Keluarga Ustadz Bahtiar Nasir yang saya kenal adalah keluarga yang jauh dari kesan yang digambarkan media-media yang mendukung rezim. Jujur saya sangat kaget kalau sekelas Ustadz Bahtiar Nasir dituduh makar hanya karena kekritisannya.
Yang saya dan istri alami dan rasakan, Ustadz Bahtiar Nasir dalam pergaulan sehari-hari terlihat sangat santun dan lembut. Tutur bahasanya enak didengar. Berapa kali saat saya dan istri menjadi bagian dari lembaga pendidikan yang beliau miliki, kami merasa enjoy-enjoy saja. Bahkan saya dan beberapa rekan berkali-kali kerumah beliau untuk membicarakan program-program bagaimana menggemakan gerakan cinta Al-Qur'an. Bukan sekali dua kali saya disuguhi jamuan oleh keluarga beliau. Kalau dikatakan beliau radikal atau keras gak juga, tapi kalau dikatakan tegas iya, kami sendiri merasakan justru banyak hal lembut yang sering dibahas oleh beliau ini.
Saya sendiri mengenal Ustadz setelah diperkenalkan oleh adik ipar beliau yang merupakan teman kuliah S 2 Psikologi YAI. Sejak diperkenalkan tahun 2003 itu maka sejak itulah saya bergaul dengan sosok yang lembut tapi tegas ini. Setelah kenal saya juga melibatkan istri yang nanti menjadi tim pengajar. Bahkan salah satu anak beliau menjadi murid istri saya.
Uniknya sekalipun beliau tahu kalau saya dan istri punya pemahaman keislaman yang berbeda denganya, tapi Ustadz gak pernah mempermasalahkan. Saya dan istri sering ikut maulid atau Haul tapi beliau biasa saja. Sekalipun beliau dari Muhammadiyah tapi tidak pernah beliau mengangkat tema khilafiah dalam pergaulan, lebih seringnya beliau mengangkat tema ukhuwah Islamiah. Sampai saya dan istri mundur dari lembaga pendidikan dan kegiatan yang beliau pimpin, Alhamdulillah kami masih tetap menjalankan apa yang kami yakini. Namun tidak bisa dipungkiri jika pergaulan saya dengan beliau telah memberikan warna dalam kehidupan Islam kami terutama kecintaannya terhadap Al Quran.
Kalau saat ini beliau aktif di dalam perjuangan Islam, bagi saya itu bukanlah hal yang aneh karena menurutnya itu sudah dimulai sejak dia mondok di Pondok Modern Gontor. Selama saya mengikuti beliau berapa kali baik dalam kegiatan kajian keilmiahan maupun di lapangan terlihat memang jiwa dan ruh perjuangannya sangat kuat melekat. Muhasabahnya mampu menggetarkan perasaan bagi orang yang pernah mengikutinya. Kecintaannya terhadap Al Quran beliau tuangkan melalui program program tadabur Qur'an. Sebagai lulusan Madinah yang notabenenya dari Arab Saudi memang sering saya dengar kalau beliau ini sering dicap Wahabi. Tapi selama saya bergaul dengan beliau, tidak terlihat kesan itu..Beliau lebih menonjolkan sisi pemahaman Al-Qur'annya. Sehingga saya merasa beliau tidak pernah memaksakan pemikirannya kepada saya dan beberapa rekan lain. Mungkin karena itu hasil dari didikan Pondok Modern Gontor.
Tahun 2005 saya masih ingat ketika Ustadz Bahtiar menghadiri pernikahan saya dan istri. Beliau bahkan bersama dengan rekan-rekan memberikan hadiah pernikahan yang sampai sekarang masih kami gunakan yaitu kulkas. Bahkan sampai saat ini istri saya masih sering berhubungan dengan lembaga pendidikan yang beliau miliki. Tahun 2007 sampai 2008 bahkan istri beliau pernah menolong anak kami untuk pengobatan mata.
Beberapa tahun yang lalu kami juga pernah bertemu dalam sebuah pameran buku dan ternyata ustadz masih kenal saya dan istri (saya fikir beliau lupa karena kesibukannya). Sosok Ustadz Bahtiar Nasir memang seorang low profile. Hidupnya tidak neko-neko, padahal kalau beliau mau, tawaran kerja yang menggiurkan sejak dulu selalu datang, namun beliau lebih memilih berdakwah...
Namun pilihan yang diambilnya ternyata memang harus berbuah pahit. Tapi memang begitulah resiko dakwah...ada suka dan duka...saat ini beliau sedang dibidik untuk dijadikan tersangka oleh "Rezim Penguasa" karena perjuangan dakwahnya...
Ustadz Bahtiar Nasir yang dulu saya kenal lembut namun tegas kini telah bermetamorfosa menjadi pejuang Islam yang cukup diperhitungkan baik oleh kawan dan lawan...
Selamat Berjuang Ustadz.......