Pernah ada satu pembaca buku saya kecewa berat pada satu tulisan tertentu, tadinya dia kagum dan bilang "buku ini keren", tapi tiba² dia langsung ilfil ketika melihat ada sebuah kutipan yang saya ambil. Sebagai seorang yang menekuni sejarah, dia menganggap kalau saya telah melakukan sebuah kesalahan fatal.
Apa reaksi saya ? Ya saya langsung buka tulisan tersebut dan mengakui kalau memang itu kealpaaan walaupun sebenarnya itu kutipan ilmiah dan terdapat pula pada buku² lain. Namun demikian saya tetap terbuka bahkan siap untuk melakukan interpretasi dan rekontruksi ulang tulisan tersebut, lagipula saya malah bersyukur, itu tandanya dia telah membaca buku yang saya tulis.
Dari dulu saya adalah orang yang tidak alergi terhadap kritik dan masukan apalagi kalau sudah menyangkut sejarah dan nasab. Prinsip saya, buat apa mempertahankan kesalahan kalau memang masih bisa diperbaiki. Malu karena salah ? Malu bagi saya hanya milik orang² pecundang...Akui saja kalau kita memang keliru, lagipula untungnya apa sih ngotot dengan kesalahan ? Lagipula saya menulis sejarah dan nasab murni untuk ilmu pengetahuan bukan karena pesanan. Kalaupun saya jualan buku dari hasil tulisan saya, ya sah sah saja toh....memangnya ada yang salah kalau saya jualan ? Toh semuanya telah saya niatkan karena Allah SWT.
Jadilah orang yang terbuka, apalagi kalau sudah urusan sejarah dan nasab, jangan selalu sok tahu dan mencari menang menangan, hargai pendapat orang tanpa harus menjatuhkan, jangan merasa paling pinter, karena orang yang merasa paling pinter dan paling alim itu 11 - 12 sama Abu Jahal, Firaun dan Namrudz.
Satu lagi yang paling penting, kalau ada orang yang katanya alim dan paling ngerti soal nasab dan sejarah tapi merendahkan "SANAD" keilmuan, tinggalkan !!! Karena orang seperti itu hanya bicara seenaknya dan sesuai hawa nafsunya saja karena dia sudah tidak menghargai "SANAD'" yang sejak dahulu selalu menjadi bagian penting bagi para ulama² kita...