Kamis, 25 Februari 2016

"HITAM PUTIH" ORANG CHINA DI INDONESIA

Unik jika bicara sejarah panjang bangsa yang satu ini....kadang kita benci tapi kadang juga senang...
Sejarah bangsa china memang sangat panjang di negeri ini, sejak dahulu mereka ini selalu saja mewarnai perjalanan bangsa...

Dalam keterangan sejarah yang ada, kita mungkin pernah membaca pada fase kerajaan Majapahit dimana salah satu utusan mereka dipotong kupingnya karena ingin majapahit tunduk terhadap kekuasaan china

Sementara itu beberapa puluh tahun kemudian mereka juga pernah mengutus Laksamana Muhammad Cheng Ho untuk menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan di Nusantara. Bahkan dalam perjalanan titian muhibah itu telah berhasil dicatat dan didokumentasikan oleh salah satu juru tulis mereka yang bernama Ma Huan yang juga seorang muslim, bahkan nanti dari catatan Ma Huan inilah bisa diketahui bagaimana wajah kehidupan berbagai suku dan kerajaan di negeri ini.

Dalam beberapa hubungan bahkan Sayyid Ibrahim as samarkondi atau ibrahim asmoro telah memperistri salah satu putri kaisar china, sayyid ibrahim asmoro adalah ayah Sunan Ampel. Hubungan lain yang juga tidak bisa dibantah adalah istri Sunan Gunung Jati yang bernama Ong Tien adalah juga putri kaisar china, bahkan disekitar makam sunan gunung banyak pernak pernik dari china. Salah satu guru Sunan Kudus bahkan seorang ulama yang asli china, begitu juga beberapa penyebar islam yang ada di Palembang pada masa lalu juga ada yang dari keturunan china dan masih banyak lagi tokoh tokoh besar masa lalu yang menikah dan mempunyai hubungan baik dengan orang china.

Selanjutnya silih berganti mereka mendatangi negeri ini untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mulai dari wilayah Tuban, gresik, surabaya, demak, cirebon, banten, jayakarta, lampung, palembang mereka datangi, kebanyakan untuk berdagang. Penjajah yang melihat banyaknya imigran china tentu sangat senang mengingat sepak terjang mereka dalam berusaha terkenal ulet juga loyalitas dengan penguasa setempat cukup baik, tidak heran dalam sejarah yang ada seperti sejarah Jakarta, Jan Pieterzoon Coen saja mempercayai Sow Beng Kong yang merupakan sahabatnya untuk ikut membantu membangun negeri Batavia yang baru. JP Coen sepertinya lebih percaya orang china daripada pribumi yang menurutnya tidak bisa dipercaya.

Sejak saat itulah bangsa china di negeri ini ditempatkan satu tingkat diatas bangsa pribumi yang sering disebut oleh penjajah sebagai bangsa INLANDER. Bangsa China pada waktu itu betul betul mendapat dispensasi khusus oleh pemerintah penjajah belanda, sekalipun demikian pernah juga terjadi dimana etnis china dihabisi penguasa batavia pada peristiwa angke, karena dituduh berontak, walaupun dalam satu riwayat dikatakan bahwa sebagian besar yang dihabisi adalah china Islam.

Sejak peristiwa angke, gesekan demi gesekan sering terjadi antata pribumi, penjajah dan bangsa china. Anehnya jarang kita dengar terjadi gesekan antara orang Arab dan Pribumi begitu juga arab dan penjajah.

Status sosial bangsa china yang sejak dahulu dianak emaskan telah membuat sebagian mereka bertindak layaknya seperti penjajah, mereka banyak yang menguasai tanah tanah rakyat, seolah telah menjadi Tuan dinegeri sendiri, mereka yang jadi Tuan Tanah bisa berhubungan baik dengan penguasa, bahkan bisa memberikan "nasehat" dalam beberapa kebijakan penguasa yang sudah tentu menguntungkan mereka, sedangkan bagi oranh china yang miskin nasibnya sering dipandang sebelah mata bahkan sering "dicekoki" candu, bagaimana dengan nasib pribumi ? Nasib pribumi seperti layangan kertas yang mudah untuk dicabik cabik.

Dalam sejarah yang ada, gesekan antara penjajah, china dan pribumi misalnya pada meledaknya perlawanan Pendekar Pituan Pitulung di Jayakarta. kasus Pitung yang dimana tanah leluhur mereka dirampas beberapa Tuan Tanah China yang didukung pemerintah Belanda telah menciptakan friksi yang cukup tajam antara pribumi dan tuan tanah yang didukung penjajah dan orang orang bayaran. Sejak mulai dari dirampasnya tanah Pitung inilah mulai timbul kebencian akan penindasan dan kesewenang wenangan para Tuan Tanah dan Penjajah.

Adanya friksi ini pada akhirnya menimbulkan sikal perlawanan kolektif. Suasana semakin panas tatkala belanda telah berhasil mengadu domba antara pribumi dengan pribumi.

Tapi betapapun demikian ternyata tidak semua orang china bersikap seperti para Tuan Tanah ini..beberapa orang china yang ada di daerah lain bahkan ada juga yang pernah terlibat dan membantu perekonomian rakyat bahkan juga ikut dalam dakwah dakwah islamiah, pada masa perjuangan bangsa mereka juga ada yang membantu, dan mereka itu tersebar di berbagai wilayah nusantara.

Peristiwa sejarah yang dirunut satu demi satu ini telah banyak menciptakan berbagai pendapat mengenai orang china yang ada di Indonesia ini. Ada yang bersikap anti ada juga yang bersikap terbuka. Penilaian ini semakin muncul tatkala pada masa Bung Karno orang orang china mendapat tempat di hati pemerintahan saat itu serta mendapat dukungan dari PKI. Tapi jangan lupa ada pula mereka yang tidak sependapat dengan langkah politik yang terlalu dekat dengan china. Tidak kalah berbeda pula pada masa orde baru, Pak Harto bahkan sangat memanjakan beberapa orang china seperti bob hasan, liem swie liong, ciputra, dll, dalam mendapatkan kemudahan usaha, bahkan konglemerat berdarah china bisa sangat dekat dengan kekuasaan sekecil apapun, gurita para konglomerat china bahkan sangat kuat melekat pada beberapa kebijakan Pak Harto.

Kita sebagai bangsa pribumi memang tidak bisa menafikan keberadaan mereka di negeri ini, mereka mungkin ada yang pernah menyakiti pribumi tapi tidak sedikit pula yang pernah membela kepentingan pribumi, mungkin kita masih ingat nama John Lie, Tan Joe Hok, Masagung, Yunus Yahya, Hembing, Liem Swi King, Cun Cun, Soe Hok Gie, Jacob Tung (ayah Yorris Raweyai), Alvin Lie, Tan Tjeng Bok, Mak Wok, Kwik Kian Gie, Deddy Coubuzer,Jaya Suprana, Rio Haryanto dan segudang nama lain yang mempunyi kontribusi besar terhadap bangsa ini, tapi disisi lain kita juga tidak akan lupa dengan tingkah pola para konglomerat hitam yang banyak membawa kabur uang rakyat kenegeri lain dan mereka banyak yang berdarah china. Belum lagi beberapa perusahaan besar yang merugikan negara dimana pemiliknya orang china..

Inilah wajah hitam putihnya mereka....

BILA DEMIKIAN......

LANTAS DIMANAKAH POSISI MEREKA YANG SELAYAKNYA KITA TEMPATKAN SAAT INI ?

Kita akan menempatkan mereka selayaknya sama seperti pribumi yang lain, selama mereka menempatkan diri sebagai satu kesatuan dengan bangsa ini, mereka wajib kita hormati dan apresiasi. Sekalipun di dalam diri mereka mengalir darah china, maka patriotisme diri mereka sebagai bangsa inj wajib didahulukan ketimbang negeri leluhurnya, namun kalau mereka lahir dan besar di negeri ini tapi mereka mengutamakan negeri leluhurnya apalagi melupakan merah putih maka sudah jelas dia bukan anggota bangsa ini dan wajib hukumnya kita mengingatkan kepada mereka agar mengingat betul kalimat ini "DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG" dan ingat juga kalimat ini "DIMANA ENGKAU TINGGAL MAKA DISITULAH TUMPAH DARAHMU SAAT ITU......"