17 Agustus 2016 membawa berkah buat saya karena pada hari itu saya berhasil menemukan sebuah makam bersejarah di wilayah Jagakarsa Jakarta Selatan. Penemuan ini tentu sangat mengejutkan buat saya mengingat keberadaannya yang sangat tersembunyi. Saya sengaja meneliti pada saat hari yang bersejarah bagi Indonesia, bagi saya inilah dedikasi yang bisa saya persembahkan untuk bangsa dalam bentuk "jihad" pada bidang sejarah, biarlah yang lain bergembira ria sedangkan saya lebih menikmati cara seperti ini.
Kesempatan Libur tentu menjadi sebuah peluang emas buat saya untuk menapaktilasi jejak para ulama terdahulu yang ada di Jakarta.
Sejujurnya sebelum 17 Agustus sebenarnya saya ingin mengangkat sejarah KH Noor Ali, KH Darip dan Guru Amin, namun hasrat saya yang menggebu gebu dalam menapak tilasi ulama-ulama Jakarta yang lain membuat saya menahan diri dulu untuk mengangkat sejarah 3 Macan Betawi ini apalagi saya lihat sudah ada beberapa orang yang menulis tentang mereka.
Perjalanan dimulai pukul 11 siang. Kali ini saya melakukan seorang diri karena kebetulan istri saya yang biasanya mendampingi setiap penelitian sedang ada kegiatan 17 Agustus di Tegal Parang Jakarta Selatan.
Dalam perjalanan menuju target yang dituju, sebelumnya saya menapaktilasi tokoh masa lalu di daerah Lenteng Agung. Dari sini saya menuju Srengseng Sawah juga untuk napak tilas. Setelah dari sini saya melanjutkan ke Jagakarsa untuk mencari makam seorang ulama dan Waliyullah mastur.
Seperti biasa, andalan saya dalam mencari adalah "Navigasi Mulut". Prinsip saya, kalau di Hutan Gunung saja saya bersama teman teman di Wanadri mampu menemukan titik koordinat yang akan kita tuju, kenapa di kota yang jelas banyak penduduknya malah tidak berhasil ? dan saya tipe orang yang tidak pernah mengandalkan google maps.
Dengan "Navigasi Mulut" inilah berkat izin Allah saya berhasil menemukan makam yang saya cari. Makam ini terdapat di jalan INDAH (disamping Kecamatan Jagakarsa ) Rt 05 Rw 07 No : 46 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa. Untuk bisa berziarah ke makam ini saya harus meminta izin terlebih dahulu mengingat makam ini berada di tanah milik pribadi.
Awalnya memang cukup sulit menemukan makam ini. Berapa kali saya bertanya kepada penduduk sekitar namun sebagian besar menyatakan tidak tahu. Titik terang mulai muncul saat saya mendapat informasi dari penduduk asli disana. Ternyata makam yang saya cari berada di area dalam rumah milik penduduk setempat. Rasa syukur saya ucapkan ketika menemukan makam ini, saya juga berterima kasih kepada Tuan Rumah yang bernama Bang Fikri yang sudah menyambut saya dengan ramah. Bang Fikri juga menyarankan kalau nanti mau ziarah hubungi Ibu Atin yang mengurus makam.
Memang tidak mudah untuk mencari makam Waliyullah yang mastur. "Mereka" sepertinya memang tidak ingin diketahui banyak orang. Namun karena niat saya hanya untuk ziarah dan mengambil pelajaran sejarah dari mereka, sayapun tidak patah semangat "silaturahim" dengan mereka.
Makam yang saya temukan ini bernama Syekh Ahmad Waliyullah. Beliau adalah utusan Sunan Gunung Jati untuk wilayah Jagakarsa. Saya mendapatkan info tentang beliau dari seseorang. Tadinya saya berfikir bahwa informasi ini tidak valid karena saya hanya dibekali nama dan perkiraan wilayahnya tanpa ada alamat yang jelas, tapi karena tekad saya sudah bulat, maka sayapun bersumpah untuk menemukan makam beliau.
Pada saat saya menemukan makam ini hal yang mengejutkan adalah : tertera di nisan kalau beliau wafat tahun 1582. Nah pada saat saya membaca nisan ini, tiba-tiba saya seperti ingat sesuatu tentang nama Wali ini, dan ternyata benar, setelah saya melihat diagram nasab tentang Jaringan keluarga besar Walisongo yang telah saya buat, ternyata nama SYEKH AHMAD WALIYULLAH ini adalah adik dari SUNAN GUNUNG JATI lain ibu ! Mungkin nantinya info ini bisa mengejutkan beberapa fihak mengingat banyak orang tahunya kalau Sunan Gunung Jati hanya punya satu adik (dari Rara Santang).
Keterangan lain yang semakin menguatkan keterangan diatas adalah bahwa jarak wafat antara Sunan Gunung Jati dan Syekh Ahmad Waliyullah ini ternyata tidak terlalu berjauhan, ini semakin mengindikasikan jika mereka ini adalah kerabat dekat.
Adanya informasi sejarah ini tentu semakin mempertegas adanya sebuah peradaban Islam di wilayah Jagakarsa Jakarta Selatan. Sebelumnya saya pernah menulis tentang Pangeran Jaga Raksa/Jaga Rasa/Jaga Karsa, kini muncul lagi nama Syekh Ahmad Waliyullah. Tentu keberadaah Syekh Ahmad Waliyullah di Jaga Karsa semakin membuktikan kebenaran kalau Jagakarsa dahulunya merupakan buminya para Aulia.
Syekh Ahmad Waliyullah jelas bukan tokoh sembarangan apalagi beliau adalah utusan khusus Sunan Gunung Jati. Jaga Karsa beruntung karena di tanahnya telah bersemayam jasad seorang Wali yang setaraf dengan Walisongo...
Berdasarkan keterangan Bang Fikri beberapa puluh tahun lalu makam ini sering diziarahi namun pada saat saat sekarang ini sudah nyaris tidak ada, mungkin karena posisi makam ini yang berada di dalam rumah sehingga hanya orang orang tertentu saja yang mengetahui keberadaan Waliyullah ini...
Al Fatehah untuk Syekh Ahmad Waliyullah....