Selasa, 26 Januari 2016

SEJARAH PENANGGALAN & TAHUN MASEHI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMUJAAN DEWA TAHUN

Menyikapi adanya perayaan Tahun Baru kemarin dan adanya beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Tahun Masehi “berasal” dari tahun Islam, telah membuat kami tertarik untuk membahasnya, oleh karenanya untuk mengetahui semua itu kami mencoba untuk menggali lagi data sejarah mengenai hal tersebut.
Sebelum kami membahas tentang sejarah Tahun Masehi mungkin ada baiknya kita lebih dahulu mengetahui kenapa Umat Islam memunculkan dan membuat tahunnya sendiri yaitu TAHUN HIJRIAH, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab Ra. Ini penting kita ungkap agar nanti pemahaman kita terhadap Sejarah Tahun Masehi tidak bias. Kita juga perlu tahu, Khalifah Umar tentu tidak akan mudah atau sembarangan membuat Tahun atau Kalender Hijriah ini tanpa sebuah tim Sahabat yang faham akan ilmu penanggalan. Khalifah Umar sendiri adalah orang yang terkenal mampu berijtihad dalam menentukan sebuah produk hukum Islam. Beliau dengan dibantu oleh Sahabat-sahabat beliau seperti Sayyidina Ali, Sayyidina Usman serta sahabat lainnya yang mengerti Ilmu Falak mampu membuat terobosan terobosan hukum Islam yang fenomenal, yang saat Rasulullah SAW masih hidup belum pernah dilakukan seperti misalnya, Pembukuan Al-Qur’an, Sholat Tarawih berjamaah dan penentuan Kalender Hijriah ini.
Khalifah Umar sendiri menyusun Penangggalan Islam ini pada hari Rabu bulan Jumadil Akhir tahun 20 Hijriah yang jika dihitung secara hisab Istilahi jatuh pada hari Kamis yang bertepatan dengan tanggal 15 Juli 622 M. Penentuan Penanggalan atau Tarikh Islam ini dimulai dari tahun Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah Ke Madinah. Rasulullah SAW masuk desa Quba pada hari senin tanggal 8 Rabiul Awal, bertepatan dengan tanggal 20 September 622 M.
Adapun beberapa alasan Khalifah Umar bin Khattab Ra membuat Tahun atau Kalender Islam sendiri adalah sebagai berikut :
1.Membentuk persatuan di Tanah Arab dalam naungan Islam dengan menjadikan hijrah Rasulullah SAW sebagai permulaan awal kalender. Selama ini mereka sering menggunakan Tahun Gajah dan kadang peristiwa peristiwa besar lainnya dalam sejarah peperangan orang Arab. Kalau tahun tahun itu semua mengacu kepada tahun Jahiliah, Islam sudah menghapus segala yang sebelumnya. Hijrah adalah peristiwa besar dalam sejarah Islam, karena dari hijrah ini persatuan Arab justru menjadi kuat untuk menghadapi bangsa-bangsa lain seperti Romawi dan Persia. Dengan kata lain bahwa adanya Tarikh (Penanggalan) Islam ini telah menjadikan spirit persatuan seluruh bangsa Arab untuk bersatu melawan kedua bangsa itu yang selama ini telah menjajah bangsa Arab secara semena-mena. Pada masa Khalifah Umar inilah bangsa Arab bisa dipersatukan dalam naungan dan nilai-nilai Islam termasuk dalam penentuan Tarikh Islam.
2.Setelah Khalifah Umar membandingkan kalender Hijriah ini dengan kalender Persia dan Romawi, ternyata kalender Hijriah ini menurut Khalifah Umar lebih Cemerlang. Kalender Hijriah menurut Umar lebih bisa menerjemahkan suatu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia. Ini menandakan jika Umar sangat mengetahui kelemahan-kelemahan yang mendasar dari keberadaan tahun-tahun yang digunakan oleh bangsa Persia dan Romawi, terutama penggunaan kalender Masehi. Sekaligus membuktikan bahwa Khalifah Umar juga sangat faham akan adanya Ilmu Falak.
3.Dengan adanya Kalender Hijriah Khalifah Umar lebih bisa menjalankan kebijakan dalam menghadapi persoalan negara yang dalam perkembangannya yang berubah-ubah begitu cepat, dengan selalu mencari yang dipandangnya lebih baik dan lebih praktik untuk mencapai tujuan.
Setelah kita mengetahui latar belakang munculnya Tarikh Islam yang salah satu pencetusnya adalah Khalifah Umar bin Khattab, maka selanjutnya kita perlu mengetahui bagaimana sebenarnya sejarah Tarikh Masehi itu hingga Khalifah Umar akhirnya memutuskan meninggalkannya dan lebih menggunakan Tahun Hijriah untuk pemerintahannya dan juga khususnya bagi umat Islam. Oleh karenanya marilah kita pelajari apa sebenarnya wajah dari Tarikh Masehi ini.
Sebagaimana status kami yang sebelumnya pernah diupload di Facebook kami, bahwa perayaan tahun baru itu identik dengan perayaan Dewa Janus yang didalamnya penuh denga pemujaan-pemujaan terhadap berhala (Paganisme) yang dulu dilakukan bangsa Yunani dan Romawi, maka dibawah ini kami akan mencoba membeberkan secara rinci apa sebenarnya dari isi penanggalan Masehi ini, agar kedepannya kita tidak mudah untuk “latah” dan ikut-ikutan dalam memperingati perayaan suatu kaum yang belum tentu sesuai dengan ajaran Islam. Kalau Khalifah Umar bin Khattab saja meninggalkan Tarikh Masehi tentu ada alasan yang kuat tindakan beliau itu, mengapa kita malah “balik kandang” ke zaman Yunani dan Romawi Kuno ?
Dalam sejarahnya terutama bangsa Yunani, setahun dibagi dalam sepuluh bulan. Sebulan 35 hari dan setiap bulan dikuasai dewa masing-masing.
1.Maret, bulan Dewa Mars, Dewa Perang. Pemujaaan Dewa Mars biasanya dilakukan kaum Bangsawan.
2.April, Aprilia berarti berkembang atau terbuka. Pada bulan April terdapat pesta muda-mudi. Amor atau Aphrodite dipuja pada pesta itu.
Pada tanggal 21 April ada pesta Pahila yang ditujukan kepada Dewi Pales, Dewi Penggembala dan pertanian. Para peternak beramai-ramai memohon perlindungan kepadanya agar semua ternak mereka bebas dari gangguan srigala. Pada masa itu kandang-kandang ternak dibersihkan, ternak dimandikan dengan upacara tertentu, lalu dinyalakan api pengorbanan yang terbuat dari campuran belerang, buah cemara kering, daun salam berikut ranting-rantingnya yang kering dan saribunga mawar. Sajian khas untuk Pales adalah susu, anggur, dan arak. Selain Dewi Pales, dipuja pula Terminus, Dewa Batas Ladang dan Pertanian. Pemujaan Terminus ini baru terkenal pada akhir agama Kultur Romawi dan Yunani.
3.Mai, bulan dari Dewi Maia anak Dewa Atlas. Maia adalah Dewi Musim Bunga, kekasih Dewa Yupiter. Untuk Maia dikurbankanlah seekor babi betina.
Pleiades adalah tujuh orang anak Atlas yang dijadikan bintang bintang. Bintang bintang ini tampak jelas pada bulan Mai. Pleiades dinamakan pula Vergiliae yang artinya bintang pohon pohonan.
4.Juni, bulan untuk Juno, Dewi Pelindung Kaum Lemah, terutama kaum perempuan.
5.Quintilia, berarti bulan kelima. Menurut sebagian kepercayaan rakyat Romawi, bulan ini dikuasasi lima orang Dewa Penentu Nasib.
6.Sextilia, berarti bulan keenam.
7.September, berarti bulan ketujuh.
8.Oktober, berarti bulan kedelapan.
9.November, berarti bulan kesembilan
10.Desember, berarti bulan kesepuluh. Pada tanggal 25 Desember terdapat pesta besar yang ditujukan pada Jupiter sebagai pengganti Mithra.
Pada masa perubahan penanggalan Romawi, setahun dibaginya menjadi dua belas bulan.
1.Maret atau Marat, bulan Dewa Mars. Ia adalah dewa panji-panji pahlawan bangsa dan dewa perang yang gagah berani. Dalam nyanyian pahlawannya berbunyi : “Hanya padamulah hai Dewa pelindung tanah air, sajian ini kupersembahkan. Hanya kepadamulah hai Dewa Bulan kurban kusajikan. Kujaga namamu dengan percikan darahku. Kujaga panji-panji merahmu sepanjang masa”. Dalam sejarah Romawi, bahwa pada zaman Julius Caesar telah dikurbankan dua orang prajurit untuk Dewa Mars pada bulan Maret.
Pada masa Paus Gregorius XIII, penangggalan Romawi yang semula almanak Yulian dimulai tanggal 21 Maret telah dirubah pada tahun 1586 M. Penanggalan Romawi diambil alih gereja dan dinamakan Penanggalan Masehi termasuk juga sisa-sisa Romawi seperti lambang-lambang, pesta-pesta, hari raya dan istilah istilah, juga tidak ketinggalan pada ilmu perbintangannya.
2.April, bulan khas pemujaan Dewa Amor dan Dewi Nasib baik Fortuna.
3.Mai, bulan untuk Maia anak Dewa Atlas.
4.Juni, bulan untuk Juno.
5.Juli, bulan yang dipersembahkan demi kemuliaan dan kebesaran Julius Cesar.
6.Augustus, bulan yang dipersembahkan demi kemuliaan dan kebesar Kaisar Augustus.
7.September, berarti bulan ketujuh.
8.Oktober, berarti bulan kedelapan.
9.November, berarti bulan kesembilan.
10.Desember, berarti bulan kesepuluh.
11.Januari, atau Januarius. Januari berarti pintu. Nama bagi bulan pertama setelah bulan kesepuluh yang diberikan oleh Raja Numa Pompilius. Janus atau Janu adalah Dewa Khas Romawi yang semula berasal dari nama seorang dewa Bangsa Skyth. Janu dianggap sebagai anak Apollo dari Dewi Creusa. Ia memerintah dengan adil di Latinus. Pada masa Saturnus terusir, Saturnus diterima Janus dengan tangan terbuka. Janus dipuja sebagai Dewa Perdamaian dan Keamanan yang memerintah di langit dan bumi.
Janus yang kedudukannya disamakan dengan Juno, pada sebelah tangannya memegang kunci dan sebelah lagi memegang tongkat. Di lain fihak Dewa Janus dianggap sebagai Dewa pembangkit perselisihan dan peperangan, sehingga ia diberi sebutan “dewi”, karena menurut pepatah Romawi : “ Hanya perempuanlah pembangkit perselisihan dan peperangan itu.”

Karena Janus mempunyai sifat yang bertentangan itu, ia disebut Janus Bifrons, yaitu Janus bermuka dua, sebelah menghadap ke Barat dan sebelah lagi menghadap ke Timur. Janus Quadifrons adalah Janus bermuka empat.
Raja Numa Pompilius mendirikan sebuah tempat pemujaan Dewa Janus yang pemujaannya dilakukan pada tanggal 1 Januari, tahun baru pintu tahun.
12.Februari. Berasal dari kata Februarius. Yaitu pengampunan atau penebusan dosa. Banyak cerita tentang anak-anak Dewa yang dilahirkan seorang Ibu Perawan, berjuang lalu mati terbunuh dan dengan darahnya ia menebus dosa umat. Kemudian bangkit kembali dan naik bertanya kepada Yupiter.
Menurut salah satu Pendeta Romawi : “ Di dunia atas mengalirlah sungai Fiber, Sungai Pengampunan yang dijaga dewa dewa langit setiap saat. Sungai itu berpintu tujuh lapis dari batu karang. Airnya mengalir dari sela-sela batu karang ke dalam sebuah danau pengampunan. Di tepinya berdirilah Dewa Fiber memegang tongkat dan bunga. Jika seorang hero (anak dewa dan manusia) penebus dosa mati dimandikanlah hero itu dan ditaburkannya bunga, sehingga hero itu bangkit kembali tepat pada pertengahan bulan Februari (Mitologi Grik dan Rum). Orang Romawi merayakan tanggal 15 Februari dengan pesta pengampunan atau Lupercalia, yaitu hari perlindungan terhadap srigala. Dalam arak-arakan itu para pemuda memakai topeng kulit binatang. Untuk pemujaan dua belas dewa pemegang dua belas bulan itu, diluar kota Roma didirikan dua belas tempat pemujaan.
Dari paparan diatas, kesimpulanya sudah sangat jelas bagaimana sebenarnya perjalanan penanggalan Masehi itu, dari mulai penanggalan masa Yunani kemudian Penanggalan Romawi sampai kepada masa Paus Gregorius XIII yang akhirnya dinamakan PENANGGALAN MASEHI.
Pada masa tumbangnya kekuasaan Romawi Timur oleh pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Umar telah dahulu membuat terobosan jenius dengan membuat Penanggalan Hijriah dengan metode ilmu falak yang sesuai dengan nilai-nilai Syar’i dan ini 964 tahun lebih awal dari Paus Gregorius XIII yang baru menetapkan penanggalan atau tahun Masehi di angka 1586. Pada masa tahun 1586 inilah seperti yang kita ketahui Eropa sedang melakukan penjajahan besar-besaran di berbagai wilayah dunia termasuk Indonesia yang saat itu diwakili oleh kekuatan Kerajaan Katolik Portugis dan kemudian dilanjutkan oleh kekuatan Kerajaan Protestan Belanda dengan lembaga berkedok dagang yaitu VOC.
Selama waktu 964 tahun itu Islam telah berhasil melakukan ilmu penanggalan tersendiri. Ilmu Penangggalan yang berkaitan dengan penelitian terhadap perjalanan benda langit diangkasa telah memperoleh hasil yang gilang gemilang dan puncaknya adalah pada masa Khalifah Ma’mun dinasti Abbasiah yang membangun observatorium di Damaskus pada tahun 227 H atau 842 M. Kemudian juga berlanjut pada tahun 657 H / 1259 Nashiruddin At-Thusi atau perintah Hulagu Khan juga membangun sebuah observatorium di daerah Ajarbaizan, kemudian disusul oleh Ulugh Beik yang membangun Observatorium di Irak pada tahun 863 Hijriah/1459 M. Dengan pesatnya penelitan para ilmuwan Islam terhadap perjalanan benda langit, perkembangan dan peradaban Islam semakin pesat, dan ini kemudian sangat berpengaruh besar dalam perjalanan ilmu yang berkaitan penanggalan hijriah termasuk dalam menentukan awal dan akhir bulan dengan menggunakan metode Hisab.
Jadi bila ada pendapat yang mengatakan bahwa penanggalan Masehi “berasal” dari Islam, berarti dia tidak melihat fakta sejarah yang ada diatas ini, kalau memang penanggalan Yunani, Romawi atau katakanlah Masehi itu memang dari Islam sudah tentu Khalifah Umar bin Khattab akan lebih dahulu memakai ketiga sistem penanggalan tersebut, faktanya penanggalan Masehi justru baru digunakan pada tahun 1586 setelah mengadopsi penanggalan Romawi yang justru bulan-bulannya banyak terdapat budaya-budaya paganisme. Sedangkan Islam dalam masa sebelum tahun 1586 telah banyak mengadakan penelitian dan membuat observatorium yang mandiri dalam menentukan penanggalan hijriahnya dan itu semua bersumber dari Al-Qur’an, Hadist dan Pendapat Para Ulama (Ijithad) yang mengerti tentang dunia penanggalan atau ulama yang mendalami Ilmu Falak. Di Indonesia sendiri salah satu tokoh yang terkenal dan patut kita banggakan dalam Ilmu Falak adalah Guru Mansur Sawah Lio.
Ini saja dulu kajian yang bisa kami berikan, semoga dengan kajian ini semakin membuat kita terbuka dan semangat dalam mempelajari sejarah Islam yang sesungguhnya.
Wallahu A’lam Bisshowab....
Sumber :
Haekal, (Terj. Ali Audah). Umar bin Khattab-Sebuah Telaah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam Dan Kedaulatannya Pada Masa itu, Jakarta : Penerbit Litera Antar Nusa, 2000, hlm 642 – 643.
Marzdedeq. Parasit Akidah-Perkembangan Agama-Agama Kultur dan Pengaruhnya terhadap Islam di Indonesia. Jakarta : Syamil Cipta Media, hlm 230 – 233, 246.
KH Abdul Karim & Rifa Jamaluddin Nasir. Mengenal Ilmu Falak-Teori Dan Implementasi, Yogyakarta : Qudsi Media, 2012, hlm 23 – 24.
KH Fattahillah. Metode Perhitungan Awal Bulan Komariah - Sistem Sullamunnirain KH Muhammad Mansur, Jakarta : Lembaga Falakiah – Hisabiah Al Mansuriah, 1431 H/2010 M, hlm 4.