Senin, 11 September 2023

TIDAK TERCATAT APAKAH TERPUTUS ?

 Sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan kepada saya mengenai nasab seseorang...

Untuk menjawab ini sebenarnya tidak bisa hanya melewati sebuah tulisan singkat...perlu berjam jam obrolannya, lewat kanal youtube juga rasanya gak bakalan puas, harusnya sih bertemu sambil ngopi bareng diiringi singkong rebus atau ubi goreng karena membahas hal seperti ini tidak perlu sampai harus tegang apalagi sampai maen golok golokan atau main vonis-vonisan...karena bicara ilmu nasab itu ya bicara ilmu, bukan otot atau nyinyir kayak lambe turah. Membahas hal seperti ini tidak akan selesai kalau cuma hujat menghujat apalagi sampai mengeluarkan kata² atau tulisan yang kasar dan rasis, tidak perlu merasa paling benar sendiri dan yang lain salah..Yang dibahas adalah ilmu bukan dunia kriminalitas..
Tapi biar tidak penasaran, saya mau menceritakan beberapa pengalaman orang² yang pernah "curhat" kepada saya tentang perjalanan nasab mereka...
Seperti biasa "curhatan" mereka diiringi rasa bingung mau gimana dan apa saja langkah langkah yang harus dilakukan dalam "merekonstruksi" ulang nasab mereka atau menegaskan atau pula memperkukuh eksistensi nasab mereka...
Mereka dalam hal kasus² seperti ini biasanya karena ketiadaan informasi berupa catatan atau manuskrip. Banyak dari mereka berupa riwayat turun menurun. Ada juga yang sebenarnya ada, tapi sengaja tidak dicatat demi menghindari kejaran belanda (bahkan sampai ada yang dibakar karena takut jatuh ke tangan penjajah). Ada juga yang tidak tercatat karena memang luput karena sang pencatat nasab belum sempat mendatanginya dan sudah wafat duluan. Selain itu bisa jadi saat menulis (sang pencatat nasab) kertas yang digunakan tidak cukup memuat nama nama. Ada pula yang tidak dicatat karena pernikahan leluhurnya dilakukan dengan nikah sirri ditambah lagi mereka yang adanya di pedalaman. Yang agak parah adalah seharusnya nasab mereka harusnya ada tapi sengaja dihilangkan atau dilenyapkan karena alasan tertentu (misalnya dianggap aib karena pernah berbuat tidak baik atau juga karena kisruh warisan). Yang terakhir ini yang agak rumit, yaitu masalah politik...apalagi kalau dikaitkan dengan dinasti politik antar klan, mulai dari bani hasyim, bani Umayyah, bani abbasiyah, dll...belum lagi politik aliran antara Sunni dan Syiah serta yang lain lain..
Ada beberapa kasus:
1. Pernah ada sebuah pertemuan keluarga besar trah pahlawan besar, salah satu zuriahnya protes besar kenapa nama buyutnya tidak dicantumkan dan akhirnya mereka minta update ulang..
2. Pernah juga ada penulis asing (peter carey), menulis bahwa salah satu putra pangeran diponegoro yang bernama Pangeran Joned tewas muda, padahal beliau lolos dan keturunannya ribuan bahkan banyak yang jadi ulama. Salah seorang zuriahnya mengatakan kepada saya, betapa jengkelnya dia begitu tahu leluhurnya diberitakan mati muda dan putus keturunannya.
3. Ada satu keturunan yang dinyatakan terputus, tapi ternyata justru ada keturunannya dan jumlahnya banyak, ada makamnya dan terpelihara, ada peninggalanya dan banyak zuriahnya banyak yang jadi ulama besar.
Pada intinya banyak faktor yang menyebabkan kenapa sebuah nasab tidak tercatat, ini semakin memperjelas sebuah kaidah bahwa "tidak tercatat bukan berarti nasab orang itu terputus". Tentu untuk membuktikannya harus kerja keras, bukan sekedar sim salabim alias instan seperti pesanan go food...langsung jadi dan terima.....gak begitu juga konsepnya...kerja keras dalam meneliti nasab itu perlu, lakukan riset, banyak baca kitab kitab nasab dan sejarah, banyak melakukan wawancara, temui orang² yang punya manuskrip, kejar ulama yang punya sanad ilmu nasab, jangan pula sombong atau niat cari nasab cuma buat gagah gagahan atau pamer di medsos...gak penting itu ! Seseorang semakin bernasab seharusnya semakin tawadhu, semakin malu kalau berbuat maksiat (apalagì Zuriah Rasul). Seseorang bernasab justru berupaya menghilangkan kultus individu terhadap dirinya karena itu bisa merusak hati ke arah riya...seorang bernasab harusnya malu kepada datuk²nya kalau dia belum bermanfaat bagi masyarakat...
Lakukan kerja keras dan semangat pantang mundur..tidak usah perdulikan omongan² miring kalau niat kita sudah kuat..
Dan terakhir berdoa, berdoa dan berdoa....
Darah nasab adalah takdir, jadi tidak akan pernah tertukar sampai hari kiamat, kecuali memang ente niat mau menukarnya (naudzubillah...). Namun bila anda memang ternyata tidak bernasab tidak perlu berkecil hati, tidak perlu melakukan rekayasa nasab, banggalah kepada kedua orangtua dan leluhurmu...anda tidak memiliki nasab mulia bukan berarti anda rendah, justru harus semakin bertakwa dan semakin cinta kepada rasul dengan memperbanyak melakukan sunnah beliau dan memperbanyak sholawat...
Ingatlah kisah bilal bin rabah, uwai al qarni, ayah dari Abdullah bin Mubarok....betapa mulianya diri mereka...
jika sudah begitu...betapa indahnya hidup ini...
"Masjid Nurul Hidayah Cilandak"