Salah satu isu nasab yang akhir akhir ini datang silih berganti adalah tentang Klan Baalawi. Awalnya isu itu menggugat keberadaan sosok Imam Ubaidillah yang dinyatakan fiktif. Belum selesai isu nasab Imam Ubaidhillah, tiba tiba muncul isu jika ayah beliau yaitu Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa Arrumi diklaim tidak pernah berhijrah ke Hadramaut. Itu artinya mereka mau mengatakan bahwa makam Imam Ahmad bin Isa sejatinya ada di Irak dan yang di Hadramaut adalah makam palsu. Selain itu sampai saat ini isu nasab terus bergeser dari satu tema ke tema yang lain yang salah satunya tentang TEST DNA.
Untuk membuktikan klaim dari mereka yang anti Baalawi tersebut, maka muncullah berbagai tayangan di youtube tentang makam Imam Ahmad bin Isa lengkap dengan narasi narasi heroik yang dibuat dengan penuh kepercayaan diri tingkat tinggi karena katanya sudah berhasil menemukan makam asli Imam Ahmad bin Isa. Mereka merasa telah berhasil membongkar kebohongan tentang makam Imam Ahmad bin Isa yang ada di Hadramaut walaupun mungkin saja mereka belum pernah ke Irak untuk memastikan siapa Imam Ahmad bin Isa yang dimaksud disana plus juga urutan nasabnya. Berbagai judul di youtube yang dibuat mereka sudah terang-terangan menulis bahwa makam yang ada di Hadramaut adalah palsu. Bukan main.....Hanya karena nama IMAM AHMAD BIN ISA mereka sudah berani mengambil kesimpulan. Sama seperti nama Ubaidillah yang kemudian disamakan dengan nama Ubaidlilah yang lain dengan pandangan yang buruk. Padahal nama Ahmad bin Isa tidak hanya satu saja, itu bisa dilacak jika melihat urutan nasab, masa kehidupan, laqobnya, istri²nya, karya-karyanya, siapa guru gurunya, dll. Ilmu nasab itu butuh kesabaran, butuh waktu, dan yang idealnya turun langsung ke lapangan untuk riset panjang, bukan tiba² langsung membuat sebuah kesimpulan hanya karena adanya NAMA dan BIN yang sama....Ingat sesuatu yang ilmiah itu tidak perlu terburu-buru atau grasak grusuk, butuh waktu dan konsentrasi agar data yang kita peroleh menjadi matang dan terukur sehingga pada akhirnya bisa diakui secara mayoritas..
Saya sendiri ketika dikirimkan link tentang makam Imam Ahmad bin Isa yang ada di Irak langsung fokus untuk mendengarkan urutan nasabnya, dan jelas-jelas disitu disebut bahwa nasab yang ada di Irak adalah Imam Ahmad bin Isa bin Zaid (tokoh utama Mazhab Zaidiyah). Dari situ tiba tiba saya ingat bahwa punya buku sejarah tentang Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin. Di buku ini alhamdulillah saya menemukan manakib singkat Al Imam Ahmad bin Isa bin Zaid.
Sebagai perbandingan Imam Ahmad bin Isa yang di Hadramaut nasabnya adalah sbb:
1. Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW
2. Sayyidah Fatimah Azzahra Ra
3. Sayyidina Husein Ashibti ra
4. Al Imam Ali Zaenal Abidin
5. Al Imam Muhammad Al Baqir
6. Al Imam Jakfar Shodiq
7. Al Imam Ali Al Uraidi
8. Al Imam Muhammad An Naqib
9. Al Imam Isa Arrumi
10. Al Imam Ahmad Muhajir
Bandingkan dengan Imam Ahmad bin Isa yang makamnya yang berada di Irak
1. Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW
2. Sayyidah Fatimah Azzahra Ra
3. Sayyidina Husein Ashibti ra
4. Al Imam Ali Zaenal Abidin
5. Al Imam Zaid
6. Al Imam Isa
7. Al Imam Ahmad.
Jadi jelas jauh berbeda. Imam Ahmad Muhajir bin Isa Arrumi berada di generasi 10 sedangkan Imam Ahmad bin Isa yang di Basrah berada di generasi 7 satu masa dengan Imam Ali Al Uraidi (Buyut Imam Ahmad Al Muhajir). Mereka jelas hidup berbeda masa. Persamaan mereka adalah sama sama lama menetap di kota Basrah Irak karena Basrah dulu merupakan tempat berkumpulnya Ahlul bait. Irak selain sunni banyak terdapat kaum syiah jadi sangat wajar jika makam Imam Ahmad bin Isa yang ada disana "diagung agungkan" karena kakeknya dianggap sebagai pendiri Mazhab Zaidiyah atau Syiah Zaidiyah).
Mengenai sejarah Imam Ahmad bin Isa yang ada di Basrah adalah sebagai berikut :
Imam Ahmad bin Isa bin Zaid hidup di Irak hingga wafatnya. adalah cucu Imam Zaid Ra. Ia dibesarkan di Irak dan hidup di negeri itu. Nama julukannya ialah Abu Abdullah. Ia mencurahkan kegiatannya di bidang ijtihad mengenai ilmu fiqib dan fatwa-fatwa hukum Islam. Pada masa itu Irak adalah pusat studi ilmu fiqih yang diwariskan oleh Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta para ulama fiqih yang hidup sezaman dengannya.
Imam Ahmad bin Isa adalah cucu dari Imam Zaid bin Ali Zaenal Abidin. Secara lengkap nasabnya sampai kepada Imam Ahmad bin Isa adalah sebagai berikut :
1. Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW
2. Sayyidah Fatimah Azzahra RA
3. Sayyidina Husein Ashibti ra
4. Al Imam Ali Zaenal Abidin As-Sajjad ra
5. Al Imam Zaid ra
6. Al Imam Isa
7. Al Imam Ahmad
Imam Zaid adalah adik dari Al Imam Muhammad Al Baqir lain ibu. Ketika wafat ia mempunyai anak yaitu Yahya bin Zaid, Isa bin Zaid
Imam Zaid sendiri lahir tahun 80 H dan gugur sebagai syuhada di medan juang tahun 122 H. Ia gugur dalam usia 42 tahun.
Menurut riwayat tentang dirinya : "Pada suatu hari Rasulullah SAW menatap wajah Zaid bin Harisyah (putra angkat beliau), kemudian tiba tiba beliau meneteskan air mata seraya berkata, Hai Zaid, marilah mendekat, sungguh Allah menambah rasa cintaku kepadamu karena seorang anak dari keturunanku kelak aķan bernama seperti namamu".
Karena Imam Ahmad bin Isa bermukim di Irak maka banyak sekali ia mempelajari dan mengambil ilmu fiqih yang berdasarkan sistem "qiyas" atau "perbandingan" atau yang dikenal juga dengan nama "Al-Fiqhut-Taqdiriy". Dengan itu ia menampung banyak masalah fiqih, yaitu masalah-masalah yang membuat para ulama fiqih di Irak terkenal di mana mana. Imam Syafii ra sendiri dan lain-lainnya banyak mempelajari masalah fiqih yang ada pada mereka, meskipun tidak sejauh yang mereka lakukan. Karena itu para ulama fiqih di Irak banyak yang dipandang berlebihan dalam melakukan ijtihad. Ke dalam ilmu fiqih yang diperolehnya di Irak, Ahmad bin Isa menambahkan ilmu fiqih yang diwarisi oleh para sesepuhnya sendiri, yaitu Imam Ahlul Bait. Karena ia banyak menggunakan metode qiyas dan ra'yu (akal pikiran) disamping hadist-hadist dan pusaka pemikiran ahlul bait, ia disebut juga sebagai seorang ulama Ulama Fiqih Ahlul Bait.
Ahmad bin Isa menulis sebuah buku tentang ilmu fiqih yang oleh para pengutifnya diberi nama "Al Maly". Hadist-hadist yang diriwayatkan olehnya banyak diketengahkan juga oleh perawi-perawj terpercaya dari kalangan ahlul bait yang menganut mazhab Zaidiyah.
Ahmad bin Isa selain ulama fiqih dan hadist serta cabang-cabang ilmu agama yang lain, ia juga seorang yang hidup zuhud, tekun beribadah dan seorang pejuang. Dalam hidupnya Ahmad bin Isa telah menunaikan ibadah haji 30 kali dan selalu berjalan kaki pulang pergu dari Irak ke Makkah. Ia sengaja melakukan cara demikian itu untuk dapat merasakan betapa jerih payahnya orang menunaikan ibadah
Pada zaman Khalifah Harun Al Rasyid, Ahmad bin Isa bersama para pengikutnya berjuang menentang kebijaksanaan politik kekuasaan yang tidak adil, tetapi kemudian tertangkap dan dijebloskan dalam penjara. Ia melarikan diri dari penjara dan bersembunyi di Bashrah. Hingga wafaf ia masih dalam persembunyiannya. Ahmad bin Isa wafat dalam usia 80 tahun. Pada masa terakhir hayatnya ia kehilangan penglihatan. Ia wafat pada tahun 247 H, tetapi riwayat lain menulis 240 H. Perbedaan riwayat mengenai tahun wafatnya itu disebabkan oleh kehidupannya di dalam persembunyian sehingga tidak diketahui pasti tahun wafatnya.
Rupanya Ahmad bin Isa lama sekali hidup dalam persembunyianya, karena Khalifah Harun Al Rasyid meninggal dunia dalam dua dasa warsa terakhir abad ke 2 H. Jadi, ia hidup bersembunyi selama 50 tahun atau lebih. Banyak riwayat mengatakan bahwa Khalifah Al Ma''mun yang memerintah selama 20 tahun sepeninggal Al Rasyid, mengetahui tempat persembunyian Ahmad bin Isa, tetapi ia tidak mau mengganggunya karena bersimpati kepada ahlul bait dan tidak suka melihat pertumpahan darah.
Sumber : HMH Alhamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Zaid bin Ali Ra
Wallahu A'lam bisshowab...