Senin, 28 Oktober 2024

SEJARAH JAYAKARTA SAMPAI KE BATAVIA

 

Masa Batavia, dapat dikatakan sebagai masa-masa berat dalam dakwah Islamiah karena saat kedatangan VOC, kraton Jayakarta yang merupakan pusat pemerintahan yang melindungi kekuatan Islam telah terbakar dan kemudian ditinggalkan penghuninya, otomatis pusat kekuasaan menjadi lumpuh. Tidak lama dengan jatuhnya kraton Jayakarta maka sejak saat itu Jayakarta dirubah namanya oleh Jan Pieterzoon Coen menjadi Batavia pada tanggal 30 Mei 1619 Masehi.

Setelah Belanda berhasil menaklukkan Jayakarta, kota ini oleh Belanda dihancurkan dan namanya diganti menjadi Batavia. Diatas reruntuhan kota tersebut dibangunlah sebuah kota dengan pola dan tata letaknya meniru kota di negeri Belanda. Rancangan kota tersebut membentuk sebuah fortalezza berbentuk kotak dimana bagian depan dari benteng digali parit Di bagian belakangnya terdapat berbagai bangunan dan gudang yang juga dikelilingi oleh parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kokoh. Benteng ini pada mulanya akan difungsikan sebagai kastil dan pusat perdagangan yang dimasa kemudian akan merangkap sebagai pusat pemerintahan merangkap sebagai tempat para pegawai kompeni Pembangunan ini merupakan cikal bakal dari berdirinya kota dengan lambang sebilah pedang dan perisai yang dikenal dengan nama Batavia Seluruh pembangunan tersebut selesai pada tahun 1650.[1]

Coen sendiri dikenal sebagai peletak dasar kekuasaan kita di Hindia Belanda, namun dia juga mempunyai kesalahan yang sangat buruk dari sisi kemanusiaan. Kesalahan terburuk yang disandang oleh Coen ialah pembunuhan massal yang dilakukannya di pulau Banda. Orang tidak dapat menghapus memori mereka tentang apa yang sudah dilakukan Coen di Banda.[2]

Pendirian kota Batavia di sebelah barat pesisir pantai utara Jawa, tidak dapat dipisahkan dari peran seorang tokoh yang bernama Jean Pieterzoon Coen. Meskipun sebelumnya Jayakarta (nama sebelum Batavia), dikuasai dan dibangun oleh Pangeran Fatahillah, akan tetapi situasi dan kondisi dalam bidang sosial dan ekonomi Jayakarta tidak seperti pada masa pengelolaan J.P. Coen. Setelah Jayakarta dikuasai oleh VOC, melalui kebijakan ekspedisi militer yang dirancang oleh JP. Coen, keadaan kota Jayakarta perlahan demi perlahan semakin meningkat dalam bidang sosial dan ekonomi. Peningkatan kota Batavia dalam lapangan sosial dan ekonomi dilatari oleh tiga kebijakan JP. Coen yang cukup berani, yakni meningkatkan aktivitas perdagangan di pelabuhan Sunda Kalapa, merevitalisasi kedudukan pulau-pulau di utara Batavia sebagai basis adiministrasi dan pertahanan dan keamanan, serta membuka pintu seluas-luasnya bagi pedagang dan pendatang etnis Tionghoa. Tiga kebijakan tersebut, sejatinya merupakan murni hasil pemikiran yang dituangkan olh JP. Coen, setelah mengambil alih wilayah Jayakarta dari penguasaan Pangeran Fatahillah.[3]

VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen pada tahun 1619 M berhasil merebut Jayakarta. Orang-orang Banten yang berada di Jayakarta diusir. Kota Jayakarta dibakar pada tanggal 30 Mei 1619 M. Jan Pieterzoon Coen mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia sesuai dengan nama nenek moyang bangsa Belanda, bangsa Bataf dan Batavia menjadi Markas Besar VOC. Usaha VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah makin mudah. VOC terus mengadakan perluasan wilayah kekuasaan. Pusat-pusat perdagangan penting di nusantara berhasil dikuasai, antara lain Malaka (1641), Padang (1662), dan Makassar (1667). VOC juga menguasai daerah-daerah pedalaman, misalnya Mataram dan Banten yang banyak menghasilkan beras dan lada.[4]

Akhirnya Jan Pieterzoon Coen memilih Jayakarta sebagai pusat pemerintahannya karena di Jayakarta ini terdapat gudang dan loji VOC yang berdiri sejak 1610. Namun karena Pangeran Jayakarta penguasa Jayakarta tidak menghendaki kehadiran Jan Pieterzoon Coen di wilayah kekuasaannya, kemudian Gubernur ini memperkuat diri dengan membangun benteng di sekitar Jayakarta.[5] Dahulunya orang Portugis menamakan kota Jayakarta dengan nama Jacatra. Sampai dengan tahun 1619 orang Belanda menyebut Jacatra juga. Sejak tahun 1619, setelah kota ini dikuasai oleh Belanda oleh De Heeren Zeventien (Dewan 17) dari Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), namanya diubah menjadi Batavia sesuai dengan nama nenek moyang bangsa Belanda yaitu bangsa Bataf.[6]



[1] Dede Reza Dita Permana (skripsi),  Perubahan Jayakarta Menjadi Batavia Pada Tahun 1619 (Tasikmalaya : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi,  2023), hlm. 22.

[3] Rani Noviyanti, Gubernur Jenderal Voc Jan Pieterszoon Coen Dan Pembangun Kota Batavia (1619-1629), SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hlm. 54.

[5] Ibid., hlm. 2.