Senin, 22 Agustus 2016

PENELITIAN MAKAM BERSEJARAH DI HUTAN KOTA UI, SITUS SEJARAH YANG "TERKURUNG" DI UJUNG SELATAN JAKARTA (Waliyullah Mastur "Di Tengah Lautan Ilmu", Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Magribi)

Penelitian makam kali ini adalah masih berkisar di seputaran wilayah Jakarta Selatan.
Sebelum saya banyak bercerita tentang kisah perjalanan ini, saya berharap terhadap beberapa fihak untuk tidak salah sangka dan salah menduga terhadap apa saya lakukan. Ini penting agar nantinya apa yang saya suguhkan tidak bias kemana-mana apalagi sampai masuk wilayah khilafiah dan perdebatan yang bisa mengundang kebencian. Apa yang saya lakukan adalah murni penelitian sejarah dan perilaku syar’i yang Insya Allah tidak ada sama sekali unsur kemusyrikan seperti yang dikhawatirkan beberapa fihak. Insya Allah ketika saya mendatangi makam, saya lebih banyak mencari riwayat atau catatan sejarah dari nara sumber yang berhubungan dengan makam yang saya teliti, selain itu saya hanya berdoa untuk arwah para ulama tersebut, lain dari itu tidak ada hal-hal yang aneh yang saya lakukan. Insya Allah dalam penelitian yang saya lakukan saya masih mengedepankan nilai-nilai logika namun juga tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
Insya Allah apa yang saya lakukan semata-mata demi untuk melestarikan sejarah para nenek moyang kita yang sudah berjasa dalam menyebarkan agama Islam di negeri ini.
Inilah laporan perjalanan yang telah saya lakukan....
Perjalanan yang saya lakukan kali ini pada tanggal 21 Agustus 2016. Perjalanan saya lakukan bersama dengan istri dan sahabat saya yang bernama Sandi Sedayu dari Salemba. Perjalanan dimulai bakda zuhur dengan berkumpul di Kramat Jati. Dari Kramat Jati, sebelumnya kami menapak tilasi sebuah makam tua yang berada di daerah Ciracas Jakarta Timur. Dari Ciracas kami kemudian bergerak ke target makam yang akan kami tuju. Target yang kami tuju kali ini adalah makam milik seorang Waliyullah yang bernama SYEKH ABDURRAHMAN bin ABDULLAH AL MAGRIBI atau yang terkenal dengan sebutan MBAH TAKOL. Makam ulama ini posisinya berada di tengah Hutan Kota Universitas Indonesia.
Makam ini sebenarnya sudah lama saya ketahui, namun baru satu bulan ini bisa saya datangi sebanyak dua kali. Kedatangan pertama saya adalah 3 minggu yang lalu, saya sendiri pada waktu itu, sedangkan kedatangan kedua kali ini kami datang dengan jumlah tiga orang. Karena prosedur masuk ke wilayah ini sudah saya ketahui, dalam perjalanan yang kedua ini, saya meminta izin untuk bisa masuk kepada fihak keamanan yang ada di daerah tersebut. Untuk masuk ke wilayah ini sebaiknya kita melapor kepada fihak Keamanan yang menjaga keberadaan Hutan Kota UI ini, fihak tersebut adalah Satuan Pengamanan dari Dinas Pertanian PEMDA DKI yang berada di depan jalan besar Hutan Kota. Ada baiknya kita juga melapor kepada fihak keamanan UI yang posisinya bersebelahan dengan Satuan Pengamanan Dinas Pertanian Pemda DKI. Perlu diketahui walaupun UI masuk wilayah Depok Jawa Barat, namun keberadaan Hutan Kota UI justru masuk wilayah Jakarta Selatan. Karena Hutan UI ini dikelola Dinas Pertanian Pemda DKI maka keberadaan makam Keramat Syekh Abdurrahman masuk bagian Jakarta.
Dari depan pintu masuk, kami menyusuri Hutan Kota UI dengan mengendarai motor. Saat menyusuri ini kami jadi teringat saat masih aktif di kegiatan petualang, kebetulan istri saya adalah pernah menjadi ketua Mapala di kampusnya, sedangkan saya aktif di Wanadri, sahabat saya Dayu juga aktif di Kegiatan Korps Suka Rela PMI Jakarta Selatan. Perjalanan berlangsung tidak lama, namun demikian jalanan yang kami lewati cukup membuat kesan seolah kami seperti berada di tengah hutan rimba yang sesungguhnya. Suasana juga agak sedikit “mencekam” karena kami melewati “police line” yang masih tersisa, sepertinya ini bekas kasus pembunuhan yang terjadi tempo hari.
Tidak lama kami tiba, disini kami kemudian disambut oleh salah satu pengurus makam yang bernama ABAH atau kadang dipanggil AKI. Dengan ramah beliau mempersilahkan kami duduk di depan teras makam. ABAH yang kami temui ini ternyata adalah sosok yang ramah dan sederhana, beliau adalah pensiunan TNI AD. Sebelum ziarah, seperti biasa kami terlebih dahulu memperkenalkan diri sekaligus mengungkapkan tujuan kedatangan kami. Abah sangat senang mendengar tujuan kami yang ingin menggali sejarah makam bersejarah ini.
Sekalipun kami sudah tahu nama makam ini, Abah kemudian juga menceritakan secara singkat sosok yang akan kami ziarahi ini. Menurut Abah, beliau yang dimakamkan disini bernama Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Magribi. Beliau mempunyai gelar MBAH TAKOL yang menurut ABAH bermakna, “Orang yang selalu berpindah-pindah dalam melakukan dakwah”. Ajaran yang dikembangkan Syekh Abdurrahman Al Magribi, menurut Abah tidak jauh berbeda seperti yang diajarkan ulama-ulama terdahulu. Abah mengatakan kalau makam ini tergolong makam tua di wilayah Jakarta. Keberadaan makam ini juga pernah membuat beberapa orang Jawa Timur penasaran. Beberapa orang tersebut bahkan mengatakan jika Syekh Abdurrahman ini masih berkaitan dengan keluarga “AL MAGRIBI” yang banyak terdapat di Jawa Timur. Memang jika menilik nama laqob “AL MAGRIBI" menunjukkan jika nama tersebut identik dengan keluarga besar Walisongo. Namun jangan lupa gelar AL Magribi ini juga sering disematkan kepada keluarga keturunan Sayyidina Hasan yang berasal dari Maroko. Kita perlu tahu kalau Al Magribi itu adalah nama lain Maroko pada masa lalu.
Terus terang masuk ke sekitar makam ini, kami seperti masuk kampung Betawi tempo dulu, disitu masih ada sumur tua, disitu masih masak dengan kayu bakar dan kiri kanan semuanya adalah pohon-pohonan, suara serangga masih banyak terdengar, satu minggu saya juga betah di tempat seperti ini, hanya saja nyamuknya luar biasa ramahnya.
Dalam beberapa obrolan kami dengan Abah, menurut beliau keberadaan makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Magribi Alhamdulillah sampai saat ini masih terjaga dan bertahan dengan baik ditengah bangunan-bangunan Universitas Indonesia.
Dari ABAH kami banyak mendapat informasi penting tentang keberadaan makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Magribi ini. Menurut beliau Syekh Abdurrahman Al Magribi adalah penyebar agama Islam yang berada di kawasan Universitas Indonesia, dahulu sebelum berdirinya UI kawasan ini adalah merupakan pemukiman warga Betawi yang kental dengan nilai keislamannya. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya makam-makam yang berada di sekitar makam Syekh Abdurrahman. Menurut Abah perubahan wilayah disekitar makam terjadi pada tahun 70an, dan pada beberapa tahun kemudian pemukiman tersebut harus berakhir setelah berdirinya Universitas Indonesia. Saya sempat bertanya kepada Abah, “Abah apa betul makam ini mau digusur?”. Abah menjawab dengan santai, “Ah tidak benar itu bang..sambil senyum” (Abah kadang manggil saya Bang, Bib, Ustadz, Abi, Bos, dll, Abah memang kocak orangnya). Menurut Abah Makam Syekh Abdurahman memang tidak digusur namun demikian kepedulian dari fihak yang berwenang dirasa masih kurang. Sebagai sebuah situs sejarah, menurut Abah makam ini harusnya diurus dan dipelihara keberadaannya oleh Dinas-dinas yang terkait, seperti misalnya Dinas Sejarah atau atau UI sendiri. Walau bagaimanapun Syekh Abdurrahman adalah sosok yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di wilayah dimana UI kini berdiri. Abah sendiri sudah berapa kali berusaha agar situs makam ini diperhatikan oleh fihak yang terkait, namun sampai saat ini tanggapan belum ada yang serius, namun walaupun demikian, Abah masih setia merawat makam dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu anda tidak usah heran kalau melihat lingkungan disini, bersih, asri dan rindang
Menurut Abah kalau datang ke tempat makam seperti Waliyullah Syekh Abdurrahman, jangan meminta yang macam-macam, cukup berdoa dan juga mengenang kembali akan jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam. Abah mengatakan ajaran Syekh Abdurrahman Al Magribi tidaklah neko-neko. Ajarannya cukup singkat, “jalani saja Islam secara baik dan sempurna”.
Sampai saat ini menurut Abah makam ini tidak pernah sepi dari ziarah. Ada saja yang datang. Bahkan pernah juga ada serombongan polisi yang datang ketempat ini untuk menyelesaikan sebuah kasus. Ketika mereka datang ke tempat ini, justru mereka merasa nyaman karena memang suasana di tempat ini sepi dan tenang. Mereka bahkan kemudian memasak dan makan di tempat ini. Ada juga yang pernah beberapa hari nginap karena merasa tempat ini menjadikan dirinya tenang. Memang jika datang ketempat ini, rasanya berbeda, selain sepi suasanan hijau membuat kita jadi lebih nyaman. Yang penting menurut Abah, bagi yang ingin kesini harus dengan niat yang benar dan tidak lupa juga melapor kepada fihak keamanan agar keberadaannya bisa diketahui. Intinya sopan santun dan etika tetap harus dijaga.
Selain makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Magribi, juga terdapat makam pengikutnya, disamping paling kanan dari arah pintu masuk adalah Nyi Dasimah dari Cirebon, kemudian ditengahnya ada makam Kyai Mojo (bukan Kyai Mojo yang dekat dengan Pangeran Diponegoro), dan di depan makam ketiganya ada satu makam yang bernama Syekh Jalaludin Al Magribi.
Setelah agak lama ngobrol dan silaturahim dengan Abah kami kemudian berziarah dengan adab-adab yang sudah kami pelajari. Setelah selesai berdoa, kami sempat mengambil beberapa gambar di lokasi sekitar. Setelah semua selesai, kami kemudian pamit kepada Abah untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.
Perjalanan kali ini jelas sangat berkesan….siapa sangka di tengah hutan kota yang tertutup ada sebuah makam bersejarah yang keberadaannya masih terjaga…semoga fihak-fihak yang terkait bisa memperhatikan dan menjaga situs ini, khususnya Dinas Pertanian DKI, Dinas Sejarah DKI dan juga UI sendiri. Semoga keberadaannya masih bisa terus bertahan…
Al Fatehah Untuk Syekh Abdurrahman Al Magribi, Syekh Jalaludin Al Magribi, Kyai Mojo dan Nyai Dasimah….