Selasa, 04 Juni 2024

KISAH KERAMAT PARA WALI YANG TERJADI PADA ULAMA DAN KELUARGA BAALAWI

 Akhir-akhir ini serangan pada fihak Baalawi semakin menjadi jadi. Setelah nasab leluhur mereka yang dibombardir sebagai tokoh fiktif maka kisah kisah dari pemuka mereka pun ikut digugat. Pengalaman² ruhani mereka yang diluar jangkauan akal manusia menjadi pembahasan ramai. Istilah² yang muncul dari mereka pun dipertanyakan keshohihannya. Padahal kalau saja kita mau mencari, informasi dan cerita² pengalaman ruhani itu sering didapati pula pada wali-wali yang ada di Nusantara. Kalau anda berziarah ke makam Sunan Gunung Jati Cirebon itu ada beberapa buku yang berkaitan dengan pengalaman ruhani Sunan Gunung Jati yang agak mirip dengan pengalaman ruhani seperti di atas, belum lagi Kisah Sunan Kalijaga yang dianggap banyak anehnya. Kadang gaya penulisan juga ikut menyumbang "serunya" pengalaman ruhani tersebut, sehingga tidak aneh bila muncul sebuah kesimpulan "kok ceritanya malah seperti mengalahkan Nabi..., Nabi aja enggak seperti itu", padahal sebenarnya itu menurut kami boleh jadi adalah gaya tulis sang pentutur atau interpretasi dari mereka yang mencatat karena manalah mungkin kedudukan wali lebih tinggi dari Rasulullah SAW.

Peristiwa kejadian kejadian di luar logika tersebut identik dengan istilah "Keramat". Kejadian di luar kebiasaan manusia pada kalangan kyai, habaib sering disebut " "Khariqul Adat". Mereka adalah orang orang yang mulia. Nama nama seperti Mbah Kholil Bangkalan, Syekh Nawawi Banten, Kyai As'ad Syamsul Arifin, Mbah Abdul Hamid Pasuruan, Mbah Hasyim Asy'ary, Gus Mik, Habib Soleh Tanggul, Habib Umar Al-Attas Condet, Habib Abubakar Gresik , Habib Neon Surabaya, Habib Ali Kwitang, dll adalah tokoh ulama dan habaib yang pernah mengalami hal hal tersebut. Selain nama tersebut masih banyak ribuan lagi.
Dalam pengamatan kami sendiri kata-kata dongeng, khurafat, halu, jualan mimpi, khayal, lebay, dusta, ngarang, dll, sering sekali dilontarkan untuk menyikapi hal-hal yang diluar logika tersebut. Keramat sering diolok olok sebagai dongeng para "kabib" (mereka menulis habib menjadi kabib kadang bibib). Jujur kami adalah orang yang sering merinding kalau ada orang yang berani berani menghina dan meledek seorang wali dikarenakan peristiwa keramat yang mereka alami..semoga mereka segera bertaubat..
Bagi kami orang² yang tidak percaya akan keramat itu adalah hak mereka toh dulu ketika Mujizat yang terjadi pada Nabi saja juga ada yang meragukan apalagi sekelas keramat. Namun menjadi aneh bila mereka yang selama ini sering mengaku-ngaku mencintai ulama, dan wali bahkan mengklaim diri sebagai ahli ziarah, tiba² rela keseret untuk ikut ikutan meledek dan mentertawai kisah kisah yang terjadi pada ulama atau habaib terutama yang berasal dari klan Baalawi tersebut. Sayangya pula ada sebagian kecil habaib yang muda muda kadang kurang berhati-hati dalam menceritakan kisah kisah tersebut. Terlalu menggebu-gebu (mungkin karena rasa kagum dan cintanya pada wali tersebut). Namun harus dicamkan, sekarang ini adalah dunia medsos, ente kepleset sedikit saja langsung se NKRI meroasting dan durasinya bisa berbulan bulan, jadi ada baiknya untuk berhati hati dalam menceritakan kisah keramat yang terjadi pada wali karena efek penolakannya lumayan besar apalagi saat ini suasana masih panas panasnya berkaitan dengan nasab...akan lebih bijaknya ceritakanlah jasa jasa wali tersebut, ajaran dan isi karya kitabnya, bagaimana latar belakangnya sehingga kelak dia menjadi orang mulia. Para wali sendiri sering takut kalau keramat terjadi pada mereka karena dikhawatirkan menjadi riya..Bahkan banyak dari mereka mewanti wanti kepada pengikut setianya agar menyembunyikan peristiwa keramat yang terjadi pada dirinya karena mereka merasa bukan siapa siapa dimata Allah.
Sebenarnya kisah keramat pada diri seorang wali sudah sering kita dengar namun terkadang memang kisah² tersebut sering "menghilangkan" sejarah keilmuwan wali yang mengalami keramat tersebut, bisa dilihat pada makam² para wali biasanya dijual buku yang isinya justru lebih banyak cerita² keramat yang menjadi cerita rakyat.
Bila dipelajari sejarahnya, Walisongo dan keturunannya serta Al Imam Al Faqih Muqaddam dan keturunannya adalah ulama² yang menjadi tempat bertanya umat dalam berbagai persoalan baik itu bidang kemasyarakatan atau keilmuwan. Banyak dari para wali keturunan dua trah tersebut ulama ulama besar yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Mereka belajar puluhan tahun dengan banyak guru dari banyak negara sehingga kealimannya tidak perlu diragukan lagi, ada yang ahli fiqih, ahli tafsir, ahli tassawuf dan juga penyusun berbagai kitab.
Wali Songo sebagai pioneer² awal dari keluarga Alawiyin di abad 15 metode dakwahnya justru banyak yang bersifat lintas keilmuwan dari mulai tatà negara, kedokteran, pertanian, arsitektur, militer, perekonomian, politik, dll. Sunan Ampel adalah seorang Mufti Jawa, Sunan Giri bahkan sampai dijuluki Paus di pulau Jawa. Sunan Kalijaga dengan inovasinya, Sunan Kudus dengan kafaqihannya, Maulana Malik Ibrahim dengan kedokterannya, Sunan Gunung Jati dengan ketatanegaraan dan pengelolaan kotanya, Sunan Derajat dengan keseniannya, dll. Mereka itu semua alim, faqih, juga banyak yang menjadi mursyid thoriqoh. ISLAM tidak akan mungkin bisa mudah masuk dan diterima di Nusantara jika dainya tidak memiliki modal keilmuwan yang tinggi. Butuh dai dai yang cerdas, brilian, inovatif dan tentunya bijak.
Bagaimana dengan keturunan Al Faqih Al Muqaddam ? Ya sama juga, banyak dari kalangan mereka yang berhasil berdakwah di berbagai negara dengan pendekatan dakwah yang sama dengan saudaranya yaitu Walisongo.
Keturunan Nabi Muhammad SAW memang dikenal gigih dalam menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru dunia dan tidak jarang dibalik kegigihan mereka terdapat beberapa episode kisah kehidupan yang berkaitan dengan keramat.
Bagaimana dengan kisah keramat keramat yang seolah olah katanya "mengalahkan Nabi" yang mereka alami ? Ya sebenarnya itu memang ada dan banyak dikisahkan oleh ulama ulama terdahulu, Tetap kita juga harus bijak dan hati-hati dalam menyikapinya, yang jelas status wali atau keturunan Rasulullah SAW ya tetap dibawah.
Ketika kisah mereka para wali beredar di masyarakat bukan tidak mungkin akan menjadi bias bahkan terkesan berlebihan ceritanya, bahkan sekali lagi justru karena "keajaiban" merekalah inilah yang lebih dikenal ketimbang kealiman mereka. Kalau dulu cerita keramat tidak menjadi polemik besar, tapi kalau sekarang dengan zaman yang serba digital serta medsos yang liar cerita keramat siap siap untuk "dirujak" nitizen tidak peduli dia ulama atau wali sekalipun.
Di kemudian hari kata keramat ini akan mengalami pergeseran makna...ada peristiwa aneh pada dukun sedikit saja sudah disebut kramat, padahal istilah kramat adalah mulia.
Namanya masyarakat ya tentu akan banyak warna warni. Mereka yang tidak percaya ya monggo-monggo saja. Toh keramat terjadi bukan keinginan para wali itu sendiri semua tentu atas izin Allah. Keramat sendiri hakekatnya adalah untuk memperkuat dan mempertegas ajaran Islam dan itu tidak terjadi setiap saat. Dan memang terkadang manusia akalnya harus "diruntuhkan" sesaat ketika mereka sudah merasa pongah dan merasa benar sendiri seperti halnya ketika kafit quraish meremehkan Rasulullah SAW sehingga akhirnya muncullah mujizat, itu saja banyak dari mereka mengatakan peristiwa² mujizat tersebut adalah sihir.
Pada buku yang ditulis oleh Syekh Yusuf An-Nabhani dan diterjemahkan oleh Sayyid Yunus Al Muhdor bahwa keramat sering terjadi pada wali dan ulama-ulama yang soleh. Di masa para sahabat hal itu juga sering terjadi. Jadi mengenai keramat yang terjadi pada orang² yang soleh bukanlah yang baru kalau kita mau melek literasi. Kesaksian akan peristiwa tersebut sudah dituliskan oleh para ulama secara sambung menyambung.
Keramat jelas bukan dongeng, halu, khurafat atau mimpi, semua terjadi secara nyata dan diluar logika hanya saja tingkatannya dibawah mujizat. Antum boleh membanggakan akal tapi percayalah ada suatu masa antum harus menempatkan sejenak akal antum dibawah peristiwa² yang berkaitan dengan keramat. Tidak percaya ? Oh silahkan...antum tetap punya hak akan hal itu...tidak ada yang memaksa, namun jangan juga menghina kepada mereka yang percaya terutama yang terjadi pada keluarga Baalawi. Lagipula keramat yang terbaik dan terberat dalam tataran kewalian adalah "BERIBADAH DENGAN ISTIQOMAH" sampai akhir hayat . Ibadah mereka bukanlah kaleng kaleng...amalan sunnahnya, bacaan sholawatnya, ibadahnya, sholat malamnya, zikir²nya, sedakah²nya, zuhud dan waranya itu diatas rata² sehingga tidaklah aneh kalau Allah memberikan kemuliaan pada mereka berupa keramat, itupun sebenarnya mereka tidak meminta, malah mereka khawatir dan takut kalau keramat menimpa mereka, namun bila Allah sudah berkehendak para wali itu hanya bisa pasrah. Jangan lupa, hampir semua rahasia keberkahan diri mereka karena bakti pada orangtua terutama Ibu. Kalau ditanya kepada mereka, siapa doanya yang paling mustajab ? Pasti akan mereka jawab "orangtua" lebih khusus lagi doanya Ibu.
Semua perilaku para wali dzurriyah Al Imam Ahmad Muhajir pada dasarnya menginduk kepada ajaran leluhurnya seperti Imam Ali Zaenal Abidin As Sajjad, Imam Muhammad Al Baqir, Imam Jakfar Shodiq, dll. Mereka Wara dan zuhud hidupnya...dan itulah nanti yang menjadi uswah bagi para keturunannya...
Wallahu 'Alam Bisshowwab..
*Alfatehah untuk Syekh Yusuf An-Nabhani dan Sayyid Yunus Ali Al Muhdor......*
Semua tanggapan:
Dius Putra Damiri, Eddy Yusuf Khoiri dan 62 lainnya