Rabu, 17 Agustus 2022

"SEJARAH NAMA NUSANTARA & NAMA INDONESIA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ORANG ARAB"

Dalam sejarahnya, nama Nusantara berasal dari dua kata yaitu nusa dan antara yang berarti pulau lain. Istilah Nusantara setidaknya digunakan pada periode keemasan kerajaan Majapahit abad ke-14 Masehi. Prof. Dr. Slamet Mulyana, menekankan bahwa istilah Nusantara adalah tempat-tempat di luar wilayah inti Kerajaan Majapahit (Jawa Timur dan Jawa Tengah) yang wajib membayar pajak.

Menurut Ekajati Nusantara adalah negeri seberang. Jadi Nusantara lebih identik dengan hinterland wilayah Inti Majapahit.

Selain Slamet dan Ekajati, lebih spesifik Denys Lombard menekankan Nusantara sebagai jaringan kantor-kantor dagang yang dikuasai Kerajaan Majapahit pada periode keemasannya yaitu : 25 negeri yang sama dengan keseluruhan Sumatra; daftar itu mulai dengan Melayu, Jambi, dan Palembang, Minangkabau, Siak, Kampar, daerah-daerah Batak, kantor-kantor dagang di utara (Samudra dan Lamuri) dan berakhir dengan Lampung dan Barus. 24 negeri disebut dari pantai selatan, barat dan utara Kalimantan (Kutai, Pasir, Barito, Kuta Waringin, Lawai, Kapuas, Sambas, Buruneng yang mestinya sama dengan Brunei). Ada 16 negeri yang boleh jadi terletak di Semenanjung Melayu diantaranya Pahang, Lengkasuka, Kalanten, Tringgano, Tumasik, Kelang, dan Kedah). Akhirnya ada 33 di sebelah timur Pulau Jawa, di Kepulauan Nusa Tenggara Barat (Bali, Lombok, Dombo, Bima, Sumba), di Sulawesi (Luwuk, Makasar, Butun, Salaya), di kepulauan Maluku (Gurun, Seran, Ambwan, Maloko) atau lebih jauh lagi (Timur yaitu Timor dan Wanin yang mestinya Onin di Irian).

Dalam tulisan lain, Nusantara diartikan sebagai pulau-pulau yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan di antara dua lautan yakni India dan Pasifik. Penamaan demikian tidak lain karena banyaknya pulau di Nusantara, yang berjumlah kurang lebih 17.000 pulau. Oleh karena itu, banyak pakar menamai Nusantara dengan benua maritim. Sekitar 1.919.443 km2 luas seluruh daratan Nusantara sedangkan 81.000 km2 panjang garis pantai seluruhnya.

Bagaimana dengan nama Indonesia yang sekarang kita gunakan sebagai sebuah identitas bangsa ?

Menurut Ulil Absiroh, dkk, sebutan "Indonesia" baru dibuat 254 tahun sesudah Cornelis de Houtman menginjakkan kakinya di Indonesia. Nama Indonesia pertama kali dipakai pada tahun 1850 Masehi. Nama Indonesia berasal dari perkataan ″Indo″ dan ″Nesie″ (dari bahasa Yunani: Nesos) berarti kepulauan Hindia. Adapun kata ″nesos″ itu hampir berdekatan dengan kata ″nusa″ dalam bahasa Indonesia, yang juga berarti pulau. Orang pertama yang mempergunakan nama Indonesia itu ialah James Richardson Logan (1869) dalam kumpulan karangannya yang berjudul The Indian Archipelago and Eastern Asia, terbit dalam Journal of the Asiatic Society of Bengal (1847 - 1859).

Nama Indonesia tidak dikenal pada masa sebelum dipopulerkan oleh peneliti tersebut. Yang paling dikenal hanyalah Nusantara, meliputi Negara Indonesia dan beberapa negara yang bertetangga dengan Indonesia sekarang, seperti Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan. Nusantara masa lalu dengan Negara Indonesia masa sekarang sangatlah berbeda. Mengapa demikian, karena Nusantara pada masa dahulu adalah suatu kompleks atau wilayah dimana negera-negara/kerajaan-kerajaan yang berdaulat dan merdeka di dalamnya serta memiliki kedaulatan atas kerajaannya masing-masing. Contohnya sebelum masuknya Islam yaitu Majapahit, Padjajaran, Dharmasraya, dan kerajaan di Semenanjung Malaya. Setelah masuknya Islam di Nusantara ada juga Kesultanan Aceh, Kerajaan Bone, Kesultanan Banten, Mataram dan Negara-negara yang merdeka lainnya. Tidak ada yang namanya Negara Kesatuan Nusantara, yang ada hanyalah hubungan internasional antar Negara/Kerajaan, terutama dalam hal perdagangan. Nusantara adalah suatu sebutan wilayah tetapi sifatnya tidak mengikat, antara daerah satu dengan yang lain itu tidak ada ikatan. Jika suatu wilayah/negara di Nusantara ditakhlukkan oleh penjajah (Belanda), maka Negara di bagian Nusantara yang lain belum tentu terjajah atau masih merdeka. Seperti contoh ketika Belanda menakhlukkan sebagian besar wilayah di Jawa, sementara itu wilayah bagian Nusantara yang lain seperti Kerajaan Makasar masih berdaulat, begitu juga dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan dan di Pulau Sumatera. Sedangkan wilayah Indonesia, luas wilayahnya adalah bekas wilayah Hindia Belanda, Negara Indonesia lahir pada tanggal 17 Agustus 1945. Ditinjau dari sifatnya Indonesia adalah suatu negara yang mengikat dan secara konstitusi Indonesia telah memenuhi 4 syarat berdirinya negara. Mulai dari ujung Sumatera sampai Papua diikat dengan suatu ikatan persatuan yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, jika Indonesia terjajah berarti wilayah dari Sabang sampai Merauke tersebut dikuasai oleh bangsa asing, beda dengan Nusantara yang telah disebutkan diatas tadi. Makanya ada sebutan "Perjuangan Nasional", namun jika di Nusantara ada sebutan "Perjuangan Daerah".

Salah satu tokoh lokal yang menamai nama Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara ketika mendirikan biro pers di Negeri Belanda dengan nama Indonesisch pers-Bureau pada tahun 1913, meskipun Ki Hajar Dewantara sendiri tidak memaksudkan Indonesia itu sebagai sebuah bangsa atau negara.

Kesimpulannya bahwa secara akar sejarah nama Nusantara usianya jauh lebih tua dari nama Indonesia. Wilayah nusantara juga jauh lebih luas dari wilayah Indonesia yang sekarang. Secara identitas nama Indonesia hingga kini telah digunakan bangsa kita, dirintis sejak pergerakan nasional mulai tahun 1908, populer sejak tanggal 28 Oktober 1928 dan akhirnya resmi digunakan pada Proklamasi 17 Agustus 1928. Adapun mengenai nama Nusantara akar sejarahnya dapat dilacak sebelum terbentuknya secara resmi negara Indonesia. Dari nama Nusantara ini kita akan banyak menemukan sejarah dan perkembangan suku-suku bangsa yang turut terlibat dalam membangun peradabannya.

Begitu panjangnya usia Nusantara, perjalanannya tidaklah bisa dilepaskan dengan sejarah perkembangan agama Islam yang menyebar di wilayah Asia Tenggara. Berbagai bangsa telah berpartisipasi dalam mewarnai peradaban negeri ini, mulai dari bangsa China, Arab, Persia, India. Masing-masing etnis tersebut mempunyai kiprah dalam memberikan warna Islam di Nusantara dan tidak bisa dipungkiri jika peran serta orang-orang Arab dalam membangun peradaban di Nusantara cukup menonjol. Mereka mampu memasuki di segala aspek kehidupan dalam bentuk Islamisasi yang telah mereka bawa baik itu yang langsung dari Mekkah ataupun dari wilayah lain seperti Yaman, Mesir, Magribi (Maroko). Dengan jaringan perdagangan yang sudah dijalin sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam memberikan sumbangsih peradaban yang sampai hari ini bisa kita rasakan hasilnya.

Berkaitan nanti dengan identitas warna keislaman yang terjadi di Nusantara, pemahaman sejarah Islam yang sering kita pelajari sejak masih di bangku sekolah SD bahkan hingga hari ini, dikatakan bahwa masuknya Islam di wilayah Asia Tenggara khususnya wilayah Nusantara berasal dari Gujarat yang diusung oleh para pedagang muslim, padahal sesungguhnya masih ada teori lain yang bisa membantahnya. Teori Gujarat sendiri sering diperkenalkan oleh Pijnapel dan Christian Snouck Horgronje yang efeknya sampai saat ini masih terasa melekat di pemahaman di sebagian masyarakat kita. Teori yang begitu melekat pada sebagian masyarakat ini muncul saat posisi Crishtian Snouk Hurgronje menjadi penasihat politik penjajah Hindia Belanda dalam menghadapi militansi pejuang Aceh dan dan beberapa daerah lainya. Saat itu memang pemerintah kolonial sangat memandang serius tentang keberadaan orang Arab Hadramaut yang kian hari menunjukkan pengaruh yang kuat karena telah terjalin jaringan yang kuat dengan pribumi.

SUMBER ; BUKU "KIPRAH ORANG ARAB DI NUSANTARA" DISUSUN OLEH "Iwan Mahmoed Al Fattah II

Mungkin gambar peta dan teks