Rabu, 17 Agustus 2022

MELACAK JEJAK SYEKH QURO KARAWANG DI PESISIR UTARA JAKARTA (Walisongo Angkatan 1)

 Dalam sejarah Islam Jakarta, nama Syekh Quro seringkali disebut sebagai tokoh awal yang menyebarkan agama Islam. Sunda Kelapa yang dahulu merupakan pelabuhan besar memang sering menciptakan adanya interaksi dengan berbagai suku bangsa, sehingga tidaklah mengherankan jika Islam telah masuk, bisa jadi jauh lebih awal dari kedatangan Syekh Quro, hanya saja dibandingkan dengan yang lain, sejarah Syekh Quro ini nampaknya masih bisa dilacak dikarenakan adanya benang merah antara dirinya dengan Walisongo, Kerajaan Pajajaran dan Sunan Gunung Jati.

Berdasarkan beberapa literatur yang saya pelajari, terutama dari tulisannya Prof. Khong Yuanzi, nampaknya kedatangan Syekh Quro erat kaitannya dengan titian Muhibah yang dilaksanakan Laksamana Muhammad Cheng Ho ke Nusantara, salah satunya adalah dengan menyambangi Sunda Kelapa. Tidak main-main, dalam perjalanan expedisi spektakuler itu Cheng Ho membawa 27.000 pasukan berikut kapal-kapal laut militer yang megah dan kuat.

Dalam penelitian dan analisa kami, Syekh Quro ini kemungkinan besar adalah ulama yang dibawa oleh Cheng Ho dalam perjalanan Muhibahnya di Nusantara. Nasabnya berdasarkan diagram yang sudah kami buat berasal dari Sayyid Husein Jamaluddin. Bila dia dikatakan Champa adalah hal yang wajar mengingat memang Champa banyak terdapat keluarga walisongo, jika dia dikatakan berasal dari China, memang jaringan keluarga Alawiyyin sangat luas, apalagi mereka ada yang menjadi bangsawan di kerajaan masing-masing negara.

Dalam perjalanan Laksamana Muhammad Cheng Ho, nama beliau tertulis Hasan. Beliau adalah ulama Masjid Qinging di kota Xian, Provinsi Shan Xi. Pada bulan April tahun 1413 Masehi Syekh Hasan diajak Cheng Ho ikut dalam pelayarannya yang keempat. Sebagai seorang ulama, Syekh Hasan memainkan peranan yang penting dalam mempererat hubungan persahabatan Tiongkok dengan negara-negara Asia Afrika, khususnya negara Islam yang dikunjungi Cheng Ho. Di samping itu Syekh Hasan juga memimpin kegiatan-kegiatan agama Islam dalam rombongan Cheng Ho, seperti penguburan jenazah, dll. Syekh Hasan sangat dihormati Cheng Ho, bahkan Cheng Ho pernah bersumpah, seandainya dia dan awak kapalnya selamat dari terjangan badai laut yang mengancam kapalnya secara tiba-tiba dia akan membangun dan merenovasi Masjid tempat Syekh Hasan mengajar yaitu Masjid Yang Shi, (Lihat di Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tiong Hoa-Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, cetakan keempat, 2011, hlm 37 – 38). Selain sebagai pemimpin Masjid Yang Shi di Kota Xian, Syekh Hasan tidak hanya mahir berbahasa Arab tetapi juga memahami sejarah dan kebudayaan dunia Arab. Sebagaimana diketahui kota Xian terkenal sebagai kota kebudayaan yang bersejarah di Tiongkok. Dan sekaligus merupakan tempat penting yang menghubungkan Tiongkok dengan dunia Arab sejak era Dinasti Han (206 SM – 220 M) dan Dinasti Tang (618 M-907 M). Syekh Hasan ditegaskan sebagai penerjemah dan memimpin kegiatan-kegiatan agama Islam di kalangan awak kapal Cheng Ho. Ternyata Syekh Hasan telah memberi andil besar dalam pelayaran Cheng Ho menuju negara-negara Arab di sebelah barat Ormuz, antara lain negara-negara Islam selama tahun 1413 – 1415 M (lihat Prof. Kong Yuanzhi, hlm. 275). Bagi kami info seperti ini tidaklah terlalu mengagetkan mengingat tradisi keluarga Syekh Hasan atau Imam Hasan atau Maulana Hasanuddin atau Syekh Quro Karawang memang sarat dengan keilmuan dalam bidang agama.

Berdasarkan penelitian Prof. Khong Yuanzhi, kami berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Imam Hasan atau Syekh Hasan itu adalah Syekh Quro yang bernama asli Maulana Hasanuddin. Dinamakan Syekh Quro karena beliau juga ulama yang menguasai ilmu qiroah. Fakta ini semakin menarik manakala saat Cheng Ho berlabuh ke Sunda Kelapa dia telah meninggalkan beberapa pengikutnya yang salah satunya menetap ke arah Cakung, sedangkan di Cakung sendiri terdapat makam kakak kandung Syekh Quro yang bernama Nyai Hayati binti Syekh Yusuf Siddiq bin Maulana Husein Jamaluddin Jumadil Kubro Wajo bin Sultan Ahmad Jalaluddin bin Amir Abdullah bin Imam Abdul Malik Al Azmatkhan bin Imam Alwi Ammul Faqih dan seterusnya... Nyai Hayati kemudian telah menikah dengan salah satu Panglimanya Cheng Ho dan suaminya itu dimakamkan tidak jauh dari makam Nyai Hayati (terakhir saya dengar sudah hilang...)

Dari wilayah Ancol Syekh Quro kemudian menyisir ke arah Cakung dan kemudian meneruskan dakwahnya sampai daerah Karawang dan wafat disana. Angka tahun datangnya Syekh Quro yang selama ini banyak ditulis sejarawan, juga selaras dengan apa yang ditulis Prof. Khong Yuanzhi. Wilayah Cakung pada masa lalu jangan digambarkan seperti sekarang, Cakung pada masa lalu bisa dilewati dengan perahu karena wilayahnya masih berupa rawa-rawa berair, sehingga bukanlah hal yang aneh jika dari Ancol menuju Cakung kendaraan yang digunakan adalah perahu..

Mengenai dimanakah Laksamana Muhammad Cheng Ho berlabuh, diduga kuat tempat itu tidak jauh dari Klenteng Ancol yang saya share ini, karena di Klenteng ini ada salah satu makam pengikutnya. juga di klenteng tersebut juga terdapat makam ulama yang bernama Datuk Kembang. Artinya dapat disimpulkan sementara ini, bahwa titik awal dakwah Syekh Quro adalah Ancol yang saat ini berdirinya Klenteng. Perlu juga diketahui bahwa kedatangan Syekh Quro ini juga merupakan bagian dari langkah-langkah jaringan dakwah yang dikembangkan oleh anak keturunan Al Imam Abdul Malik Al Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih ke Asia Tenggara. di tahun-tahun sebelumnya sudah muncul nama-nama Maulana Husein Jamaluddin Jumadil Kubro Wajo, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ibrahim As-Samarqondi, Maulana Ishak, Maulana Malik Israil yang telah menyebar ke berbagai daerah di Nusantara. Sunda, Jakarta, Jawa nampaknya lebih dahulu diprioritaskan karena disini ada dua kekuatan kerajaan besar yaitu Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Majapahit. Kedua kerajaan besar itu telah memberikan "angin segar" dalam dakwah Islamiah saat itu, ini bisa jadi salah satunya karena adanya negosiasi dan hubungan diplomatik yang telah dilakukan oleh Laksamana Muhammad Ceng Ho...

Wallahu A'lam bisshowwab...