Namanya tidaklah setenar ulama-ulama Jakarta lain. Mungkin kalau disebut namanya orang Jakarta akan berkerut dahinya, pikir sebagian mereka, siapa memang Syekh Syamsudin ?
Saya sendiri mengetahui beliau saat masih kecil. Kebetulan rumah pertama keluarga saya yang ada di Matraman Dalam berada samping makam ini. Saya tahunya makam ini adalah makam Keramat. Sehingga waktu kecil tidak jarang makam ini menjadi lokasi tempat bermain saya. Menurut sahabat ibu saya di daerah dekat makam ini pada masa kecilnya sekitar tahun 1920an, masih banyak pohon besar dan pada waktu itu disekitar makam tidak ada yang berani lewat apalagi malam hari. Waktu itu memang di sekitar makam kebun kebun sangat lebat.
Makam beliau berada di wilayah Matraman Dalam II Rt 15 Rw 08 Kelurahan Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta. Kondisinya saat ini sudah dijepit rumah rumah sekitarnya. Untuk masuk ke dalamnya kita harus melewati gang yang kecil. Di sekitar makam juga terdapat Pasar Kaget Matraman Dalam yang berlangsung pagi s/d zuhur. Pengurus makam dahulu adalah Almarhum Bapak Ibi. Kini saya kurang tahu siapa yang mengurusnya, namun setahu saya kondisi makam selalu bersih dan rapi.
Keberadaan beliau mulai menggugah saya saat guru ngaji saya berkata bahwa wilayah Matraman khususnya Matraman Dalam ada makam seorang Waliyullah. Guru ngaji saya ini mendapat informasi dari salah satu gurunya. Tentu saja ketika mendapat informasi ini saya terkejut main. Menurut ayah saya pada tahun 1955 memang di sekitar tempat ini dahulunya banyak terdapat makam, mungkin sebagian makam tersebut sudah dipindah ke wilayah Menteng Pulo bahkan bukan tidak mungkin beberapa ada yang ditindih oleh bangunan rumah.
Jika dilihat secara geografis bisa dikatakan kalau disini adalah pusat atau tengahnya wilayah Matraman Dalam Jakarta Pusat.
Keberadaan makam Syekh Syamsuddin memang merupakan misteri sejarah bagi sebagian orang. Namun demikian dalam penelitian maraton saya tentang sejarah Masjid Jami Matraman Jakarta Pusat, diketahui bahwa Syekh Syamsudin ini ternyata adalah salah satu penasehat dari Mbah Joned Dipomenggolo bin Pangeran Diponegoro yang pernah menetap di kampung Matraman Dalam yang dahulunya banyak terdapat keturunan pasukan Matatam yang hijrah pasca berhentinya perang Mataram melawan VOC tahun 1629 Masehi.
Perlu diketahui bahwa wilayah yang saya tempati ini mempunyai jejak sejarah yang luar biasa..Tercatat banyak tokoh besar yang berkaitan dengan wilayah ini, mulai Sultan Agung Mataram, Bung Karno, Bung Hatta, Gus Dur, KH Abdullah bin Nuh, KH Wahid Hasyim, Barack Obama, Prabowo dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya menyebut Matraman dan sekitarnya sebagai "HARTA KARUN SEJARAH JAKARTA"
Syekh Syamsudin yang saya ketahui berasal dari Slawi beliau datang ke Matraman untuk mendampingi putra Pangeran Diponegoro yang sedang diburu Penjajah Belanda. Setelah mengetahui keberadaannya kemudian beliau berdua saling bahu membahu untuk melakukan perlawanan bersama rakyat Matraman (luas wilayah Matraman dahulu sangat luas). Diperkirakan Syekh Syamsudin ini hidup antara tahun 1780 s/d 1840an. Beliau satu zaman dengan Pangeran Diponegoro.
Syekh Syamsudin inilah yang banyak memberikan dorongan moril kepada Mbah Joned untuk terus melakukan perlawanan kepada Belanda setelah ayahnya berhasil ditangkap secara licik. Kelak Mbah Joned hijrah ke Bogor Ciapus karena keberadaanya berhasil diendus Belanda sedangkan Syekh Syamsudin tetap tinggal di Matraman Dalam untuk mengembangkan dakwah Islamiah.
Sebagai seorang ulama plus pejuang, kemungkinan besar Syekh Syamsudin ini juga mengembangkan aliran silat Matramani untuk menggembleng para pejuang..aliran silat dipegang teguh oleh Mbah Joned Dipomenggolo. Kelak dikemudian hari aliran silat Matramani juga dipelajari oleh KH Nur Ali dan KH Darip Klender. Sayang .. kini semua itu tinggal sejarah saja...
Jejak sejarah Matraman kini tinggal Masjid Jami Matraman. Dan keberadaan makam Syekh Syamsudin jelas merupakan fakta sejarah yang mengukuhkan bahwa Matraman adalah wilayah bersejarah yang keberadaannya wajib kita pellihara semua....