Senin, 10 Juli 2017

KRONOLOGIS MENGENAI HUT JAYAKARTA/JAKARTA BERDASARKAN KITAB AL FATAWI


1. Kitab Al Fatawi mencatat bahwa pafa tanggal 12 Robiul Awal 933 Hijriah telah diadakan peringatan Maulid Nabi secara besar-besaran di Kesultanan Demak guna mengangkat semangat jihad para mujahid Nusantara. Ribuan pasukan mujahidin berkumpul di masjid demak untuk persiapan jihad fisabillah menghadapi Portugis (Paringgi) yang akan masuk ke Sunda Kelapa.

2. Setelah peringatan Maulid Nabi besar-besaran ini para mujahid dibawah pimpinan Fattahillah bergerak melalui darat dan laut. Pasukan laut membawa sekitar 60 kapal Jung. Kapal-kapal itu ditempatkan pada beberapa titik. Ada yang di pelabuhan Jayapati (pasar ikan), ada yang di kepulauan seribu dan sebagian lagi di beberapa tempat yang tersembunyi.

3. Pertempuran yang sebenarnya dengan Portugis terjadi di lautan dan itu terjadi sebelum bulan Ramadhan. Portugis berusaha mendekat ke perairan Sunda Kelapa namun pasukan mujahid yang berada di kapal jung berhasil membuat kapal Portugis kehilangan manuver. P.asukan mujahid kapal jung akhirnya mampu memukul mundur pasukan angkatan laut Portugis yang saat itu dikenal sebagai kekuatan maritim terkuat di dunia.

4. Menjelang Ramadhan setelah kemenangan atas pasukan militer Portugis, Para Mujahid dibawah pimpinan Fattahillah mulai mendekati wilayah Keraton Marunda (kini masjid Al Alam).

5. Berdasarkan komando Sultan Trenggono bin Raden Fattah, seluruh pasukan Mujahid dilarang keras melakukan peperarngan di bulan Ramadhan dan ini dipatuhi secara penuh. Demi untuk menghormati bulan Suci seluruh Mujahid hanya diperintahkan untuk beribadah sambil melakukan persiapan.

6. Akhir Ramadhan sekitar tanggal 29 atau 30 933 Hijriah Fattahillah dan ribuan pasukan mujahid gabungan memasuki Keraton Marunda Kelapa untuk mengadakan pertemuan bersejarah dengan Penguasa Sunda Kelapa.

7. Hadir dalam pertemuan itu diamtaranya :
A. Ratu Sri Janar (Penguasa Sunda Kelapa)
B. Singa Menggala bin Prabu Surawisesa dari kerajaan Pajajaran
C. Fattahillah bin Maulana Mahdar Ibrahim
D. Maulana Hasanudin bin Sunan Gunung Jati
E. Fadilah Khan (paman Fattahillah)
F. Sungareksa Jayawikarta
dan tokoh tokoh besar lainnya.

8. Pertemuan malam itu menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa tampuk kekuasaan Sunda Kelapa diserahkan secara damai kepada fihak Kesultanan Demak melalui wakilnya yaitu Fattahillah.

9. Di tengah ramainya ribuan takbir yang dikumandangkan di malam takbiran oleh para mujahid dan juga rakyat Sunda Kelapa, setelah perundingan yang bersejarah itu Fattahillah melakukan sholat tahajud dengan khusyu sambil bermunajad. Setelah sholat tahajud beliau meneruskan membaca Al Qur'an, tepat pada saat beliau membaca Surat Al Fath ayat 1, Allah memberikan illham agar Fattahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Fathan Mubina

10. 1 Syawal 933 Hijriah atau tepatnya tanggal 1 Juli 1527 Fattahillah menjadi Khotib Idul Fitri. Dalam isi khotbahnya Fattahillah memproklamasikan negeri Sunda Kelapa menjadi Negeri FATHAN MUBINA dengan dasar pemerintahannya SYARIAT ISLAM sedangkan bentuk pemerintahannya adalah HIKMAH JUMHURIYAH dibawah naungan Kesultanan Demak dan Majelis Wali Agung. 

Demikianlah Kronologis terbentuknya Negeri Fathan Mubina atau Jayakarta yang kini bernama Jakarta.

Semua informasi pada kitab Al Fatawi sudah mulai ditulis secara bersanad sejak masa AL HAJJ SAYYID FATTAHILLAH sampai dengan KH AHMAD SYAR'I MERTAKUSUMA. KH AHMAD SYAR'I MERTAKUSUMA sendiri melanjutkan penulisan bersanad itu sejak tahun 1910 s/d 1946.

Adapun mengenai tanggal 22 Juni adalah merupakan kesepakatan Politik yang mendesak di tahun 1955 antara Pemda Jakarta (belum nama DKI) dan DPR dengan bersandarkan kajian beberapa ahli sejarah termasuk Dr. SUKANTO. Itupun masih terdapat silang pendapat yang cukup tajam pada beberapa sejarawan karena sulitnya menemukan bukti mengenai tanggal dan waktu yang pasti mengenai kelahiran kota bersejarah ini, padahal para sejarawan itu sudah diakui kepakarannya, tapi pada kenyataannya saat itu memang cukup sulit mendapatkan tanggal yang pasti, sedangkan Pemerintah Jakarta saat itu membutuhkan sebuah keputusan cepat mengingat daerah ini merupakan IBIUKOTA NEGARA RI, sehingga sejarahnyapun harus terlihat "jelas". Bung Karno secara tidak langsung juga telah mendesak Dr. Sudiro yang pada saat itu menjabat GUBERNUR Jakarta agar segera menetapkan Hari Jadi Kota Jakarta. Dapat dikatakan bahwa tanggal 22 Juni 1527 atau 22 Ramadhan 933 H merupakan hari jadi kota Jakarta yang didasari atas sebuah keputusan politik. Sedangkan Al Fatawi jauh sebelumnya sudah menulis secara tegas bahwa Jayakarta terbentuk pada tanggal 1 Syawal 933 Hijriah. Dan itu ditulis secara bersanad oleh para pemelihara sejarah Jayakarta (Mushonif). 

Wallahu A'lam bisshowwab...