Condet seolah tidak pernah kehilangan pesona sejarahnya. Selaiin dikenal dengan masyarakat Betawinya yang religius, Salak Condet, Emping Condet, Silat Condet, Dodol Betawi Condet, para Sayyidnya, Condet ternyata juga menpunyai "harta karun" sejarah yang tidak sedikit.
Dalam edisi kali ini saya akan coba mengangkat kisah singkat salah seorang tokoh yang mungkin bagi sebagian besar masyarakat Condet kurang dikenal.Tapi justru karena kurang dikenal inilah yang menjadi ketertarikan saya untuk mendalaminya.
Keberadaan tokoh ini saya ketahui dari salah satu sahabat saya yang tinggal di Condet. Dia memberi tahu saya kalau di Condet ada seorang Waliyullah yang dimakamkan tapi jarang diketahui masyarakat. Dia memberi tahu saya karena telah melihat dan membaca beberapa tulisan saya berkenaan dengan kegiatan wisata ziarah dan sejarah yang telah saya lakukan.
Tentu saja dengan adanya informasi ini membuat saya senang dan segera saja langsung saya tindak lanjuti untuk mendatangi makam Waliyullah tersebut.
Saya mendatangi makam ini seorang diri. Seperti biasa Navigasi andalan saya adalah "Mulut". Untuk mencari tokoh-tokoh seperti ini bukanlah hal yang mudah karena mereka ini adalah orang-orang yang mastur (tersembunyi). Berapa kali ketika saya bertanya pada orang-orang sekitar banyak yang tidak mengetahuinya. Tapi Alhamdulillah untuk menemukan tokoh yang satu ini saya telah dipermudah Allah..
Siapakah tokoh kita kali ini ?
Waliyullah tersebut bernama Datuk Raiman.Beliau berasal dari Sumedang. Menurut salah satu keturunannya yang berhasil saya temukan, Datuk Raiman merupakan salah satu ulama yang ikut menyebarkan agama Islam di kawasan Condet. Makam beliau sudah ada sejak 150 tahun yang lalu.
Menurut Dzurriyah Datuk Raiman yaitu Bapak Abdurrahman, leluhurnya itu merupakan sosok yang tawadhu dan zuhud. Datuk Raiman menurutnya mempunyai beberapa karomah. Pak Rahman yang merupakan keturunan ke 6 dari Datuk Raiman mengatakan bahwa Datuk Raiman sosok yang paling gigih dalam mempertahanakan pola hidup sederhana. Dia tidak senang ketenaran bahkan sampai wafatnya dia berpesan agar batu nisan atau kuburannya dibuat sesederhana mungkin.
Mengenai gelar Datuk yang disandang leluhurnya, menurut Pak Rahman kemungkinan karena status keilmuwan agama yang dimiliki, karena kalau itu dikaitkan dengan Datuk gelar adat yang berasal dari Melayu dia merasa heran karena leluhurnya itu justru berasal dari Sunda.
Menurut beliau, salah satu ajaran yang merupakan warisan Datuk Raiman dan dipegang teguh beberapa keturunannya adaah : Haqqulah, Nurullah, Qudratullah. Ini adalah istilah-istilah dalam dunia sufi yang hanya bisa difahami oleh orang-orang yang sudah merasakan makrifat.
Menurut Pak Rahman, sosok Datuk Raiman ini memang seorang ulama yang tidak pernah mau menonjol. Saking ingin tidak menonjol ia berpesan agar makamnya jangan pernah dibangun apapun, buat saja apa adanya.
Pernah suatu saat ada orang yang pernah membatu atau membuat rapi makam beliau, tapi keesokan harinya makam beliau kembali seperti semula, aneh....
Makam beliau ini menurut Pak Rahman ada saja yang menziarahinya. Dan memang jika saya rasakan, masuk ke pemakaman beliau ini cukup tenang apalagi di dekat makam itu ada pohon sawo yang rindang. Uniknya keberadaan makam ini sudah sering saya lewati tapi saya baru sadar kalau tempat makam yang sering saya lewati itu ada makam Waliyullah. Makam yang tidak jauh dari sungai Ciliwung ini berada di jalan Gardu Jembatan III Balekambang Condet Jakarta Timur.
Condet memang banyak menyimpan rahasia sejarah, pantas saja banyak para ulama dan Habaib hijrah ke daerah ini, karena ternyata di daerah ini banyak dimakamkan Waliyullah. Keberadaan mereka jauh lebih awal sebelum datangnya para kaum Alawiyyin dan Hadarim yang saat ini banyak mewarnai wajah wilayah ini.