Selasa, 04 Agustus 2015

LAPORAN HAUL SYEKH ARSYAD AL BANJARI (Datuk Kalampayan) DI MASJID SABILAL MUHTADIN JAK-TIM, Maha Guru Ulama Nusantara Abad 18

Pada tanggal 26 Juli 2015 Hari Minggu Jam 09.00 s/d 11.30, kami telah menghadiri Haulnya (Peringatan Wafatnya) seorang ulama besar kebanggaan Nusantara, yaitu Syekh Arsyad Al Banjary. Maha Guru Ulama Nusantara Abad Ke 18 Masehi


Nama Syekh Arsyad Al-Banjary adalah sosok ulama yang sudah lama kami pelajari sejarahnya. Namun demikian sekalipun kami sudah lama kenal dengan sosok yang hebat ini, kami kesulitan untuk mencoba mencari keberadaan jaringan keturunannya, terutama yang berada di Jakarta. Oleh karena itu setelah kami mendengar dari salah satu keturunannya bahwa akan  ada kegiatan Haul beliau di daerah Pisangan Baru Jakarta Timur tepatnya Masjid Sabilal Muhtadin, sayapun kemudian mendatangi kegiatan tersebut. Dalam acara Haul tersebut Penceramah Utama adalah KH Maulana Kamal Yusuf dan Pembaca Doa Penutup adalah Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Habsyi dari Majelis Taklim Kwitang Jakarta Pusat. Acara diantaranya adalah pembacaan maulid, tahlil dan pembacaan manaqib dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Tentu banyaknya ulama yang hadir pada saat itu membuktikan jika nama besar Syekh Arsyad Al Banjari masih melekat dihati para pencintanya. Kami sendiri kagum dengan sosok beliau beberapa puluh tahun yang lalu. 

Kedatangan kami dalam kegiatan Haul, sudah tentu disamping ingin mendengar sejarah beliau secara lebih detail, juga kami ingin mengenal lebih dekat dan bersilaturahim dengan keluarga besar Syekh Arsyad Al Banjary yang kalau mau dikenal lebih dekat lagi, ternyata keberadaan mereka itu sangat banyak dan bertebaran di wilayah Kalimantan dan juga Jakarta. Sudah tentu kedatangan kami ini juga ada hubungan dengan ilmu nasab yang kami pelajari. Sosok Syekh Arsyad Al Banjari bagi kami adalah sosok yang menarik untuk dikaji sejarah dan nasabnya, mengingat beliau ini salah satu maha gurunya ulama Nusantara dalam kurun waktu abad ke 18 Masehi , sehingga keberadaan sejarah dan nasabnyapun bagi kami harus diungkap dengan adanya penelitian ilmiah dan bersanad. Adanya dorongan kami untuk secara intens mempelajari sejarah dan nasab beliau karena dilatar belakangi beberapa informasi yang kami terima yang kiranya  cukup "hangat" dalam "membicarakan" tentang nasab ulama yang multi talent ini. Kami sendiri berapa kali menyaksikan  langsung adanya "beberapa diskusi" mengenai sosok besar  ini. Tapi diantara sekian diskusi itu, kami masih banyak melihat ketidak adilan dalam menilai sosok beliau ini (terutama pada sisi nasabnya). Oleh karena itu dengan adanya hal-hal tersebut kami termotivasi untuk meneliti secara serius tentang sejarah dan nasab beliau ini, 

Terus terang bagi kami, ketika orang sudah "berani" untuk membicarakan sebuah hal yang kami anggap "sensitif"  akan lebih baiknya mereka itu diiringi dengan modal dasar seperti  pengetahuan akan sejarah dan ilmu nasab. Kenapa itu penting ? karena sosok yang kita bicarakan ini bukan sosok sembarangan, bahkan sosok ini bisa kami katakan sebagai salah satu Pakunya ulama Nusantara pada masa itu bahkan hingga sekarang. Keturunannya saja banyak yang menjadi ulama-ulama besar dan juga dihormati oleh berbagai kalangan baik yang dari dalam negeri dan luar negeri. Tidak sedikit ulama-ulama besar datang mengunjungi beberapa ulama keturunan Syekh Arsyad Al Banjari untuk bersilaturahim. Kami sendiri sejak dahulu merasa yakin jika sosok Syekh Arsyad Al Banjari pasti bukan dari keturunan sembarangan. Pengalaman kami telah banyak membuktikan jika banyak ulama-ulama besar Nusantara yang ternyata jika diteliti nasabnya secara mendalam, maka kebanyakan mereka itu bersambung dengan tokoh-tokoh besar masa lalu (dan rata-rata nasabnya banyak yang bersambung kepada Rasulullah SAW, termasuk  Syekh Arsyad Al Banjari ini !). Hanya saja sayangnya diantara sekian banyak ulama dan tokoh tokoh besar tersebut nasabnya banyak yang tidak diketahui orang banyak, bukan karena mereka tidak memelihara nasab, namun itu karena faktor kehati-hatian mereka sendiri  dalam mengungkap jati diri nasabnya  dan juga karena  faktor ketawaduan mereka yang tidak ingin menonjolkan nasab. Tentu hal ini bisa kita maklumi. Tapi kita juga tidak bisa mentolerir kalau ada fihak-fihak yang coba mendistorsikan sejarah dan nasab mereka secara serampangan. Biasanya distorsi nasab sering terjadi dan dilakukan oleh fihak-fihak yang benci kepada sosok tersebut, terutama itu ditujukan kepada para ulama dan pejuang bangsa yang dianggap merugikan kepentingan "mereka". Dahulu ini sering terjadi pada penjajahan dimana fihak penjajah dan juga antek-anteknya sering melakukan penyimpangan informasi tentang sejarah dan nasab dari tokoh tokoh yang mereka waspadai dan ditakuti , baik itu tokoh Islam pada masa datangnya Islam Awal, masa Kesultanan sampai pada masa kemerdekaan. Akibatnya ? sampai sekarang masih banyak sejarah dan nasab ulama atau pejuang kita seolah "rumit " dan "gelap" padahal dalam catatan-catatan ulama ahli nasab, keberadaan jejak para leluhur mereka itu tercatat dengan jelas, ini karena adanya sanad yang terjaga.

Dalam beberapa penelitian kami dan juga salah satu saudara kami yang ada di Sukapura  Tasikmalaya  dan sudah berlangsung hampir satu tahun ini, kami  sendiri telah menemukan beberapa fakta yang mencengangkan dan menakjubkan, bahwa ternyata Syekh Arsyad Al-Banjari masih mempunyai ikatan nasab serta berkaitan erat dengan keluarga besar Kesultanan Demak, Kesultanan Sukapura Tasikmalaya dan juga Kesultanan-Kesultanan Islam lain. ini sekaligus menjawab berbagai pertanyaan kami, kenapa dulu Syekh Arsyad AL Banjari  sampai  pernah datang ke Jayakarta, Demak, Ampel, Kudus dalam rangka penelitian masjid. Di Demak bahkan Syekh Arsyad Al Banjari pernah memberikan pernyataan bahwa satu-satunya masjid yang mihrabnya benar adalah masjid Demak (tercatat dalam bukunya Hamka Sejarah Umat Islam Jilid IV). 


Kedepannya dengan diketahuinya sejarah dan nasab beliau ini, sosok Syekh Arsyad Al Banjari ini bisa kita lebih cintai dan ikuti ajaran-ajarannya...

Oleh karena itu dengan kedatangan kami ke acara haul ini diharapkan kedepannya bisa mengungkap lebih teliti dan ilmiah bagaimana sosok sejarah dan terutama nasab dari Ulama yang luar biasa ini....

Adapun mengenai manaqib beliau adalah sebagai berikut : 

Diantara ulama Nusantara terkemuka abad ke-18 m yang dikenal kedalaman ilmu dan kecemerlangan karya karyanya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yang sering kita sebut Datu Kalampayan, beliau lahir pada 15 syafar 1122 H/ Maret 1710 M dikampung Lok Gabang Martapura kalimantan selatan, nama lengkap beliau adalah Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari, terlahir dari seorang ibunda yg sholehah bernama Siti Aminah, ayah beliau yang bernama Abdullah bin Abdurrahman adalah seorang yang zuhud dan alim, beliau tumbuh dan besar dalam suasana keislaman yang kental dibawah pemerintahan kerajaan islam banjar.sejak umur 7 tahun beliau sudah fasih dan sempurna dalam membaca Al-Qur'an, kecerdasannya dalam ilmu agama dan bakat melukisnya menarik perhatian Sultan Tahlilullah penguasa kerajaan banjar pada waktu itu, maka Muhammad Arsyad kecil pun diboyong untuk belajar ilmu agama dilingkungan istana bersama keluarga kerajaan, setelah dewasa dan menikah karena kepandaian dan kecerdasan beliau dalam mempelajari ilmu agama maka menjelang usia 30 thn beliau diberangkatkan ketanah suci Mekah untuk memperdalam ilmu agama dengan dibiayai oleh kerajaan, karena Sultan berharap dengan ilmu yang dipelajarinya nanti ditanah suci itu kelak akan dapat membimbing dan mengajarkan ilmu kepada rakyat banjar dan sekitarnya.

Ditanah suci Mekah dan Madinah ini beliau belajar kepada beberapa ulama terkenal dan wali pada jamannya diantara guru guru beliau adalah :
1. Syekh Athaillah bin Ahmad Al-Mihsri Al-Azhari Mekah
2. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi Madinah (pengarang kitab hawayil madaniyyah)
3. Syekh Muhammad bin Abdul karim As-Semman Al-Madany dalam ilmu tasawuf yang akhirnya beliau mendapatkan ijazah dengan kedudukan sebagai Khalifah (waakil)
4. Syekh Ahmad bin Abdul Muun'in Ad-Damanhuri
5. Syekh Sayyid Abul Faydh Muhammad Murtadha' Az-Zabidi
6. Syekh Hasan bin Ahmad 'Akisy Al-Yamani
7. Syekh Salim bin Abdullah Al-Bashri
8. Syekh Siddiq bin Umar Khan
9. Syekh Abdullah bin Hijazi bin Asy-Syarqawi
10. Syekh Abdurrahman bin Abdul Azis Al-Magribi
11. Syekh Sayyid Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal
12. Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin Al-Fatani
13. Syekh Abdul Ghani bin Muhammad Hilal
14. Syekh Syekh 'Abid As-Sindi
15. Syekh Abdul Wahab Ath-Thanthawi
16. Syekh Maulana Sayyid Abdullah Mirghani
17. Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Jawahir
18. Syekh muhammad Zayn bin Faqih Jalaluddin Aceh

Ketika beliau di Mekah beliau bersahabat dengan para penuntut ilmu dari tanah air dan merupakan sahabat erat,mereka adalah Syekh Abdul wahab Bugis dari Makasar, Syekh Abdus Samad dari Palembang (pengarang kitab Siyarus Salikin dan Hidayatus salikin) dan Abdurrahman masri dari Betawi

Konon pada waktu beliau berada di Mekah,beliau menemui keanehan pada setiap hari jum'ad di Mesjid Al-Haram,ada seseorang yang berpakaian lain dari kebiasaan berpakaian orang arab lainnya,orang tersebut berpakaian hitam dan memakai laung dan memakai butah, pakaian khas dari banjar, setiap habis berdoa orang tersebut selalu menghilang tanpa bekas, dengan rasa penasaran kemudian pada jum'ad berikutnya beliau menunggu kedatangan orang itu tp seperti biasa selesai habis shalat jum'ad dan berdoa orang tersebut selalu menghilang,kemudian pada jum'ad yg lainnya ketika orang tersebut datang beliau segera ikut sholat disamping nya dengan harapan dapat berkenalan dengan orang tersebut, ketika selesai berdoa tak ingin kehilangan orang tersebut dengan sigap beliau lalu memegang tangan orang tersebut,"mengapa tuan menangkap tangan saya "kata orang tersebut

Setelah terlebih dahulu Syekh Muhammad Arsyad minta maaf beliau lalu berkata :
"maaf saya ingin bertanya siapakah anda,disini semua orang berpakaian ikhram sedangkan anda tidak berpakaian ikhram'
"maaf hamba berasal dari kampung muning tatakan rantau borneo" jawab orang itu
"mengapa anda setiap hari jum'ad bisa sholat disini' kata Syekh Muhammad Arsyad kembali
"alhamdulillah semua adalah anugrah dari Allah SWT "kata orang tersebut yg setelah berkenalan adalah Datu Sanggul
"saya berasal dari martapura borneo sudikah kiranya anda mampir kerumah saya "pinta Syekh Muhammad Arsyad
"baiklah "jawab Datu Sanggul

Kemudian mereka berjalan ketempat tinggal Syekh Muhammad Arsyad ,sesampai dirumah Syekh Muhammad Arsyad memeluk datu sanggul dan mencium tangan beliau sambil berkata "sampeyan adalah saudara ulun dunia akhirat'
"ya...kita saudara dunia akhirat "jawab Datu Sanggul
"dimanakah kakanda belajar sehingga mendapatkan anugerah begitu besar ini" Syekh Muhammad Arsyad kembali bertanya "kakanda belajar dengan Datusuban dimuning pantai munggu tayuh tiwadak gumpa dan sekarang beliau telah wafat,dan kepada kakanda diberikan sebuah kitab dan Al-Qur'an segi delapan,kedua pusaka itu asalnya adalah milik Datu Nuraya yang juga telah wafat" ,mendengar cerita tentang  kitab tersebut Syekh Muhammad Arsyad sangat tertarik. "kalau kakanda menganggap saya sebagai saudara dunia akhirat izinkanlah adinda ikut mempelajari isi kitab tersebut "   boleh saja adinda mempelajari kitab tsb namun kitab ini harus dibagi dua bagian,dengan dipotong segitiga silahkan adinda memotongnya "kata Datu Sanggul sambil mengeluarkan kitab yg selalu dibawanya,Syekh Muhammad Arsyad mengambil pisau yg sangat tajam dan mulai memotong kitab tsb, namun alangkah terkejutnya beliau karna pisau yg sangat tajam tersebut tidak dapat memotong kitab itu menjadi dua bagian bahkan mata pisau tsb menjadi tumpul, kemudian kitab tsb diserahkan kembali kepada Datu Sanggul untuk beliau potong sendiri, kemudian Datu Sanggul hanya dengan menggoreskan kuku beliau kitab tersebut terbelah menjadi dua bagian, yg kemudian satu bagiannya diserahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad untuk dipelajari dan bagian yg satunya beliau bawa kembali dengan pesan setelah selesai mempelajari dan pulang keborneo untuk mengambil bagian yang satunya,"jika adinda nanti pulang keborneo dan bertandang kerumah kakanda untuk mengambil kitab yg satunya hendaklah adinda mmbawa kain putih sebanyak lima lembar,kakanda berharap agar adinda jangan sampai lupa pesan kakanda ini "kata Datu Sanggul menambahi "baiklah pesan kakanda akan adinda ingat selalu dan adinda memohon doa restu dan mendoa kan adinda dalam mempelajari kitab ini, karena hari sudah menjelang magrib Datu Sanggul lalu berpamitan untuk pulang ke borneo " tunggu sebentar kakanda ada yg adinda pertanyakan lagi dihalaman istana ada tumbuh sebatang pohon durian ,apakah pohon tersebut berbuah atau belum,kalau sudah berbuah adinda mohon kakanda memetiknya sebiji untuk adinda,sebab selama adinda tinggal disini adinda belum pernah memakan buah durian "
"pohon durian tsb sekarang sedang berbuah namun buahnya cuma dua biji dan dijaga ketat oleh pasukan raja siang dan malam agar tak seorang pun dapat mengambilnya,sebaiknya buah tsb jangan diambil sebab nantinya mungkin akan berakibat tidak baik "kata datu sanggul,tapi karna didesak oleh Syekh Muhammad Arsyad akhirnya Datu Sanggul berjanji memenuhi permintaan Syekh Muhammad Arsyad.

Pada jum'at berikutnya ketika tengah hari Datu Sanggul memetik buah durian yg dijaga oleh pasukan raja tanpa diketahui oleh satu orangpun, alhasil kerajaan menjdi gempar, baginda raja sangat marah dan berencana menghukum para pasukan yg menjaga pohon durian tersebut, tapi permaisuri melarang baginda raja menghukum mereka karena tidak ada bukti kesalahan mereka,singkat cerita buahdurian tersebut diserahkan kepada Syekh muhammad Arsyad dengan pesan supaya tangkai durian tadi disimpan sebagai bukti nanti kepada baginda raja,setelah berpisah kembali dengan Datu sanggul beliau dengan tekun mempelajari kitab tsb.

Setelah lebih 30 thn Syekh Muhammad Arsyad belajar ditanah suci akhirnya beliau menguasai berbagai bidang ilmu agama, sebenarnya beliau dan kawan kawan tidak ingin pulang ketanah air dan ingin melanjutkan pelajaran ke mesir namun maksud tersebut dibatalkan karena perintah gguru mereka yaitu Syekh Sulaiman Al-Kurdi yang menyatakan bahwa ilmu mereka sudah cukup dalam dan luas dan lebih penting untuk memberi pelajaran dan bimbingan kepada masyarakat masing masing,akhirnya mereka menuruti nasehat guru mereka itu, setia ditanah Betawi (Jakarta) Syekh Muhammad Arsyad dan kawan kawannya disambut oleh ulama dan orang banyak dengan gembira, selama dijakarta berkat karamah yang beliau miliki beliau dapat membetulkan arah kiblat mesjid yang kurang tepat,diantaranya mesjid Jembatan Lima, Mesjid Luar Batang dan Mesjid Pekojan setelah sholat sunat beliau hanya menggeserkan sorban beliau ...luar biasanya bangunan mesjid tsb mengiringi geseran sorban beliau...subhanallah....

Itu adalah sebagian   karamah beliau yg diluar nalar manusia dan banyak lagi yg lainnya,setelah sampai dimartapura beliau langsung menuju istana kerajaan dan disambut dengan meriahnya, dalam kesempatan tsb beliau menceritakan hal ikhwal mengenai durian lengkap dengan hari tanggal dan jam kehilangan durian diistana raja,akhirnya raja memakluminya dan bersyukur karena tidak menghukum para prajurit kerajaan,setelah beberapa hari beliau minta ijin kepada raja untuk mendatangi datu Sanggul dengan diiringi sepasukan prajurit raja,tak lupa beliau membawa kain putih yg dipesankan oleh Datu Sanggul,setelah sampai dikampung muning tatakan rantau dengan petunjuk masyarakat beliau langsung menuju rumah Datu Sanggul,tapi apa yg terjadi setelah sampai dirumah Datu Sanggul ternyata beliau baru saja berpulang kerahmatullah....Innalillahi wainailahirajiun....ternyata kain putih yang dipesankan oleh Datu Sanggul untuk kain kapan beliau...subhanallah...setelah pemakaman Datu Sanggul atas pesan beliau sebelum wafat kepada istrinya maka diserahkan penggalan kitab yang kemudian hari disebut kitab barencong kepada Syekh Muhamad Arsyad Al-Banjari,lalu Syekh Muhammad Arsyad pamit untuk pulang kemartapura.

Disamping sebagai seorang pengajar Syekh Muhammad Arsyad adalah seorang penulis yang produktif diantara kitab kitab yang beliau karang adalah : 

1.Sabilal Muhtadin (kitab fiqih)
2.Risalah Ushuluddin (kitab tauhid)1188 hijriah
3.Tuhfatur Raghibin (kitab tauhid)1188 hijriah
4.Kanzul Ma'rifah (tasawuf)
5.Lugthatul 'Ajlan (kitab fiqih khusus masalah perempuan)
6.Kitab Faraid (kitab pembagian waris)
7.Al-Qawlul Mukhtashar(kitab berisi tentang Imam Mahdi)1196 hijriah
8.Kitab Ilmu Falak (astronomi)
9.Fatawa Sulaiman Kurdi (berisi fatwa fatwa grur beliau Sulaiman Al-Kurdi)
10.Kitabun Nikah (tata cara perkawinan dalam syariat islam)

Selain itu ada pula karya tulis beliau berupa Mushaf Al-Qur'an tulisan tangan beliau berukuran besar dengan Khat sangat indah dan sampai sekarang masih bisa dilihat di Museum Nasional Banjarbaru Kalimantan Selatan, beliau mempunya 11 orang istri dan mempunyai 30 orang anak dan sekarang sudah tersebar kemana mana, di kalimantan khususnya kalimantan selatan keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan mutiara yang tiada ternilai, keturunan beliau merupakan penerang penerang bagi para pecinta ilmu...salah satunya Yang Mulia Guru kita Alm. Syekh Muhammad Zaini  bin H. Abdul Ghani Al-Banjari ,Syekh Muhammad Arsyad wafat pada 6 syawal 1227 hijriah bertepatan dengan 3 oktober 1812 m dalam usia 105 tahun,semoga Allah SWT selalu merahmati beliau dan keturunan keturunan beliau hingga akhir jaman. آَمِيّـٍـِـنْ يَآرَبْ آلٌعَآلَمِِيِنَْ