Senin, 10 Juli 2017

SILATURAHIM DENGAN SALAH SATU CICIT PAKU ULAMA BETAWI TEMPO DULU GURU MANSUR JEMBATAN LIMA, (KH AHMADI FATTAHILLAH)


Guru Mansur atau KH MUHAMMAD MANSUR adalah salah satu pakunya ulama Betawi. Beliau selain dikenal sebagai ahli falak juga dikenal sebagai ulama yang disegani pada masanya. Beliau dikenal keras dan tegas dalam menghadapi kezaliman penjajah. Keponakan dari Syekh Junaid Betawi ini dikenal sebagai ulama Multi Talent. Yang juga tidak kalah menariknya, keberadaan Guru Mansur bahkan sangat diakui ulama-ulama karismatik seperti KH Hasyim Asy'ary dari Tebu Ireng. Mbah Hasyim bahkan pernah datang ke Jakarta untuk menemui langsung Guru Mansur guna melakukan diskusi tentang NU dan bagaimana mengembangkannya di tanah Betawi.

Tidak banyak yang tahu dibalik kebesaran namanya ternyata Guru Mansur adalah salah salah satu tokoh dibalik perjuangan PITUNG. Guru Mansur juga tokoh kunci yang berhasil memerintahkan muridnya untuk menyalin ulang kembali kitab Al Fatawi lama yang bertuliskan hurup wesi ke dalam bahasa arab melayu yang saat itu banyak digunakan kaum betawi dan ulamanya untuk membuat sebuah buku ataupun catatan, berkat nasehatnya KH Ahmad Syar'i telah berhasil menyusun ulang kitab Al Fatawi dalam bahasa arab melayu.

Secara silsilah leluhur GURU MANSUR yang bernama Pangeran Cakrajaya Nitikusuma adalah juga leluhur Pituan Pitulung. Mereka ternyata masih satu pongkol pada garis keterunannya. Sehingga sangat wajar para sesepuh adat Jakarta yang terdahulu menjadikan GURU MANSUR sebagai benteng kekuatan umat Islam di daerah Jembatan Lima, Pekojan, Tambora dan sekitarnya. Daerah-daerah yang saya sebut ini dahulunya adalah merupakan basis untuk membuat strategi perlawanan dengan cara menjadikannya sebagai salah satu pusat penyiaran Islam di Betawi. Tidak heran pula karena adanya hubungan kekerabatan dan juga persamaan perjuangan, pada masa lalu banyak orang Palmerah, Slipi, Rawa Belong, Kebun Jeruk, Kemandoran, Senayan dulu banyak yang ngaji di Guru Mansur. Bahkan kalau kemalaman banyak dari mereka yang sering menginap di rumah dan pondok pesantren Guru Mansur. Saya sendiri sering melakukan interaksi dengan salah satu cicitnya yang bernama KH AHMADI FATAHILLAH namun baru kemarenlah saya bisa berfoto bersama. Dari beberapa kali pertemuan dengan beliau saya banyak mendapat riwayat penting tentang sejarah asli Jakarta. 

Madrasah Guru Mansur sampai sekarang masih eksis. Sekalipun kini dikepung oleh banyak pendatang dari etnis cina namun keberadaan gedungnya yang sederhana telah menjadikan madrasah ini oase ditengah pemukiman yang padat penduduk...Semoga madrasah Al Mansuriah akan selalu langgeng..

Alamat Madrasah Guru Mansur (Al Chairiah Al Mansuriah) : 

Jln. Sawah Lio I RT 02/ RW 01 No. 30 Kelurahan Jembatan Lima Kecamatan Tambora Jakarta Barat