Senin, 11 September 2023

DEBAT NASAB, UNTUNGNYA APA ?

 Adanya fitnah dan perdebatan nasab, itu karena banyak yang sudah meninggalkan tradisi leluhur yang sarat akan literasi, dunia thoriqoh juga sudah nyaris dilupakan oleh sebagian trah. Dahulu dalam usia muda bahkan sampai tua banyak yang berhasil berkarya dengan tulisan² berkelas, para zuriah lebih banyak yang menikmati riset ketimbang perdebatan, kalaupun terjadi perdebatan tidak sampai berkepanjangan apalagi sampai menimbulkan caci maki. Untuk menata hati maka banyak yang lebih memilih dunia thoriqoh. Thoriqoh Syattariyah, TQN, thoriqoh Sammaniyah, Thoriqoh Alawiyah, dll banyak sekali. Majelis majelis yang membahas kitab² tentang adab dan etika ada dimana-mana. Tidaklah mengherankan jika pada masa lalu terjadi hubungan yang harmonis antara zuriah walisongo, kesultanan dan habaib. Mulut dan tulisan benar-benar terjaga untuk tidak saling menyakiti. Ratusan tahun hubungan baik itu terpelihara dengan baik. Keluarga Walisongo, Keluarga Basyaiban sebagai Ahlul Bait yang awal awal masuk ke Nusantara menerima dengan baik saudaranya yang datang di abad abad 19 s/d 20. Sampai pada tahun 60an s/d 90an, hubungan itu masih adem, namun memasuki tahun² 2000an kesini, situasi mulai bergeser, terjadi perdebatan demi perdebatan bahkan "mengarah" ke arah persekusi yang akhirnya puncaknya pada 2 bulan terakhir ini meledaklah kasus nasab. Viral dimana-mana ! Saya sendiri sampai kaget, kok hal seperti ini bisa jadi viral ya.. ? (atau memang sengaja diviralkan ?)

Jujur saja sebenarnya saya prihatin dan merasa jengah, di tengah suasana negara yang sekarang, kita malah terjebak dengan hal seperti ini, seolah seperti tidak ada hal yang penting lainnya saja. Di saat negara lain sedang berpacu mengembangkan berbagai disiplin ilmu kita malah menikmati perdebatan di media sosial dengan tema yang sebenarnya tidak banyak orang menguasainya tapi gara² viral mendadak banyak jadi pakar. Lebih ironis lagi sentimen sejarah masa lalu diangkat angkat kembali malah dijadikan "bumbu penyedap" untuk memperkuat keviralan. Akhirnya sentimen itu dibalas lagi dengan sentimen sejarah pula.
Kalau semua persoalan nasab ini dihadapi dengan kepala panas, caci maki, saling sindir, merasa paling benar, saling menjatuhkan bahkan berujung fitnah, maka sampai kapanpun persoalan itu tidak akan pernah selesai.
Ilmu nasab tidak pernah bertujuan untuk menjadikan manusianya bersikap munafik bahkan menjadi keras kepala dan menjadi miskin adab, ilmu nasab justru mengajarkan kita untuk terus berbuat kebaikan, salah satunya adalah dengan menjalin silaturahim.
Siapapun dia, kalau saat ini ada yang bersikap arogan bahkan gemar menghina, maka tinggalkan orang tersebut, tidak perlu didengarkan karena akan membuat hati kita menjadi panas. Lebih baik ikuti dan dengarkan ulama ulama yang membawa keteduhan tanpa mereka menghalangi kepada siapapun untuk belajar ilmu nasab.
Ingat, sekali lagi hikmah terbesar dari ilmu nasab itu adalah silaturahim bukan perpecahan...