Selasa, 26 Januari 2016

MASJID JAMI’ MATRAMAN DALAM, MASJID KUNO JAKARTA YANG PENUH DENGAN SEJARAH YANG MENAKJUBKAN.

Salah satu Masjid yang tidak banyak orang mengetahuinya namun sebenarnya menyimpan "harta karun" sejarah yang luar biasa adalah Masjid Jami' Matraman Dalam. Masjid yang berada di pusat kota Jakarta ini, tepatnya berada di Kelurahan Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta Pusat, ternyata bila diteliti sejarahnya, banyak hal-hal yang mencengangkan. Oleh karena itu untuk lebih mengetahui bagaimana riwayat singkatnya, dibawah ini kami coba berikan fakta yang berdasarkan buku yang sudah kami susun sejak tahun 2015 yang lalu mengenai sejarah Perjalanan Masjid Jami' Matraman Dalam.
Secara kronologis perjalanan Masjid Jami’ Matraman Dalam adalah sebagai berikut :
1) Rintisan pertama berdirinya Masjid Jami’ Matraman Dalam adalah dengan kedatangan pasukan perang Mataram pada periode 1628 M. Saat itu para pemimpin perang ini adalah Tumenggung Bahurekso, Adipati Ukur, Sura Agul Agul, Kyai Adipati Mandureja, Kyai Adipati Upasanta. Mereka ini melewati jalur darat yang kemungkinan besar melewati jalur Matraman Dalam apalagi saat itu sungai Ciliwung lebih mudah aksesnya dan jalur paling mudah menuju Benteng Batavia (mereka tiba tanggal 22 Agustus 1628). Sedangkan pada tahun 1629 tepatnya tanggal 13 Agustus para pemimpin perang dahsyat periode II telah tiba di Batavia untuk menebus kekalahan perang periode ke I itu, mereka adalah Pangeran Juminah, Pangeran Purbaya, Pangeran Puger, Patih Singaranu. Semua mereka ini masing bergerak dari semua front, baik Front Barat, Front Selatan ataupun Front Timut. Tentu walaupun dalam kondisi perang, sholat Jumat wajib dilaksanakan, apalagi Sultan Agung adalah seorang pemimpin Islam sudah tentu beliau akan memerintahkan untuk membuat Masjid. Sedangkan Front yang terdekat dengan Timur yang dipegang oleh Pangeran Purbaya adalah Matraman Dalam. Sehingga dapat dikatakan Sultan Agung adalah orang yang paling berjasa dalam berdirinya Masjid Jami’ Matraman Dalam.
2) Setelah perang usai para sukarelawan perang Jayakarta-Mataram pada tahun 1629 Masehi berkumpul kembali di basis pertahanan di Matraman Dalam dan kemudian mendirikan masjid yang tentu kesemuanya itu sudah melalui perintah Sultan Agung Mataram dan sebagai tokoh yang paling berperan adalah Ratu Wandansari dan ini adalah hal yang wajar apalagi sejak dulu tingkat kepatuhan prajurit terhadap Sultannya dan kerabatnya sangat tinggi, mereka sangat fanatik dan loyal terhadap keluarga Kesultanan. Sultan adalah garis komando tertinggi dalam melakukan kegiatan apapun sehingga hal-hal yang dekat dengannya juga diiikuti termasuk keberadaan Ratu Wandansari yang merupakan adiknya. Adapun bentuk masjid pada masa itu masih sangat sederhana dan berasal dari kayu-kayu seperti masjid zaman dulu pada umumnya, sedangkan keberadaanya juga bisa digunakan sebagai kegiatan dakwah, basis pertahanan, sumber logistik dan penyusunan strategi untuk melawan penjajah selanjutnya.
3) Dibangun dan diresmikan kedua kalinya pada tahun 1837 Masehi tepatnya bulan Shafar oleh Pangeran Djonet Dipomenggolo bin Pangeran Diponegoro dari Jogyakarta. Pada saat peresmian masjid tersebut, kemungkinan itu terjadi pada hari Jumat, apalagi bila mengingat beliau juga menjadi Imam dan Khotib sholat Juma’at saat pertama kali diresmikan kembali oleh Pangeran Djonet bin Pangeran Diponegoro.
4) Pada tahun 1920 Masehi Masjid Jami’ Matraman Dalam sempat akan dibongkar oleh penjajah Belanda tapi waktu itu berhasil dipertahankan oleh pengurus Masjid Jami’ Matraman Dalam dan para keturunan Mataram yang telah bekerjasama dengan tokoh masyarakat, ulama dan politikus. Pembongkaran yang dilakukan Belanda ini dikarenakan mereka khawatir dengan adanya keberadaan Masjid yang berada dipinggir jalan raya.
5) Pada tahun 1923 Masehi beberapa bagian dipugar terutama pada bagian-bagian yang telah dirusak oleh pemerintah Belanda, namun besar kemungkinan bantuan ini ditolak pengurus masjid dan masyarakat Matraman Dalam mengingat fanatisme keagamaan masyarakat saat itu sangat tinggi dengan nilai-nilai pondasi keislaman yang sudah dibangun oleh para tokoh-tokoh terdahulu masih sangat kokoh.
6) Pada tahun 1930 Masehi masjid kembali dipugar. Masjid Jami’ Matraman Dalam kemudian dibangun kembali oleh sekelompok warga Matraman yang diketuai arsitek dari Ambon bernama Nyai Patiloy. Bahkan Haji Agus Salim yang merupakan tokoh politik yang dikagumi dan seorang guru bangsa juga pernah tercatat ikut campur dalam pembangunan masjid ini.
7) Pada periode 1942 – 1945 Masehi kemungkinan besar Masjid Jami’ Matraman Dalam dipergunakan sebagai wadah perjuangan oleh tokoh-tokoh seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Para sesepuh masyarakat Matraman Dalam yang banyak yang mengetahui jika kedua tokoh tersebut sering melakukan kunjungan ke masjid dalam rangka melakukan kegiatan keagamaan.
8) Pada tahun 1943 – 1953 Masjid Jami’ Matraman banyak dikunjungi masyarakat luar, ulama besar, tokoh-tokoh Nasional karena kehadiran tokoh KH Wahid Hasyim yang menjadi tokoh politik dan kemudian menjadi Menteri Agama yang secara kebetulan bertempat tinggal di depan Masjid Jami’ Matraman Dalam.
9)Pada tahun 1955 Gambar Masjid Jami’ Matraman Dalam bentuk tempo dulu terdapat pada buku Sejarah KH Wahid Hasyim bin KH Hasyim Asy’ari. Tertulis nama Masjid tersebut adalah “Masjid Raya Matraman Jakarta”,
10) Pada tahun 1955 – 1960 Masehi masjid Jami’ Matraman Dalam mengalami pemugaran total untuk pertama kali.
11) Pada tahun 1977 Masehi masjid Jami’ Matraman Dalam kembali mengalami pemugaran kembali.
12) Tahun 1980an masjid Jami’ Matraman Dalam banyak menambah fasilitas-fasilitas ruang untuk pendidikan seperti adanya Madrasah, Paud, Kantor Persaudaraan Haji, Ruang Sekretariat dan fasilitas-fasilitas.
13) Pada tahun 1990an masjid mengalami perubahan lantai dan dinding di depan masjid, tempat wudhu dan fasilitas penunjang lainnya.
14)Pada tahun 2014 masjid kembali mengalami pemugaran berupa penggantian lantai dan renovasi sebagian bangunan.
15) Secara umum jika dilihat dari total umur masjid Jami’ Matraman Dalam adalah sekitar 386 tahun sejak selesainya perang Mataram-Jayakarta-Sunda melawan VOC pada tahun 1629 Masehi.
Tercatat Dalam perjalanan sejarah masjid beberapa ulama besar pernah berinteraksi yang diantaranya :
1. Pangeran Joned bin Pangeran Diponegoro (Pejuang Islam dari Kesultanan Jogyakarta)
2. Syekh Abdul Ghoni Kayu Putih (Waliyullah, Guru Pejuang Jayakarta)
3. Habib Ali Kwitang (Paku ulama Jakarta)
4. Habib Salim Jindan (ahli hadist dan orator tangguh)
5. KH Abdullah Syafi'i (Macannya Ulama Betawi)
6. KH Raden Abdullah bin Nuh (ulama besar kelas dunia)
7. KH Alwi bin Ahmad dari Kwitang (orator tangguh)
8. KH Wahid Hasyim, (Menteri Agama Era Soekarno)
9. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)< Presiden RI
10. KH Agus Salim (Diplomat kelas dunia)
11. KH Sirajudin Abbas (Ulama Penulis Buku Aswaja)
12. KH Bisyri Syamsuri (Pendiri NU)
13. Kh Hasyim Adnan (Orator tangguh dan konseptor Dakwah)
14. Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ulama Besar Jakarta)
15. Muallim KH Syafii Hadzami (Ulama Besar Jakarta)
16. KH Fathullah Harun (Ulama Besar Jakarta)
17. KH Nur Ali (Singa Karawang Bekasi)
18. KH Mahrus Ali Lirboyo (Ulama Karismatik NU)
19. KH Wahab Hasbullah (Pendiri NU)
20. Guru Mahmud Romli (Ulama besar Jakarta)
21. KH Muhammad Ali Alhamidi (Ulama Penulis)
21. Habib Hamid bin Hud Al Attas (orator tangguh)
22, KH Adlan Ali (Waliyullah Cukir Jombang)
23. KH Dahlan Nganjuk (ulama karismatik dan sahabat KH Wahid Hasyim)
25. KH Ahmad Syahri (Pejuang Hizbullah)
26. KH Asmuni Marzuki (Ulama Betawi yang tegas)
27. KH Damanhuri Paseban (ulama sufi)
28 KH Sabillah Rosyad (kyai betawi yg sederhana)
29. Habib Seggaf bin Mahdi bin Syekh Abubakar, pimpinan ponpes nurul iman ciseeng (guru penulis)
30. Nyai Sholihah Wahid Hasyim
31. Habib umar al attas melon
32. Habib Salim al attas Selon
33. KH Ibrahiim Husni Dari Palembang
34. KH Tobri Assalam dari masjid al bahri
35. KH Nawawi Abdurahman dari kalibata
36. KH Zaenuddin MZ

Sedangkan ulama yang masih hidup dan pernah mewarnai perjalanan masjid dan wilayah Matraman Dalam adalah :
1. KH Syukron Ma'mun (Ketua FUHAB)
2. Sayyidil Walid Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf (Sesepuh Alawiyyin Jakarta)
3. Abuya KH Syaifuddin Amsir (Ulama besar Jakarta)
4. Abuya KH Maulana Kamal Yusuf (cucu muallim Tabrani )
5. KH Mashuri Baidhowi dari ponpes darul rahman
7. KH Syafi'i Munandar Dari Asyysafiiyah 
8 .Ustadz Idrus bin Alwi dari Kramat (Orator Dakwah)
9. KH Fahrurrazi Ishak (singa podium Betawi)
10. Habib Alwi bin Abdurrahman Assegaf Bukit Duri (Penulis Produktif dan Ketua Majelis Zadul Maad
11. Habib Riziq Shihab (Imam Besar FPI)
12. KH Musfik Amrullah 
13. KH Sholahuddin Wahid 
14. KH Fathullah Harun 
15. Habib Ahmad bin Noval bin Jindan 
16. KH Manarul Hidayat 
17. Ustadzah Tuti Alawiyah
18. KH Nuril Arifin Depag 
19. KH Salim Na'ih (ulama betawi)
20. Habib Jindan bin Novel.
21. KH Yunus Sasi dari cililitan 
22. KH Muhammad Ali Syafi'i dari Cirebon
23. Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf 
24. Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad Kwitang 
25. KH Arifin Ilham
26. KH Sumarno Syafii
27, Prof.Dr. Ahmad Thib Raya MA.

Dan masih banyak lagi yang lainnya yang bila kami total dengan yang masih hidup, kurang lebih 70 ulama besar yang pernah mewarnai perjalanan masjid serta wilayah Matraman Dalam ini, belum lagi dengan tokoh-tokoh politik yang berada di sekitar masjid seperti Bung Karno, Bung Hatta, Margono (kakek Prabowo), Obama, Aisyah Hamid Baidowi, dll....
Adapun Puncak kebesaran dan kejayaan dari masjid ini terjadi antara tahun 1942 s/d 1960an dimana pada waktu itu masjid Jami Matraman Dalam sering diadakan Halaqah yang dihadiri ulama-ulama dan guru Sejakarta, termasuk rombongan Habib Ali Kwitang dan juga pejabat-pejabat negara.
Yang juga sangat menarik, berdasarkan beberapa informasi yang kami peroleh, masjid ini ternyata sering direkomendasikan oleh beberapa ulama khos kepada beberapa jamaahnya untuk didatangi dan diziarahi,bahkan beberapa keluarga Dzurriyah Kesultanan dari Jawa yang mengerti sejarah masjid ini, sering datang mendadak dan bertafakur sejenak, entahlah ada apa didalam masjid ini, tidak jarang ditengah malam ada beberapa orang yang melakukan tafakur dimasjid yang masih terasa nuansa kekunoannya, kami sendiri pernah merasakan suasana tafakur di salah satu tempat Bung Karno dan juga Pangeran Joned anak dari Pangeran Diponegoro, sayangnya sekarang tempat itu jadi jalur keluar masuk sebuah ruangan.
Masjid ini memang penuh dengan sejarah yang menakjubkan, tidak heran sampai pada halaman ke 543 saya belum berhasil menyelesaikannya dikarenakan banyaknya data-data baru yang telah saya peroleh....
Wallahu A'lam bishhowab....
Sumber :
Iwan Mahmud Al-Fattah, Masjid Jami Matraman Dalam Dan Sekitarnya (Sisi Lain Dahsyatnya Sejarah Islam Di Pusat Kota Jakarta), Jakarta : Penerbit Ikrafa, 2016, hlm 464 – 467.