Selasa, 04 Juni 2024

PRABOWO DIPECAT TIDAK HORMAT ATAU DIBERHENTIKAN DENGAN HORMAT ?

 Masih berkaitan dengan pangkat Jenderal Kehormatan yang baru saja diperolehnya.

Kenaikan pangkat seorang Prabowo saat ini memang menjadi hal yang kontroversial, mengingat bagi banyak orang, Prabowo dianggap jenderal pecatan, apalagi kesan itu semakin kuat manakala surat rahasia dari DKP (Dewan Kehormatan Perwira) yang memeriksa Prabowo bocor di tengah masyarakat, padahal informasi tersebut bersifat rahasia. Isinya menurut saya memang sangat memberatkan posisi Prabowo. Bukan hal yang main-main, karena rekomendasi 7 Jenderal TNI AD itu adalah "Pemberhentian Prabowo Dari Dinas Militer" pada tanggal 21 Agustus 1998. Para Jenderal yang menandatangani surat tersebut beberapa masih hidup bahkan saat ini ada yang menjadi pendukung Prabowo Subianto, padahal mereka itu dulu ikut menandatangani dokumen rahasia tersebut yang diantaranya adalah Agum Gumelar dan SBY. Sedangkan Jenderal Subagyo hubungannya dengan Prabowo bahkan sangat baik, terbukti Prabowo begitu tahu Jendral Subagyo dirawat, dia langsung besuk.
Betapapun demikian, beredarnya dokumen rahasia tersebut tidak serta merta menggugurkan Surat Keputusan Presiden tanggal 20 November 1998 tentang pemberhentian dengan hormat Prabowo dari dinas militer. Para Jenderal yang telah menandatangani dan memberikan rekomendasi atas pemberhentian Prabowo tentu tahu betapa beratnya kesalahan Prabowo. Namun disisi lain, ujung dari rekomendasi tersebut adalah "Prabowo Diberhentikan Dengan Hormat" yang otomatis haknya setelah diberhentikan masih bisa diperoleh diantaranya uang pensiun.
Berhasilnya Prabowo mendapatkan bintang 4 kehormatan adalah hal yang mengejutkan. Siapa dibalik itu semua ? Benarkah itu atas inisiatif Panglima TNI saat ini ? Apakah para Jendral yang pernah berseberangan dengannya dibelakang itu semua ? Sekalipun Prabowo telah mendapat anugrah bintang 4 kehormatan karena dirinya dianggap bersih, karena statusnya hanya diberhentikan dengan hormat bukan dipecat, tetap saja bintang 4 kehormatan yang dia dapat telah jadi rujakan nitizen. Berbeda dengan Jenderal Kehormatan lainnya seperti SBY, AGUM GUMELAR, LUHUT, HENDROPRIYONO, SUTIYOSO, semua relatif karena mereka diangkat bukan di era medsos.
Pertanyaan yang paling menggelitik saat ini adalah, siapa yang memberikan masukan agar Presiden Habibi mengambil langkah cepat untuk segera memberhentikan Prabowo ? Dan siapa yang mengusulkan agar Prabowo diberhentikan dengan hormat saja ? Padahal jelas² dokumen rahasia yang ditandatangani DKP kesalahan Prabowo sangat fatal dan tentu itu berimbas terhadap nama baik ABRI yang saat itu sedang disorot tajam oleh berbagai aktifis. Nampaknya nama yang sangat kuat memberikan usulan itu adalah Jenderal Wiranto yang menjabab sebagai Pangab saat itu. Mungkin saja Jenderal Wiranto tidak ingin kasus Prabowo menjadi bola liar dan berkepanjangan yang nantinya disalahgunakan oleh beberapa fihak, tentu ini akan merugikan ABRI sendiri yang saat 98 sedang mengalami tekanan politik yang sangat tinggi akibat dwifungsi ABRI yang kebablasan.
Keputusan memberhentikan Prabowo dengan hormat tentu sudah difikirkan secara matang matang dan sudah dipertimbangkan secara aspek hukumnya, bukankah saat itu ada Prof. Yusril Ihza Mahendra ? Prof Yusril bukan tidak mungkin juga memberikan masukan, apalagi dia telah berhasil membuat Soeharto berhenti secara sah dan konstitusional secara hukum tata negara. Pertimbangan lain, tentu Jenderal Wiranto dan Jenderal² lain akan hitung hitungan dari akibat keputusan yang akan dikeluarkan. Kalau seandainya keluar surat keputusan diberhentikan tidak hormat, bukan tidak mungkin akan ada perlawanan hebat dari Prabowo dan para perwira dan prajurit prajurit yang masih setia kepadanya. Prabowo pernah mengatakan, kalau dia mau berbuat macam macam atau katakanlah kudeta, dia bisa saja mengerahkan 38 batalion yang siap tempur. Harus diakui sekalipun Prabowo berpangkat Letnan Jenderal pengaruh militernya sangat kuat, bahkan sejak masih berpangkat Kapten Prabowo sudah disegani, bahkan dia berani melawan LB Moerdani. Dimata bawahan dan koleganya, Prabowo bisa jadi dianggap sosok yang terzolimi, sehingga mereka tentu tidak rela jika Prabowo diperlakukan tidak adil. Ingat korsa di militer itu kuat, apalagi yang satu angkatan. Dalam kasus penculikan aktifis tentu ada yang akan menganalisa dan mengira, manalah mungkin seorang Prabowo melakukannya sendiri..
Keputusan diberhentikannya prabowo dengan hormat mungkin juga untuk meredam amarah para pengikutnya. Keputusan itu tentu berat tapi baik untuk ABRI agar tidak terpecah belah melalui tokoh tokohnya. Tujuan lain dari keputusan tersebut juga bisa jadi untuk meredam tuntutan masyarakat kepada ABRI agar Prabowo diadili. Sehingga dengan keputusan itu ABRI ingin menunjukan bahwa mereka bisa tegas dan bisa mengikuti alur reformasi tanpa tanpa membuat malu Prabowo, yang terpenting Prabowo "diselesaikan" dulu dari dinas kemiliterannya agar tidak ada lagi kesan bahwa ABRI tidak berani bertindak. Diberhentikannya Prabowo memang kasus yang jarang jarang terjadi apalagi ini sekelas Bintang 3 dengan jabatan strategis sebagai Pangkostrad. Oleh karena itu tentu keputusan tersebut sekali lagi mungkin merupakan win win solusi. Tidak puas akan keputusan Presiden Habibi ? Sudah pasti, terutama Jenderal Jenderal yang menyidangnya juga para aktifis demokrasi. Namun sekali lagi, saya yakin keputusan tersebut adalah dikeluarkan dengan berat hati dan merupakan yang terbaik demi bangsa dan negara.
Dari keputusan tersebut kita bisa lihat, bagaimana kelak Prabowo jarang terlibat konflik politik yang tajam dengan Wiranto. Paling "serangan" terhadap Prabowo dari Wiranto dalam kancah politik lagi² tentang kasus penculikan, selebihnya anyep lagi.
Jenderal Wiranto kelak mendirikan Partai Hanura yang kurang bersinar sedang Prabowo masih terus eksis dengan Partai Gerindra. Menurut beberapa informasi, kedekatan Wiranto dengan Jenderal Soeharto tidak lepas dari jasa Prabowo yang merupakan mantu Soeharto, apalagi Prabowo memang sering menghadap Soeharto tanpa harus melewati jenjang prosedural untuk menghadap kepada seorang Presiden. Kebiasaan Prabowo diluar komando ABRI memang sudah menjadi rahasia umum, sehingga tidak heran banyak perwira militer mendekat ke Prabowo agar bisa naik karir militer karena rekomendasi Prabowo kepada Soeharto.
Karir Wiranto paska hilangnya Prabowo ke Yordania, terus meroket dan dipercaya Habibi dan Gus Dur. Namun nasibnya akhirnya tidak kalah "tragis" setelah jabatannya dicopot Gus Dur dari luar negeri, dan anehnya Wiranto sempat tidak terima ketika dicopot oleh Gus Dur yang notabenenya pimpinan dia, sama halnya ketika Prabowo "tidak terima" ketika dicopot mendadak oleh Presiden Habibi sebagai Pangkostrad.Nantinya cerita "konflik" Habibi dan Prabowo pun akhirnya muncul dalam dua versi, 1 dari Prabowo 1 lagi dari Habibi. Di suatu waktu Prabowo pernah menanyakan kenapa dia pada masa itu dicopot jabatannya. Jawaban beliau ternyata berubah ubah, di suatu waktu bahwa hal itu atas perintah soeharto, tapi saat di Jerman, Habibi menjawab pertanyaan Prabowo bahwa yang menginginkan Prabowo dicopot jabatan Pangkostradnya adalah negara super power yang siapa lagi kalau bukan AS. Benarkah Amerika terlibat atas dicopotnya Prabowo dari Pangkostrad juga diberhentikannya dari militer, bukankah Prabowo dulu Prabowo pernah mengenyam pendidikan anti-teror di Fort Bragg pada 1980 di Amerika Serikat ? Lima tahun kemudian bahkan, Prabowo juga belajar materi yang sama di Fort Benning yang merupakan Pangkalan Militer Amerika. Tidak tanggung tanggung, Prabowo belajar Pendidikan Anti Teror yang di kemudian hari diterapkan di Kopassus.
Faktor lain yang tidak boleh dilupakan, berhentinya Prabowo dalam usia emas (47 tahun) tentu juga masih berkaitan dengan keberadaan mertuanya, Jenderal Soeharto. Suka atau tidak suka Prabowo dinilai oleh banyak fihak adalah sosok yang dianggap berbahaya karena kedekatannya dengan Soeharto. Prabowo adalah sosok militer yang dianggap berbahaya setelah tumbangnya Jenderal Soeharto dan kesan itu banyak muncul didalam gerakan² mahasiswa, sehingga mau tidak mau keberadaanya harus dihabisi. Prabowo tentu banyak menyimpan rahasia dan info² A1 mengingat dia sering bertemu Soeharto, sehingga wajar jika Prabowo jadi sasaran dan caci maki aktifis mahasiswa di tahun 98. Sedangkan sosok Jenderal Wiranto, Jenderal Subagyo dan Jenderal² lain masih dianggap oleh sebagian politikus bisa diajak bekerjasama (tapi bagi sebagian aktifis mahasiwa garis keras, ya sama saja !), namun untuk Prabowo nampaknya harus tutup buku dalam dunia militer dan politik. Anehnya cerita yang beredar tentang hubungan Soeharto dan Prabowo berakhir dengan tragis, karena Prabowo dianggap pengkhianat bersama Habibi sekongkol dalam menumbangkan Soeharto, hal itu dikarenakan keluarga Soeharto mengetahui Prabowo sering bertemu beberapa aktifis demokrasi. Nampaknya kedekatan Prabowo dengan beberapa aktifis demokrasi dan juga tokoh tokoh politik dilakukannya setelah ia mendapat pendidikan intelijen di Amerika dan mendapat lulusan terbaik.
Dalam 2 x pilpres terdahulu, ketika Prabowo ketika ditanyakan kasus penculikan aktifis, dia selalu berkata "tanya atasan saya..." ketika didesak siapa atasan tersebut, selalu jawabnya "Ya Atasan saya..." namun soal Prabowo yang "memburu" para aktifis memang benar adanya, hal itu sudah dia terangkan saat persiapan pilpres 2024 dihadapan beberapa korban "pengamanan" tersebut termasuk Budiman Sujatmiko tokoh utama PRD.
Merujuk dari informasi dokumen DKP jelas atasan Prabowo adalah KASAD Jenderal Soebagyo, sedangkan atasan KASAD adalah PANGLIMA ABRI yaitu Jenderal Wiranto, sedangkan Atasan Wiranto adalah Panglima Tertinggi yaitu Jenderal Soeharto !