Bila bicara sejarah perjalanan pada bangsa ini maka janganlah pernah melupakan 3 kata yang populer, Gold, Gospel dan Glory. # kata ini adalah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri.
Demikian juga kita jangan lupa, bahwa dibalik datangnya Bangsa Portugis, mereka juga punya tujuan lain, salah satunya adalah misi Kristenisasi terhadap Umat Islam Di Asia Tenggara, kondisi ini akhirnya bisa terbaca oleh keluarga besar Walisongo. Kami tidak bermaksud mengangkat tema ini sebagai bahan kajian untuk dijadikan masalah SARA, namun fakta kedatangan penjajah dengan niat seperti ini sudah lama diketahui oleh para ulama kita. Bagi kami berkompetisi dalam menyebarkan Idiologi keagamaan itu silahkan-silahkan saja. Yang penting ketika “kompetisi” itu berlangsung, semua dilakukan dengan cara sehat, cerdas dan tanpa disertai penjajahan.
Untuk lebih mempertegas dari apa yang kami ungkapkan ini, adanya niat dari kerajaan Portugis ini bahkan diperjelas oleh Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara (2009:156,162) bahwa target sasaran utama usaha Imperialisme Barat adalah untuk menahlukkan Islam. Umumnya menurut Prof. Mansur banyak dari kita lupa bahwa imperialisme Barat dibangun oleh Negara Gereja Vatikan dan KERAJAAN KATOLIK PORTUGIS dan SPANYOL sebagai pelaksana ide Imperialisme Barat yang pertama pada abad ke 15 Masehi.
Setelah bangsa Portugis kemudian disusul Kerajaan Protestan Belanda yang berhasil mendirikan VOC tahun 1602 Masehi dan akhirnya mencaplok Jayakarta tahun 1619 Masehi. Misi penjajahan yang salah satunya adalah merubah Agama Islam menjadi Agama Katolik dan itu berdasarkan Perjanjian Tordesilas Spanyol 7 Juni 1494 Masehi yang isinya memberikan kewenangan penuh kepada Kerajaan Katolik Portugis menguasai wilayah Timur, sebaliknya Spanyol wilayah Barat dan salah satu prinsip dasarnya bahwa negara negara yang tidak beragama Katolik dinilai sebagai bangsa Biadab!. Dan Bangsa Portugis dibolehkan merampas ditanah Jajahan, setelah itu kembangkan agama Katolik dan setelah itu memperoleh kejayaan. Keterangan dari Mansur Suryanegara ini bahkan diperkuat oleh tulisan Jenderal AH Nasution (1966:25) yang mengatakan bahwa Portugis dan Spanyol adalah kekuatan inti dalam melawan Islam yang berada di daerah Timur Tengah terutama pada saat perang Salib. Nampaknya aliansi 2 kekuatan ini juga tidak lepas dari latar belakangnya dari dendam kepada Turki Usmani yang pernah mengalahkan mereka.
Menurut Jenderal AH Nasution Portugis dan Spanyol datang ke Samudra Indonesia itu disamping semangat petualangan, semangat ekonomi, semangat lainnya, juga diboncengi dengan semangat pertentangan agama yang telah begitu mendalam di Timur Tengah dan Eropa. Disaat saat seperti itulah akhirnya kedua bangsa ini masuk Ke Indonesia. Portugis dan Spanyol pada waktu itu merupakan negara Maritim yang terkuat di Eropa dan dengan demikian untuk pertama kalinya pula dapat membuat orang Eropa mengelilingi dunia dengan pelayarannya. Inilah hal-hal yang menjadikan kerajaan Islam tidak sempat berkembang, karena sudah ada saingan yang baru datang dari Eropa seperti Bangsa Portugis dan Spanyol dan itu kemudian diikuti oleh Belanda dan Inggris.
Adanya penguasaan wilayah laut oleh kedua bangsa ini tentu kedepannya akan menentukan arah politik negara-negara di Asia Tenggara termasuk wilayah-wilayah Kesultanan Islam. Menguasai laut itu adalah kunci bagi kedua bangsa ini untuk menguasai wilayah dunia termasuk Asia Tenggara. Berbagai cara mereka lakukan untuk menguasai lautan, mulai dari mengadakan perjanjian-perjanjian dengan berbagai Kesultanan Islam yang tentu sangat menguntungkan mereka, juga berusaha menghancurkan semua kekuatan Maritim Kesultanan Islam, sampai kepada usaha untuk memperbesar kekuatan Maritim yang mereka miliki dengan tehnologi persenjataan dan perkapalan yang canggih pada masa itu. Portugis dan Spanyol pada masa itu sedang mengalami puncak kejayaan dalam bidang kelautan, sedangkan bangsa Indonesia paska runtuhnya Majapahit dan Sriwijaya, mulai mengalami penurunan dalam bidang kelautan. Kekuatan Maritim hanya berada di beberapa Kesultanan saja, seperti Demak, Cirebon, Banten, Malaka, Aceh, Jepara, Tuban, itupun tidak sebesar dari Kedua Kerajaan itu.
Dendam kusumat bangsa Portugis dan bangsa Spanyol kepada umat Islam memang luar biasa, namun demikian kenapa bangsa Portugis bisa bersikap benci kepada agama Islam, kita juga perlu mengetahui latar belakangnya. Dengan mengetahui latar belakang itu, kita nanti akhirnya menjadi tahu kenapa kantong-kantong pemerintahan Islam yang berbentuk Kesultanan banyak yang mereka caplok untuk kemudian mereka jadikan jajahan yang penting, mulai dari Malaka, Pasai, Ternate, sampai kepada usaha mereka yang ingin mencaplok Sunda Kelapa. Mereka bangsa Portugis benar-benar ingin menghancurkan kekuatan Islam yang diwakili oleh Kesultanan-kesultanan Nusantara. Kedua bangsa ini menurut Nasution (1966:27) banyak menguasai tempat-tempat yang strategis untuk berdagang dan membuat benteng-benteng yang menyimpan obat-obatan dan bahan bahan makanan seperti di Aceh, Malaka, Banten, Sulawesi, Ternate, Tidore, Philipina. Sampai sekarang benteng itu masih bisa dilihat terutama di Aceh, Sulawesi Utara (di Amurang). Dengan cara membuat benteng yang merupakan pusat distribusi, maka Portugis dan Spanyol memulai penjajahannya sekaligus memasukkan pula kepentingan agama dan politik. Disamping dengan pertempuran dan kekerasan mereka menjajah dengan cara yang cukup mendalam dan cerdik misalnya dengan mengawini wanita setempat, sehingga sampai sekarang pengaruh nama-nama yang berbau Portugis dan Spanyol bisa kita temukan didaerah seperti Timor, Ternate, Tidore, dan juga Philipina. Cara-cara yang dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol ini juga dilakukan di Amerika Latin dan Amerika Tengah dengan praktek yang sama. Ini justru bertolak belakang dengan Inggris dan Belanda yang menjajah dengan membatasi diri pada bidang perdagangan, militer, dan politik, kedua bangsa ini sejauh mungkin menghindari percampuran darah dengan penduduk asli. Namun cara Belanda dan Inggris sebenarnya juga tidak jauh berbeda dalam menjajah, pada hakekatnya keempat negara yang disebut ini yaitu Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris semua melakukan penindasan dengan mengeruk keuntungan dan merampok kekayaan sebuah bangsa.
Sumber : BUKU "FATAHILLAH MUJAHID AGUNG PENDIRI KOTA JAYAKARTA', DISUSUN OLEH : Iwan Mahmoed Al Fattah II
Sumber foto dari : "informazon.com"