Perjalanan saya kali ini adalah memasuki wilayah Jakarta Kota yang penuh dengan sejarah kelam, dimana didalamnya terdapat pusat pemerintahan penjajah sekaligus menjadi tempat pengadilan dan eksekusi bagi mereka yang dianggap kriminal dalam pandangan penjajah. Oleh karena dalam pandangan saya pribadi, selain disebut sebagai Museum Sejarah Jakarta, tempat ini adalah saksi bisu atau simbolisasi penjajahan sebuah bangsa yang dilakukan pada rakyat di negeri ini. Walaupun kadang disebut Museum Fattahilah tetap saja kisah kelamnya di masa lalu masih membekas pada negeri ini.
Sebelum menuju museum sejarah Jakarta, target pertama yang saya datangi adalah Museum Wayang. Kebetulan pada tanggal 9 Februari 2023 perjalanan yang dilakukan dalam rangka mendampingi anak-anak tercinta yang sedang study tour atau field trip.
Tentu saja ini menjadi kesempatan emas bagi saya untuk melakukan pencarian informasi dan menggali data-data tentang Sejarah Jakarta.
Di Museum Wayang ini kebetulan tempat yang menarik untuk dibahas adalah bekas makam² para penjajah yang salah satunya adalah Gubernur Jenderal Terkejam di Batavia yaitu Jan Pieterzoon Coen (Cohen), si Jangkung dari negeri Batafs. Si Jangkung yang wajahnya berkarakter dingin dan bengis ini terkenal akan kekejamannya. Saat dia berkuasa di Banda Naira, banyak penduduk yang dia bunuh dengan cara disiksa dengan cara kejam dan brutal, puncaknya adalah dia memenggal kepala orang orang yang berani melawan dirinya.
Di tangan kekuasaan dirinya, negeri yang tadinya lekat dengan nilai nilai Islam menjadi jahiliah, dia bawa budaya barat seperti minum minuman keras, perzinahan, jual beli budak. Dansa dansi menjadi budaya baru. Bersama Sow Beng Kong dia membangun kota ini, dari Jayakarta dia ganti namanya menjadi Batavia sesuai dengan asal usulnya.
Jika melihat nama akhir manusia kejam ini, ada dugaan kuat jika sosok ini keturunan Yahudi Eropa. Dalam beberapa informasi yang pernah saya baca, VOC sendiri merupakan organisasi yang didirikan oleh pengusaha dan pedagang kaya dari kalangan Zionis Yahudi.
Kekejaman dan kesombongannya akhirnya terhenti ketika pasukan khusus kesultanan Mataram berhasil menebas kepalanya dan membawanya dan dipendam di anak tangga makam Imogiri Jogyakarta. Kematian JP Coen sendiri oleh fihak penjajah sebagai akibat kolera.
Berdasarkan informasi petugas museum banyak versi tentang kematian JP Coen, petugas itu juga mengatakan bahwa makam JP Coen ada di Belanda dan dia nampaknya lebih menyetujui Coen mati karena kolera sesuai dengan informasi penjajah. Petugas meseum nampaknya terkesan hati hati dalam menjawab pertanyaan pertanyaan saya..
Beberapa tahun lalu, saya pernah mendapatkan sebuah dokumen langka tentang keberadaan makam JP Coen, sayangnya itu dokumen tidak jelas dimana rimbanya. Dalam dokumen tersebut, saat dilakukan kegiatan penggalian untuk memindahkan makam² yang sebelumnya ada di museum wayang ini, ada satu makam yang ternyata tidak ada kepalanya. Setelah penemuan itu tidak terdapat lagi kabar, apakah kerangka tanpa kepala itu dibawa ke Belanda ataukah dipindah ke makam Petamburan ? Masih belum jelas.
Apapun nasib kepala atau jasad JP Coen, yang jelas dia telah menorehkan sejarah kelam dalan perjalanan sejarah Jakarta, kebenciannya akan Islam nampak sekali terlihat ketika kehidupan pesisir terutama di dalam benteng kota dirubahnya menjadi jahiliah. Hampir tidak tersisa bangunan² Islam ketika dia berkuasa..orang-orang Islam Banda Naira adalah korban tragis dari sosok bermata tajam ini.