik yang ada, As-Saffah melakukan politik persahabatan dengan keturunan Ahlul Bait pada masa itu, termasuk dengan Imam Jakfar As-Shodiq Ra. Tidak tanggung-tanggung untuk membuktikan bahwa dia simpati kepada Ahlul Bait, pada masa pemerintahannya semua yang berkaitan dengan Bani Umayyah segera dihabisi, mereka yang berkaitan dengan peristiwa Karbala juga ditindak.

Politik As-Saffah ini bertahan selama 4 tahun. Kekuasaan kemudian beralih kepada adiknya yang bernama Al Mansur ini. Al Mansur yang dahulunya pernah dekat dengan Imam Jakfar dan terkenal baik akan budi pekertinya, ketika menjadi penguasa justru Perilakunya berubah menjadi 180 derajat. Tiba-tiba ia begitu ketakutan akan dirinya sendiri, sehingga pengawalnya pun berjumlah ribuan, masalah keuangan tiba-tiba ia begitu irit, sampai-sampai semua pengeluaran  keuangan dia lakukan sendiri. Al Mansur bahkan sering memusuhi Imam Jakfar AshShodiq Ra karena takut bila kekuasaannya dijatuhkan Imam Jakfar Shodiq Ra. Berbagai cara dia lakukan untuk meredam kebesaran seorang Imam Jakfar Shodiq. Namun demikian Imam  Jakfar Shodiq Ra ini tidak pernah gentar akan intimidasi yang dilakukan oleh Al Mansur ini. Semua dihadapi beliau dengan tegar dan sabar, sehingga pada masa hidupnya, Imam Jakfar Shodiq Ra ini benar-benar membuat mati kutu seorang Al Mansur.  Dalam hidupnya bahkan Imam Jakfar Shodiq Ra telah menghadapi tujuh rencana pembunuhan baik pada masa As-Saffah maupun pada masa Al Mansur dan berkat karomah beliau, tujuh rencana pembunuhan ini gagal total. Memang disamping sebagai ulama besar, Imam Jakfar Shodiq Ra ini juga terkenal sebagai Waliyullah, berbagai kelebihan beliau sebagai Wali sering Allah perlihatkan, terutama ketika menghadapi berbagai percobaan pembunuhan tersebut.

Derita Ahlul Bait pada masa Al Mansur ini justru terjadi menjelang akhir kekuasaannya. Anak cucu Sayyidina Hasan bin Ali KWA seluruhnya dimasukan kedalam penjara, setelah itu giliran keturunan Imam Ali KWA bin Abu Thalib yang berada di Madinah, satu persatu mereka dijebloskan  atas satu tuduhan bahwa mereka telah berkomplot untuk menentang pemerintahan Bani Abbasiah. Al Mansur benar-benar memperlakukan keturunan Sayyidina Hasan seperti orang hina, bahkan ibu dari Al Abbas bin Al Hasan bin Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, ketika melihat anaknya diborgol dan  hanya untuk mencium anaknya dilarang keras. Al Abbas akhirnya syahid dalam penjara dalam usia 35 tahun.

Setelah penangkapan ini, masih ada korban yang lain yaitu Muhammad bin Abdullah bin Amr bin Usman bin Affan.  Beliau keturunan Sayyidina Usman bin Affan. Muhammad bin Abdullah ini ibunya adalah keturunan dari Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau disiksa habis-habisan bersama Abdullah bin Al Hasan yang juga Ahlul Bait. Dua anak dari Abdullah bin Hasan bin Ali, yaitu Muhammad dan Ibrahim bahkan juga sudah dieksekusi mati oleh Al Mansur ini. Muhammad bin Abdullah dan Abdullah bin Hasan bin Ali Ra  dicambuk dan dirobek pakaiannya agar auratnya terlihat, bahkan saat mereka kehausan tidak ada satupun pengawal dari Bani Abbasiyah memberikan minuman kepada Muhammad bin Abdullah serta Abdullah bin Al Hasan ini.

Keluarga Ahlul Bait benar-benar menderita dan terhina, bayangkanlah, mereka diborgol, mereka diarak keliling Madinah, setelah dibawa ke Kuffah Irak kemudian dijebloskan dalam penjara bawah tanah  yang tidak mengenal matahari!. Jika mereka meninggal didalam ruang bawah tanah ini, maka jenazahnya dibiarkan saja!. Bertahun-tahun banyak keluarga Ahlul Bait yang disekap dalam penjara yang gelap gulita ini, dan mereka baru “bebas” setelah mati tertimbun tanah akibat penjara yang telah tua dan pengap itu. Beginikah cara pemimpin pada masa itu dalam memperlakukan Ahlul Bait.

Kaum Muslimin pada masa itu  memang menyadari bahwa Bani Abbasiyah bukanlah Ahlul Bait Rasulullah SAW. Bani Abbasiyah hubungannya hanya kekerabatan saja, sedangkan untuk jalur keturunan Rasulullah SAW atau Ahlul Bait hanya berasal dari keturunan Sayyidah Fatimah RA dan Sayyidina Ali KWA, namun ironisnya karena dalam perjuangannya mereka sering membawa dan mengatasnamakan Ahlul Bait, dan ini yang kemudian berhasil mempengaruhi kaum muslimin pada masa itu , sehingga akhirnya merekapun ikut terlibat dalam menumbangkan Bani Umayyah, namun setelah tumbangnya Bani Umayyah, ternyata kejadian dimasa Bani Umayyah akhirnya terulang lagi, dimana penindasan dan intimidasi terhadap Ahlul Bait terjadi dengan tidak kalah kejamnya...

Pada masa Imam Jakfar Shodiq Ra, situasi politik yang dilakukan Bani Abbasiah kepada Ahlul Bait betul-betul membuat Ahlul Bait bersikap hati-hati, oleh sebab itu pada masa itu, mereka Ahlul Bait lebih banyak yang memilih dunia keilmuwan daripada dunia politik. Dan salah satu pelopornya adalah Imam Jakfar Shodiq Ra.

Pada masa Imam Jakfar Shodiq Ra ini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Purguruan yang didirikan Imam Jakfar Shodiq Ra berhasil mencetak ribuan ulama besar yang kelak nanti meneruskan ajaran Imam Jakfar Shodiq Ra. Imam Jakfar Shodiq Ra  adalah Maha Guru pada masa itu, beliau adalah seorang yang multi Talent. Semua golongan mengakui kebesaran seorang Imam Jakfar Shodiq Ra. Untuk membuktikan betapa besarnya seorang Imam Jakfar Shodiq Ra, dibawah ini kita bisa lihat kesaksian kesaksian mengenai unggulnya Imam Jakfar Shoddiq Ra dengan ulama lain pada masa itu.

Kesaksian-kesaksian Terhadap Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra

1. Imam Zaid bin Ali bin Ali Zaenal Abidin dalam kitab “Manaqib Ibnu Syahr Asywab Jilid II Hal 147 telah mengemukakan tentang keponakannnya itu dengan berkata: “Pada setiap zaman akan ada seorang Ahlul Bait yang menjadi Hujjah Allah (membuktikan kebenaran Allah) kepada hamba-hambaNya. Hujjah Allah pada Zaman kita adalah  putra saudaraku yaitu Jakfar. Orang yang mengikutinya tidak akan sesat dan orang yang membelakanginya tidak akan mendapatkan petunjuk”.
2. Anas bin Malik dalam “Ibaratul Tahzib” mengemukakan : “Aku bergaul lama dengan Jakfar bin Muhammad (As-Shadiq Ra ), selama itu pula aku melihatnya selalu melakukan tiga perkara, kalau tidak Sholat, pasti ia sedang berpuasa, kalau tidak berpuasa pasti ia sedang membaca Al Qur’an
3. Imam Abu Hanifah (Pendiri Mazhab Hanafi) dalam “Manaqib Abu Hanifah) I/ 173 dan “Jami Asanid Abu Hanifah” I/222 dan dalam “Tadzkiratul Hafidz” karangan Adz-Dzahabi meriwayatkan sebagai berikut: “Aku tidak pernah menjumpai orang yang menguasai ilmu fiqih melebih Jakfar bin Muhammad Ra. Ketika hal itu aku diperintahkan oleh Al Mansur untuk memberikan 40 pertanyaan  yang serba berat dan sukar, ternyata semua jawaban diberikan secara terperinci, sehingga aku katakan kepada Al Mansur, “bukankah telah kekatakan bahwa Jakfar bin Muhammad itu paling menguasai ilmu fiqih termasuk perbedaan yang ada dikalangan para ulama?”
4. Dalam kamus “Al A’lam” karangan As-Samiy, Jilid III halaman 1821 terdapat keterangan mengenai Jakfar Ash-Shodiq Ra. Ia adalah putra sulung Al Imam Muhammad Al Baqir, ia memperoleh pelajaran mengenai ilmu dan keutamaan Akhlak dari ayahnya sendiri, kemudian setelah itu beliau melanjutkan perguruan yang pernah didirikan ayahnya itu. Imam Besar Abu Hanifah (Imam Hanafi) banyak mendapatkan ilmu dari Imam Jakfar termasuk tentang ilmu keduniaan dan ilmu agama. Imam Jakfar Shodiq Ra mempunyai kasyaf, menguasai ilmu kimia (menurut ukuran zamannya) dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Diantaranya muridnya adalah Jabir. Karena beliau selalu berkata benar, maka ia dipanggil dengan nama ASH-SHODIQ RA.
5. As-Sayyid Muhammad Shadiq  Nasy’ah, Maha Guru Sastra pada Universitas “cairo” mengatakan sebagai berikut: “Rumah Jakfar Shodiq pada masa itu laksana Universitas  yang terus menerus dihiasi oleh para ulama besar dibidang Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir, Filsafah, Ushuluddin. Waktu-waktu kuliahnya rata-rata dihadiri oleh 2000 orang ulama, bahkan kadang-kadang sampai mencapai 4000 orang. Para mahasiswanya telah menulis koleksi hadist-hadist dan ilmu-ilmu lain yang mereka peroleh sehingga dapat dipandang sebagai buku Ensiklopedia Mazhab Ja’fariyah.
6. Doktor Ahmad Amin Sejarawan Mesir mengemukakan pendapatnya tentang Imam Jakfar Shodiq Ra sebagai berikut: Imam Jakfar Shodiq Ra adalah Imam terbesar dari berbagai zaman
7. Arif Tsamir, Maha Guru pada Akademi Penelitian Soal-soal ketimuran mengutarakan sebaagai berikut : “Jika seorang peneliti sejarah benar-benar mempelajari kepribadian Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra bin Muhammad bin Ali Zaenal Abidin dengan hati nurani yang jujur, dengan pemikiran yang obyektif, semata-mata demi ilmu pengetahuan, menggunakan metode ilmiah secara modern, tidak emosional, lepas dari penyakit fanatisme dan bebas dari pengaruh kebangsaan, tidak bisa lain ia pasti mengakui pribadi Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra yang merupakan koleksi Filosofis yang tegak mandiri, penuh vitalitas yang senantiasa hidup, bersemangat, berfikit kreatif mengembangkan ilmu pengetahuan, menyajikan pemikiran-pemikiran segar dan sanggup menciptakan aturan-aturan, tatanan dan hukum-hukum tertentu”.
8. Adz-Dzahabi (seorang Ahli Hadist yang nama aslinya Syamsuddin  Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Ad-Dimasyqy) didalam kitab “Mizanul I’tidal” I/192, dalam pembicarannya tentang Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra antara lain mengatakan: “Jakfar bin Muhammad adalah seorang Imam, seorang ulama puncak, seorang yang patuh pada agama, seorang yang tidak pernah berdusta dan seorang yang bermartabat tinggi
9. An-Nawawi (Abu Zakariya Muhyiddin bin Syarafuddin) wafat tahun 676 Hijriah dalam kitab Tahzibul Asma Wal Lughot Jilid I/149 menyatakan: “ Diantara Para Ahli Hadits yang meriwayatkan hadits-hadist dari Jakfar As-Shodiq Ra adalah : Muhammad bin Ishaq, Yahya Al Anshori, Imam Malik, Sofyan Ats-Tsauri, Ibnu Jarih, Syu’bah, Yahya Al Qaththan. Mereka mengakui Keimanannya, kebesaran dan kemuliaannya. Amr bi Abi Miqdam menyatakan, “setiap aku melihat Jakfar bin Muhammad (dari kepribadiannya) jelas sekali kuketahui bahwa ia memang  seorang putra keturunan Nabi”.
10.Ibnu Khalkan, yaitu Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Abu Bakar bin Khalkan (wafat 681 Hijriah) mengatakan : Ja’far Ash-Shodiq Ra adalah salah satu keturunan Ahlul Bait yang terkemuka dan diberi nama Ash-Shadiq (orang yang berkata benar) karena ia tidak pernah berdusta. Keutamaan pribadinya jauh lebih terkenal daripada yang disebutkan orang. Salah satu muridnya yang bernama Abu Musa Jabir bin Hayyan Ash-Shuffi At-Thurtusy telah menulis buku setebal 1000 halaman antara lain berisi 500 buah risalah  Ja’far Ash-Shodiq.
11. As-Syablanjiy (Mu’min bin Hasan Mu’min bin Al Misry Al Syablanjiy, salah seorang Maha Guru Universitas Al Azhar Cairo yang lahir pada tahun 1250 Hijriah, dalam kitab “Nurul Abshor” halaman 131 mengatakan sebagai berikut: “Kisah keutamaan pribadinya amat banyak, hampir tidak terhitung jumlahnya sehingga membingungkan setiap penulis buku yang hendak mengungkapkannya. Lebih jauh As-Syablanjiy berkata dalam buku “Adabul Katib” Ibnu Qutaibah menyebutkan bahwa Kitab “Al Jafr” ditulis oleh Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al Baqir dimana didalamnya terdapat isyarat-isyarat tentang apa yang akan terjadi dikemudian hari.
12.Muhammad Ash-Shobban (Muhammad bin Ali Ash-Shobban Asy-Syafi’i Al Hanafy dalam kitabnya yang berjudul “Is’afur Raghibin” (tercetak pada pinggir halaman kitab “Nurul Abshor” dalam halaman 208 mengatakan sebagaia berikut : Ash-Shodiq seorang Imam yang sangat terkemuka, doanya selalu dikabulkan Allah.
13. Asy-Sya’rani yaitu Abul Mawahib ‘Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali Al Anshori Asy-Syafi’i Al Miysri,( tiba di Cairo tahun 911 H dan wafat di kota ini) mengatakan dalam kitab “Lawaqihul Anwar” : Imam Ja’far Shodiq Ra bila membutuhkan sesuatu ia berdoa : “Ya Allah, aku sangat ingin membutuhkan ini atau itu.....” belum selesai ia mengucapkan doa apa yang telah dbutuhkan telah ada disampingnya.
14.Sibthu Ibnu Jauziy (Abu Mudzaffar Syamsuddin Yusuf bin Qazgholy Al Hanafi), 582 – 654 H, dalam kitab “Tadzkiratu Khawasil Ummah” halaman 192 mengatakan “ Imam Jakfar Ash-Shodiq  Ra adalah seorang ulama dan moralis besar lebih tekun beribadah daripada membuang waktu untuk menuntut kekuasaan”.
15.Muhammad bin Tholhah (Kamaluddin Asy-Syafi’i) wafat tahun 684 Hijriah dalam kitabnya yang berjudul “Mathalibul Sual” halaman 81 mengatakan : Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra termasuk pemimpin keturunan Ahlul Bait yang terkemuka, menguasai berbagai cabang ilmu, banyak beribadah, selalu berzikir dan berwirid, kehidupannya amat Zuhud, banyak membaca Al Qur’an, mengikuti makna ayat-ayat Al Qur’an dengan cermat dan teliti, mengambil mutiara dari lautan Kitabullah yang tidak kenal surut dan mengambil keajaiban makna yang mempesonakan, ia selalu membagi waktunya sehari hari untuk berbagai amal kabaikan, mentaati Allah dan selalu memeriksa diri sendiri (mawas diri). Ucapan-ucapannya selalu mengingatkan orang kepada kehidupan Akhirat, tutur katanya memberikan dorongan untuk hidup zuhud, dan berteladan kepadanya dapat memasukan orang kedalam Syurga. Pancaran sinar wajahnya membuktikan jika dirinya memang putra keturunan Rasulullah SAW dan kesucian amal serta prilakunya menandakan ia berdarah keturunan Rasulullah SAW. Keutamaan sifat-sifat dan akhlaknya sukar disebut satu persatu karena terlampau banyak, dan kekayaan ilmunya yang terungkap dari lubuk hati dan pikirannya tak ternilai mutu dan kegunaannya.
16.Ibnu Hajar, yaitu seorang Ahli Hadist yang nama aslinya Syihabuddin Ahmad bin Hajar AL Haitsami dalam kitabnya yang berjudul “Ash-Showaiqul Muhriqoh” mengatakan : Tak terbilang banyaknya ilmu-ilmu yang diambil dari Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, sehingga keharuman namanya tersebar luas dipelosok negeri.
17.  Syekh Sulaiman Ibrahim (Khawajah Khan) dalam kitabnya yang berjudul “Yanabi’ul Mawaddah” halaman 380 cetakan Istambul Turki mengatakan : “Abu Abdullah Jakfar Ash-Shodiq Ra adalah seorang Imam dari kalangan Ahlul Bait Rasulullah SAW. Ia termasuk keturunan Ahlul Bait yang paling terkemuka. Bahkan Syekh Abdurrahman As-Silmy dalam kitabnya yang berjudul “Thobaqotul Masyayikhis Shuffiyah” menegaskan bahwa Imam Jakfar lebih unggul dibandingkan dengan putra-putra keturunan  Ahlul Bait yang lain. Ia kaya dengan ilmu, hidupnya zuhud dan sepenuhnya menjauhkan diri dari kesenangan hidup, dan menguasai ilmu yang sempurna.
18. Al Hafiz Abu Nu’aim (Ahmad bin Abdullah Ashobany), wafat tahun 430 H dalam kitabnya “Hulyatul Aulia” Jilid III halaman 192 mengatakan : “diantara  para Imam keturunan Ahlul Bait, Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra sangat tekun beribadah dengan khuyu’, gemar berkhalwat (menjauhkan diri hiruk pikuk kehidupan dunia sehari hari dan tidak berambisi meraih kekuasaan”. Dikatakan pula oleh Al Hafiz Abu Nua’im bahwa sebuah riwayat yang berasal dari Al Hayyaj bin Bustham menerangkan bahwa Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra selalu membantu kaum fakir miskin hingga kadang-kadang keluarganya sendiri tidak mempunyai sesuatu untuk dimakan.
19.Ibnu Shabbagh Al Maliki (Nuruddin ‘Ali bin Muhammad Ashabbagh Al Maliki) 784  - 855 H dalam kitabnya yang berjudul “Al Fushulul Muhimmah” mengatakan sebagai berikut : “Diantara saudara-saudaranya, Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra adalah yang ditunjuk untuk meneruskan kepemimpinan ayahnya dan dialah yang menerima wasiatnya, Sepeninggal ayahnya dialah yang menggantikannya sebagai Imam. Diantara kaum kerabatnya, dialah yang lebih mempunyai ilmu, lebih kuat ingatannya dan lebih tinggi kemampuannya, tidak sedikit jumlah kaum muslimin yang menuntut ilmu kepadanya, sehingga keharuman namanya tersebar diseluruh negeri. Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra seluruh perilakunya sungguh sangat utama, sifat-sifat kemuliannya sempurna, dihormati manusia sepanjang masa, dan dibicarakan orang dalam setiap majelis dan pertemuan dimana-mana.
20. As-Suwaidy (Muhammad Amin Al Bagdadi) dalam kitabnya yang  berjudul “Saba’ikudz-Dzahab” halaman 72 antara lain mengatakan : “diantara saudara Jakfar Ash-Shodiq Ra yang menerima  wasiat ayahnya untuk meneruskan kepemimpinannya. Jenis ilmu yang diambil oleh kaum muslimin dari Imam Jakfar lebih banyak daripada jenis ilmu yang diambil dari Imam-Imam yang lain, selain itu ia juga seorang ulama Ahli hadist.
21. Seorang Ulama Ahli Nasab Kenamaan yaitu Jamaluddin Ahmad bin Ali Ad-Dardy Al Hasani (wafat tahun 828 H) dalam kitabnya yang berjudul “Umdat-Thalib” halaman 184 mengatakan : “Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra adalah sandaran kemuliaan bagi keturunan Ahlul Bait, keutamaan perilakunya terkenal dikalangan umat manusia, baik yang awam maupun yang khawas, berkali-kali ia akan dibunuh Al Mansur tetapi Allah selalu melindungi kesalamatannya.
22.   Syahrustani (Abul Fath  Muhammad bin Abil Qosim), seorang ulama ahli fiqih dan ulama ahli Kalam Madzhab Al Asyari (wafat tahun 548 H) dalam kitabnya “Al Milal Wan Nihal” mengatakan sebagai berikut:  “Imam Jakfar Ash-Shodiq  Ra adalah seorang ulama besar yang kaya akan ilmu agama, ilmu sastra, dan sangat tinggi pengetahuannya tentang hikmah. Hidupnya  sangat Zuhud dan sepenuhnya menjauhkan diri dari kesenangan-kesenangan duniawi. Beberapa waktu lamanya ia tinggal di Madinah memimpin para pengikutnya  kejalan yang benar dan mengajarkan rahasia-rahasia ilmu kepada semua orang yang berhimpun di sekitarnya. Kemudian ia pindah ke Irak dan selama tinggal di Irak ia sama sekali tidak berambisi merebut  kekhalifahan. Memang benar, bahwa orang yang telah “menenggelamkan diri” kedalam lautan ma’rifat tidak mungkin tergiur dengan soal-soal keduniawian, dan orang yang telah membumbung tinggi ke puncak hakikat tidak akan gentar menghadapi siapapun juga. Baginya berlaku pepatah “Barangsiapa merasa tentram di sisi Allah ia tidak senang ditengah orang banyak dan barangsiapa yang merasa tentram dengan hal-hal yang bukan karena Allah maka ia akan dikuasai oleh was-was”.
23.Al Yafi’i (Abu Muhammad  Abdullah bin Sa’ad bin Sulaiman  Affifuddin Al Yafi’i (wafat tahun 786 H) dalam kitabnya yang berjudul “Mir’atul Janan” jilid I halaman 304 mengatakan : “Pada tahun itu ( 148 Hijriah) wafat seorang Imam terkemuka dan mulia, putra keturunan Rasulullah SAW yaitu Abu Abdullah Jakfar Ash-Shodiq Ra. Ia dimakamkan di Baqi Madinah bersama dengan Ayahandanya, Imam Ali Zaenal Abidin, Imam Al Hasan bin Ali. Pemakaman ini  sungguh mendapat kehormatan besar dengan dimakamkannya orang-orang mulia dan terhormat didalamnya. Imam Jakfar dijuluki ASH-SHODIQ karena tutur katanya selalu benar. Ia memiliki pemikiran yang sangat tinggi mengenai ilmu Tauhid dan lainnya. Muridnya yang bernama Jabbar bin Hayyan Ash-Shuffi telah menulsi kitab 1000 halaman, termasuk didalamnya 500 buah risalah Imam Jakfar Ash-Shodiq.

Para ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah Yang mendapatkan Ilmu dari Imam Jakfar Asshodiq

1. Abu Hanifah (Pendiri Mazhab Hanafi), nama lengkapnya Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit bin Zhouti. Berasal dari Irak. Belajar dua tahun dan berhasil memjadi salah satu Imam Ahlussunnah Wal Jamaah yang ajarannya hingga kini masih tersebar luar di beberapa negara.
2.  Malik bin Annas (Imam Maliki), nama lengkapnya Malik bin Anas bin Abu Amir, berasal dari Bani Taim bin Murrah, suatu anak kabillah dari Quraish. Beliau belajar selama tiga tahun dengan Imam Jakfar Ash-Shodiq, beliau wafat tahun 179 Hijriah. Imam Maliki adalah guru utama dari Imam Syafi’i dan Imam Syafi’i adalah guru dari Imam Ahmad Bin Hambali
3. Sofyan Ats-Tsaury, nama lengkapnya Sufyan bin Sa’id bin Masruq Ats-Tsauri Al Kufi. Banyak riwayat-riwayat  atau pesan-pesan yang diberikan kepada kepadanya, terutama pada masalah kezuhudan. Beliau wafat tahun 161 Hijriah
4. Sufyan bi Uyainah, nama lengkapnya Sufyan bin Uyainah bin Abi Imran Al Kuffi Al Makky dilahirkan di Kufah Irak tahun 107 hijraih dan wafat di Mekkah tahun 197 H
5. Yahya bin Sa’id Al Anshory, nama lengkapnya Yahya bin Sa’id bin Qeis Al Anshori dari Bani Najjar. Ia seorang Tabi’in, ia seorang Hakim (Qodhi) di Madinah pada masa Al Mansur, ia wafat pada tahun 143 H.
6. Al Qaththan nama lengkapnya Abu Sa’id Yahya bin Sa’id Al Qaththan Al Basri, ia termasuk Imam hadist, bahkan dipandang sebagai perawi dizamannya. Para penulis enam kitab hadist Shohih (Kututtubussittah) banyak yang meriwayatkan hadist kepadanya. Ia wafat tahun 197 Hijriah
7.  Muhammad bin Ishaq bi Yasaar/Ibnu Ishaq (Penulis kitab sejarah dan riwayat Nabi Muhammad SAW). Berasal dari Madinah dan tinggal di Mekkah, wafat pada tahn 151 Hijriah
8. Syu’bah bin Al Hajjaj Al Azdy, ialah yang mengeluarkan fatwa agar wajib berperang melawan penguasa pada zamannya, dan mencetuskan pemberontakan bersama-sama iBrhiam bin Abdullah bin Al Hasan. Dialah Ahli Hadist pertama yang berani menentang Khalifah pada masanya.
9. Abu Ayyub As-Sajistany, nama lengkapnya Abu Ayyub bin Ami Tamimah As-Sajistany Al Basri, ia adalah maulanya Ammar bin Yasir, beliau salah seorang Tabi’in, wafat tahun 131 Hijriah karena terkena wabah dalam usia 75 tahun.
10.Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Demikianlah sekelumit tentang sejarah Imam Jakfar Ash-Shodiq, kami berharap bagi mereka yang selama ini mencintai Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra cintailah beliau karena Allah dan Rasulnya, cintai beliau dengan sebenar-benarnya cinta sejati kepada Ahlul Bait. Pecinta atau pengikut Sejati Ahlul Bait tentu tidak akan pernah menghina Sahabatnya dan istrinya Rasulullah SAW sampai kiamat. Imam Jakfar Ash-Shodiq jelas masih merupakan keluarga besar Sahabat karena didalam nasabnya terdapat darah Sayyidina Abu Bakar Ra.

Kami juga menghimbau bagi mereka yang selama ini sangat membenci Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, kami anjurkan untuk banyak-banyak mempelajari biografi beliau ini agar mereka itu bisa lebih mengenal siapa Imam Jakfar Asshodiq Ra, tentu sumber sejarah tentang beliau ini harus  yang berasal dari ulama-ulama Ahlusunnah Wal Jamaah yang selama ini sangat memperhatikan sanad keilmuwan. Kami juga berharap kepada fihak-fihak yang selama ini terkesan “alergi” terhadap keberadaan Ahlul Bait, maka kami sarankan kepada mereka itu untuk mempelajari Sejarah Ahlul Bait secara mendalam, masih banyak sumber-sumber yang bisa dipercayai untuk mengetahui tentang sejarah Ahlul Bait seperti misalnya tulisan dari Abuya Profesor KH Abdullah bin Nuh, jangan mengatakan Ahlul Bait itu tidak ada hanya karena perasaan nafsu ataupun sinis karena melihat beberapa perilaku Ahlul Bait yang dianggap tidak sesuai dimata mereka, masih banyak keturunan Ahlul Bait yang bisa dijadikan pijakan dalam kehidupan ini.

Semoga tulisan ini bisa mempercerah kita semua...Amin

Sumber :

Al Husaini, HMH Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, Semarang : Penerbit Toha Putra, 1985.
Al Husaini, HMH Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Zaid bin Ali  Ra, Semarang : Penerbit Toha Putra, 1985.
Al Husaini, Syekh Hasan, Hasan & Husain The Untold Story, Jakarta: Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, 2013.
Al Masyhur, Idrus Alwi, Sejarah, Silsilah, & Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika.
Azmatkhan, Sayyid Bahruddin & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, Al Mausuuah Li Ansaabi Al Imam Al Husaini, Jakarta : Penerbit Majelis Dakwah Walisongo, Edisi II Vol 24, 2014.
Nuh, KH Abdulah bin, Mencintai Keluarga Nabi SAW-Bekal Menuju Surga, Jakarta: Noura Books, 2014.