Bismillahirrahmanirrahim..
Alhamdulillah,
wassholatu wassalamu ala Rasulillah. Segala puja dan puji syukur, marilah
senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia nikmat Nya
yang terbesar yaitu nikmat Iman, nikmat Islam serta nikmat sehat wal afiat.
Shalawat dan dan salam marilah senantiasa kita curahkan kepada Penghulu Nabi
dan Rasul, Manusia yang paling Agung Sepanjang Masa, Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta segenap para Ahlul Baitnya dan para sahabatnya yang telah
setia dalam membantu beliau melaksanakan tugas risalah suci menyelamatkan ummat
manusia dari kejahiliahan dan kesesatan dalam hidupnya, semoga kita semua
senantiasa mendapatkan Syafaat dari beliau kelak dikiamat nanti, Amin Ya Robbal
Alamin..
Saudaraku
yang berbahagia yang berada dalam ruang lingkup dunia maya.....
Beberapa
minggu ini kami merasakan sebuah kegelisahan yang begitu mengkhawatirkan yang
dirasakan saudara-saudara kita ummat muslim khususnya mengenai
persoalan-persoalan dalam bidang akidah. Persoalan yang cukup rawan ini
sebenarnya sudah lama terjadi di beberapa wilayah Nusantara, namun selama ini
hal tersebut tidak terlalu besar gaungnya, semua bisa diselesaikan berkat
kerjasama antara pemerintah dan ulama setempat. Persoalan menjadi besar ketika
beberapa minggu yang lalu, dimana telah terjadi kekerasan fisik antara
satu fihak dan fihak lain, dan ini kemudian juga berkaitan dengan
salah seorang pemuka agama yang cukup ternama di negeri ini serta kemudian
berhubungan dengan salah satu pengikut sebuah akidah yang dianggap berseberangan
dengan ulama tersebut. Sebagai seorang ulama ternama dan merupakan publik figur
tentu sorotan media kepada ulama tersebut sangat besar dan luas, sehingga tidak
heran sampai sekarang kami merasakan bahwa persoalan tersebut masih
terasa “hawanya”.
Persoalan
tersebut pada akhirnya menciptakan pro dan kontra. Memang jika kita pelajari
dalam sejarah peradaban Islam yang ada, persoalan seperti ini sudah pernah
beberapa kali terjadi, apalagi bila ini berkaitan dengan salah satu
akidah yang dianggap kontroversial dalam sejarah perkembangan aliran-aliran
dalam sejarah Islam. Sejak dulu persoalan-persoalan tersebut tidak pernah
mencapai “finisnya”. Sejak masa Khulafaurrasyidin sampai sekarang persoalan
antara akidah tersebut dengan akidah lain tidak pernah berhenti untuk saling
menunjukkan siapa sebenarnya yang berada didalam posisi “terbaik”.
Persoalan
yang paling sering diangkat, salah satunya adalah tentang keberadaan Ahlul Bait
Nabi Muhammad SAW, baik itu mengenai keturunannya, pengikutnya, tokoh-tokoh
keturunan Ahlul Bait serta ajaran-ajaran serta akidah yang dianut dari Keluarga
Besar Ahlul Bait itu sendiri. Kami sendiri terus terang merupakan orang yang
sangat mencintai Ahlul Bait. Bagi kami mencintai Ahlul Bait hukumnya wajib.
Sudah tentu kecintaan kami berdasarkan Allah dan Rasul-Nya serta tuntunan dari
ajaran-ajaran para Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yang diantaranya seperti
Keluarga Besar Walisongo dan Keluarga Besar Alawiyyin pada umumnnya.
Persoalan
yang berkaitan dengan Ahlul Bait Rasulullah SAW memang memiliki sejarah yang
sangat panjang dan berliku-liku. Jika kita pelajari satu persatu sejarah
mereka, kami jamin air mata anda semua akan tumpah karena begitu luar biasanya
perjuangan mereka dalam menegakkan sebuah kebenaran dimata Allah. Bukan
hanya satu atau dua dari mereka yang menjadi korban dalam sebuah
kesewenang-wenangan, sudah banyak yang kami pelajari jika Ahlul Bait sering
mengalami berbagai cobaan yang luar biasa beratnya. Mempelajari siapa itu Ahlul
Bait, terutama mereka yang menjadi tokoh-tokoh besarnya, tentu kita tidak
harus berkutat pada satu tokoh semata, ini dikarenakan bahwa Jumlah Ahlul Bait
itu luar biasa banyaknya, dan hebatnya mereka banyak yang menjadi pelita bagi
ummat manusia ini. Nama seperti Al Imam Husein, Al Imam Hasan, Al Imam Hasan Al
Musanna, Al Imam Ali Zaenal Abidin, Al Imam Zaid bin Ali Zaenal Abidin,
Al Imam Muhammad Al Baqir, Al Imam Jakfar As-Shodiq, Al Imam Musa Al Kadzim, Al
Imam Ali Al Uraidhi, Syekh Abdul Qodir Jaelani, Syekh Abu Hasan Assadzili,
Imam Ahmad Al Muhajir, Al Imam Al Faqih Muqaddam, Al Imam Abdul Malik
Azmatkhan, Sayyid Abdullah Al Haddad, Syekh Abu Bakar bin Salim, Kyai Marogan,
Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Syekh Junaid Al
Batawi, Mbah Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ary, KH Muhammad Dahlan, Sayyid
Bahruddin bin Sayyid Abdurrozaq, Syekh Yasin Al Fadani, Sayyid Muhammad Al
Maliki, Habib Ali Kwitang, Habib Ali Husein Al Attas, Habib Salim Jindan, Habib
Sholeh Tanggul, serta masih banyak ribuan ulama besar keturunan Ahlul
Bait yang belum sempat kami sebutkan satu persatu.
Mempelajari
Sejarah Ahlul Bait ataupun mencintai mereka, janganlah dianggap bahwa itu hak
monopoli atau milik dari satu golongan atau milik dari salah satu akidah
tertentu. Kenapa kami mengemukakan hal ini? Karena sampai saat ini kami masih
melihat beberapa orang yang tiba-tiba dengan mudahnya menjustifikasi bahwa
orang yang dekat dengan Ahlul Bait itu pasti dari golongan tertentu. Padahal
siapapun boleh mencintai Ahlul Bait, tidak ada batasan dan tidak ada larangan
untuk mencintai Keluarga Nabi Muhammad SAW ini. Bahkan para Sahabat Rasulullah
SAW saja memperlakukan Ahlul Bait dengan sangat hormat, bahkan keturunan para
Sahabat Seperti Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar dan Sayyidina Usman terus
menjalin hubungan yang erat dengan Ahlul Bait melalui tali pernikahan (hal ini
pernah kami tulis dalam artikel sebelumnya...)
Terus terang
jika melihat salah satu tokoh besar atau Imam Ahlul Bait itu dibicarakan dengan
nada yang tidak pantas seperti menggunjingnya, menghujatnya, menjual
namanya, mengatasnamakan dirinya secara sefihak, merendahkannya,
melecehkan ajarannya, terutama yang terjadi pada Imam-imam Ahlul Bait periode
awal, kami merasa prihatin dengan sikap mereka itu, mereka yang sering membicarakan
Imam-imam tersebut, sudah jelas mereka itu tidak mengenal siapa yang mereka
bicarakan tersebut.
Salah satu
Imam Ahlul Bait yang sering sekali dibicarakan oleh beberapa fihak adalah Al
Imam Jakfar Shodiq Ra. Kami beberapa saat sempat terhenyak ketika kami dapati
ada beberapa orang berani menghina Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, ah apakah mereka
yang menghina itu sudah mengenal siapa Imam Jakfar Asshodiq Ra ini? Sehingga
berani-beraninya menghina beliau. Hal yang memang sering sekali diangkat dan dibicarakan
tentang beliau ini adalah tentang keberadaannya yang dianggap sebagai salah
satu Imam besar pada salah satu akidah tertentu. Sayangnya dalam beberapa
pembahasan mengenai beliau ini, masih kami dapati kesan sinis dan tiba-tiba
langsung menjatuhkan “vonis bersalah” ketika mendengar nama beliau kepada
mereka yang mengungkapkan jati diri dari Imam Jakfar Ash-Shodiq ini, bahkan
kesan sinis itu merembet kepada masalah keberadaan Ahlul Bait yang dianggap
tidak ada!. Aneh mengatakan Dzurriyah Rasulullah SAW tidak ada? Berarti
pengetahuan “mereka” tentang sejarah keturunan Rasulullah SAW masih sangat
minim.
Mereka yang
berpandangan negatif terhadap Imam Jakfar Shoddiq Ra beralasan bahwa beberapa
ajaran atau perkataan Imam Jakfar Shodiq itu banyak yang menyimpang. Para
pencinta Ahlul Bait Sejati yang menggunakan ajaran Imam Jakfar Asshodiq tidak
jarang terkena imbasnya dengan dihujat habis-habisan. Padahal para pecinta
Ahlul Bait itu banyak yang merupakan pemegang ajaran Ahlusunnah Wal
Jamaah.
Sebenarnya
kalau mereka mau teliti secara jernih dan mendalam, betulkah bahwa yang
mereka katakan menyimpang itu ucapan asli dari seorang Imam Jakfar Shoddiq Ra?
Terutama jika dibawakan oleh salah satu akidah tertentu. Ingat Imam Jakfar
Shoddiq Ra adalah ulama besar yang mempunyai 4000 murid dan ribuan pengikut
fanatik yang tersebar dari beberapa negara!. Jadi kalau ada sebuah pendapat
yang mengatasnamakan beliau namun isinya banyak menyimpang dari logika kita dan
syariat Islam tentu harus segera difahami dengan kritis dan cerdas, kalau ada
ajaran Imam Jakfar Shoddiq Ra yang diantaranya menghina para Sahabat, menghina
Istri Rasul, sudah tentu itu bukan berasal dari beliau. Mungkin 4000 murid
beliau tersebut katakanlah tidak berkhianat, namun pengikut-pengikut fanatik
beliau yang ada di beberapa wilayah lain apakah bisa menjamin mereka itu
betul-betul setia pada Imam Jakfar Shoddiq Ra? Apakah menjamin mereka yang
mengaku mencintai beliau justru menjadi penyusup dalam merusak ajaran beliau
yang asli?
Al Imam
Jakfar Shoddiq Ra adalah seorang ulama Ahlul Bait yang cukup ternama pada
masanya, akhlak beliau ini terkenal di seluruh umat muslim ada masa itu. Sifat
wara’nya, sifat kasih sayangnya, sifat sabarnya, lisannya yang damai, wajahnya
yang teduh serta ilmunya yang luas pada pada masa itu nyaris tidak ada
tandingannya, bahkan hingga kini nama beliau masih harum karena sumbangsih
ilmunya yang seolah-olah seperti lautan, tidak pernah habis hingga wafatnya.
Jadi kalau ada fihak-fihak yang mengaitkan beberapa ajaran yang menyimpang dari
ajaran Rasulullah SAW dan para Sahabat, dapat dipastikan bahwa itu bukan
berasal dari Imam Jakfar Shoddiq Ra.
Oleh karena
itu demi meluruskan sejarah beliau ini kami mencoba untuk meneliti kembali
sejarah ajaran dari Imam Jakfar Asshodiq ini. Jujur kami sendiri sangat
yakin 1000 % bahwa ajaran beliau ini tidak akan pernah menyimpang, kenapa
demikian? Karena beliau ini adalah satu satu pemegang mata rantai atau pemegang
sanad yang utama dari banyaknya ilmu-ilmu Islam pada masa itu. Pemegang sanad
seperti beliau jelas tidak perlu diragukan kredibilitasnya, karena dengan
adanya adanya sanad pada sebuah ilmu, jelas itu bisa dipertanggungjawabkan
secara dunia dan maupun akhirat, apalagi sekelas beliau yang merupakan Imam
Besar pada masa itu dan merupakan Ahlul Bait yang sudah banyak diketahui akhlak
dan budi pekertinya di tengah masyarakat Islam pada masa itu. Dari tangannyalah
pula telah banyak ulama-ulama besar lahir. Dari beliau pula telah banyak
lahir ulama-ulama besar Ahlusunnah Wal Jamaah diantaranya Imam Hanafi dan Imam
Maliki. Beliau juga mempunyai pengikut yang setia yang mereka itu
mengikuti ajaran Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, yang ajarannya tentu sangat
sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan para Sahabat. Sehingga alangkah aneh
dan janggalnya jika beliau yang notabenenya pemegang sanad keilmuan,
justru dianggap mempunyai ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu
sendiri. Sekali lagi kami tegaskan jika ada kitab, ataupun ucapan yang
mengatasnamakan beliau namun isinya penuh dengan keanehan seperti menghina para
sahabat ataupun menghina istri Nabi serta ajaran-ajaran yang dianggap
menyimpang lainnya, maka jelas itu bukan ucapan seorang Imam Jakfar Shoddiq!.
Jauh panggang daripada api kalau menisbatkan ajaran tersebut kepada diri ulama
besar dan mulia ini.
Untuk
membuktikan jika Imam Jakfar Shoddiq Ra tidak seburuk yang digambarkan oleh
beberapa fihak, maka yang harus kita pelajari terlebih dahulu adalah
bagaimanakah sebenarnya nasabnya itu. Insya Allah dalam sepengetahuan kami
mempelajari ilmu nasab, terutama nasab-nasab Ulama keturunan Ahlul Bait, Gen
keturunannya pun tidak jauh berbeda, karena kondisi sosial mereka memang sudah
sengaja mereka ciptakan dalam ruang lingkup pendidikan keagamaan, dalam sejarah
keturunan Ahlul bait kebanyakan mereka memang banyak hidup sebagai ulama
dan pemimpin umat. Sudah tentu sebagai seorang ulama besar pada masa itu, Imam
Jakfar Shodiq Ra pasti memiliki nasab yang istimewa.
Salah satu
keunggulan atau keistimewaan seorang Imam Jakfar Asshodiq Ra adalah nasabnya
(garis keturunan) yang mempunyai banyak jalur pertemuan atau tautan nasab.
Nasab beliau ini bila dipelajari ternyata memang mempunyai keterkaitan
dengan nasab-nasab para Sahabat Rasulullah SAW seperti Sayyidina Abu Bakar
Asshidiq Ra.
Adapun Nasab
Beliau adalah :
1. Jalur
Pertama : Jakfar Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin
Al Husein binti Fatimah binti Muhammad Rasulullah SAW.
2. Jalur Kedua
: Jakfar Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bi Al Husein bin
Ali KWA bin Abi Thalib.
3. Jalur Ketiga
(nasab ibu beliau) : Ummu Farwah/Ummu Qosim/Qoribah/Fatimah binti Al Qosim bin
Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq Ra
Dalam
catatan Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdul Rozaq & Sayyid Shohibul Faroji
Azmatkhan serta catatan Sayyid Idrus Alwi Al Mahsyur, salah satu keturunan Imam
Jakfar Ash-Shodiq Ra yang menurunkan keluarga besar Alawiyyin di Hadramaut
Yaman adalah Al Imam Ali Al Uraidhi yang kemudian menurunkan Imam Muhammad
An-Naqib lalu turun kepada Imam Isa Arrumi dan Imam Ahmad Al Muhajir yang
kemudian menurunkan Imam Ubaidhillah dan kemudian Imam Ubaidhillah menurunkan
Imam Alwi Al Mubtakir yang merupakan cikal bakal munculnya Bani Alawi di
Hadramaut Yaman. Bani Alawi merupakan leluhur Walisongo dan Beberapa
Sultan-sultan di Nusantara seperti Kesultanan Demak, Banten, Cirebon,
Palembang. Artinya jika melihat fakta ini Imam Jakfar juga merupakan leluhurnya
Walisongo dan Sultan-sultan Nusantara khususnya mereka yang keturunan dari
Sayyid Abdul Malik bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath. Sayyid
Bahruddin Azmatkhan serta Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan juga mencatat,
sampai sekarang keturunan dari Imam Jakfar pada beberapa anaknya yang lain
seperti Imam Muhammad Al Akbar dan Al Imam Musa Al Kadzim menyebar di beberapa
negara seperti Irak, Iran dan beberapa daerah lainnya.
Jelas jika
melihat susunan nasab diatas, Imam Jakfar Shoddiq merupakan perpaduan tiga
nasab terbaik, yaitu nasabnya Rasulullah SAW, nasabnya Sayyidina Ali KWA, dan
nasabnya Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra.
Dengan
adanya perpaduan dua nasab ini tidak heran jika Al Imam Jakfar Shoddiq dalam
biografi sejarahnya sangat mencintai ketiga manusia terbaik tersebut, khusus
untuk Sayyidina Abu Bakar Ra bahkan Imam Jakfar Ash-Shodiq sering
membangga-banggakan Sayyidina Abu Bakar Ra dihadapan khalayak ramai. Karakter
Sayyidina Abu Bakar Ra yang lembut hati, lunak, banyak menangis karena takutnya
kepada Allah betul-betul melekat kuat pada diri Imam Jakfar Shodiq ini. Kakek
dari fihak ibunya yaitu Al Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Ra bahkan termasuk
tokoh Quraisy yang pada zamannya dikenal sebagai orang yang berbudi luhur,
pantang hidup mewah, berilmu dan hidup zuhud. Adanya karakter yang baik serta
adanya fakta nasab ini telah membantah dengan tegas jika ada klaim bahwa beliau
telah mengajarkan pengikutnya untuk menghina Khalifah Abu Bakar Ra, bagaimana
mungkin seorang cicit menghina buyutnya sendiri? Yang juga kita harus fahami
bahwa nama Imam Jakfar dibelakangnya itu memakai As-Shodiq, gelar yang sama dan
pernah dipakai oleh salah satu buyutnya yaitu Sayyidina Abu Bakar As-Shidiq Ra,
jadi sangat tidak masuk akal seorang cicit yang kemudian memakai gelar yang
sama dengan buyutnya tiba-tiba menghina buyutnya sendiri. Dari bukti nasab ini
saja sudah membuktikan jika tidaklah pernah ada ajaran Imam Jakfar Shodiq yang
aneh-aneh dan tidak sesuai dengan ajaranya Rasulullah SAW dan para Sahabat.
Yang jelas semua leluhur Imam Jakfar Shodiq terkenal sebagai keluarga yang
berakhlak mulia dan sangat mencintai para Sahabat Rasulullah SAW.
Satu lagi
tentang keistimewaan dalam diri Imam Jakfar Ash-Shodiq adalah penamaan dirinya.
Dalam tradisi bangsa Arab, panggilan atau gelar pada diri seseorang sangatlah
penting, karena itu nanti akan menunjukkan status sosial atau karakter dari
orang tersebut, oleh karena itu sebagai seorang tokoh besar pada masa
itu, Imam Jakfar Shodiq mempunyai banyak nama dan gelar.
Diantara
Nama-nama Julukan Imam Jakfar bin Muhammad Al Baqir adalah sebagai berikut :
1. Abu Abdullah
2. Abu Ismail
3. Abu Musa
4. Ash-Shodiq
(orang terpercaya)
5. Al Fadhil
(Orang yang utama)
6. Al Qaim
(orang yang tekun Sholat)
7. Al Kafil
(Pengasuh)
8. Al Munjiy
(penyelamat)
Namun dari
sekian banyak nama yang beredar, yang paling sering digunakan masyarakat Islam
untuk memanggil beliau pada masa itu adalah nama ABU ABDULLAH dan IMAM JAKFAR
ASH-SHODDIQ.
Adapun Ciri
Fisik Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra
1. Beliau tidak tinggi namun juga tidak
pendek
2. Wajahnya cerah
3. Berambut lebat dan agak keriting
4. Berhidung mancung
5. Bercambang
6. Pada dadanya terdapat rambut halus
7. Pada pipinya terdapat tahi lalat
kehitam-hitaman
8. Pada bagian tubuh lain terdapat
tahilalat yang warnanya agak kemerah merahan
9. Mengenai kehidupan Imam Jakfar
Shodiq sendiri, beliau hidup dimasa dua dinasti, yaitu dinasti Bani Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah.
Pada masa
Dinasti Bani Umayyah Imam Jakfar mengalami masa :
1. Abdul Malik bin Marwan selama 3
tahun
2. Al Walid bin Abdul Malik
selama 9 tahun 8 bulan
3. Sulaiman bin Abdul Malik selama 3
tahun, 3 bulan, 5 hari
4. Umar bin Abdul Aziz selama 2 tahun,
5 bulan
5. Yazid bin Abdul Malik selama 4
tahun, 1 bulan
6. Hisyam bin Abdul Malik selama 20
tahun
7. Al Walid bin Yazid selama 1 tahun
8. Yazd bin Al Walid selama 6
bulan
Sedangkan
pada masa Dinasti Bani Abbasiyah Imam Jakfar mengalami masa:
1. As-Saffah ( Abdullah bin Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutholib) selama 4 tahun
2. Al Mansur (Abdullah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbad bin Abdul Mutholib), Imam Jakfar
mengalami pemerintahan ini selama 13 tahun, sedangkan Al Mansur selama 22
tahun.
Pada masa
kehidupan di dunia dinasti ini, kehidupan Imam Jakfar Shodiq tidaklah seindah
yang dibayangkan. Tekanan demi tekanan selalu dialami beliau dan keluarga
besarnya. Pada masa Bani Umayyah bahkan pengawasan ketat terus menerus
dilakukan, intimidasi juga terjadi begitu kuat. Ahlul Bait pada masa itu
betul-betul ditekan sedemikian rupa. Salah satu korban dari adanya intimidasi
ini adalah dengan gugurnya putra terbaik Imam Ali Zaenal Abidin yaitu Imam Zaid
Ra. Paman dari Imam Jakfar Shodiq ini harus gugur dalam membela kebenaran.
Begitu takutnya orang pada masa itu, menyebut dan membahas kedudukan Ahlul Bait
saja dianggap sangat berbahaya. Namun semua itu disikapi dengan sabar dan
ikhlas oleh keluarga besar Ahlul Bait. Penindasan Bani Umayyah baru agak mereda
pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan keturunan dari Sayyidina
Umar bin Khattab. Pada masa Umar bin Abdul Azizlah segala intimidasi
ditiadakan, mimbar-mimbar yang selama ini mencela Sayyidina Ali KWA dilarang
keras. Sikap Umar bin Abdul Aziz yang sangat mencintai Ahlul Bait tentu sangat
bertolak belakang dengan beberapa penguasa Dinasti Bani Umayyah lainnya.
Sehingga tidak lama kemudian Umar bin Abdul Azizpun wafat dalam kondisi
diracun.
Penindasan
dimasa Dinasti Bani Umayyah memang sangat keterlaluan apalagi ini dilakukan
oleh penguasa Islam sendiri, memang dinasti ini mampu memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan kepada banyak bangsa pada masa itu, namun tindakan mereka yang
menindas keturunan Rasulullah SAW sangatlah disesalkan. Namun betapapun
demikian, sikap yang sangat terpuji dari keluarga besar Ahlul Bait ini, mereka
ternyata sama sekali tidak berambisi untuk menjadi penguasa atau Khalifah! Ini
bukti bahwa keluarga besar Ahlul Bait tidak berambisi dengan jabatan Khalifah,
termasuk Imam Jakfar Shodiq Ra.
Imam Jakfar
Shodiq Ra sebagai seorang ulama, cendikiawan yang berpandangan jauh, tentu
tidak mudah untuk dipancing dan diprovokasi dengan janji yang menggiurkan
dari orang lain. Beliau mempunyai kewaspadaan yang tinggi dan tidak mempunyai
pamrih pribadi. Seandainya Kaum Muslimin membaiatnya pada masa itu, dirinya
tetap saja menolak, karena beliau lebih mementingkan Islam dan Kaum Muslimin.
Imam Jakfar Shodiq Ra bahkan sering mencegah dan menasehati para
murid-muridnya, sahabat-sahabatnya, para pengikutnya serta para keturunan Ahlul
Bait yang lain supaya jangan gegabah menerima pembai’atan dari orang lain,
beliau selalu menekankan agar jangan ada yang mempersoalkan urusan
Kekhalifahan. Dua orang pembela Ahlul Bait yang merupakan pemimpin pasukan
pemberontakan pada dinasti Bani Umayyah seperti Abu Salmah Al
Khallal dan Abu Muslim Al Khurasani bahkan pernah ditolak secara tegas
ketika mereka menawarkan kekhalifahan kepada Imam Jakfar Shodiq Ra. Dengan
singkat bahkan Imam Jakfae Shodiq berkata kepada salah satu orang tersebut, “ANDA BUKAN PENGIKUTKU, DAN ZAMAN
INI PUN BUKAN ZAMANKU”.
Dari jawaban
tersebut tampak jelas bahwa Imam Jakfar Shodiq Ra benar-benar dapat menarik
pelajaran politik dari pengalaman Ahlul Bait dimasa lalu. Dari Kondisi
masyarakat yang dihadapinya pun beliau dapat memperhitungkan kemungkinan
terjadinya pertikaian-pertikaian antar golongan dan perebutan
kekuasaan di masa-masa mendatang, yang tidak merugikan siapapun selain
umat Islam sendiri. Keterlibatan dalam persoalan seperti itulah yang selalu
dihindari Imam Jakfar As-Shodiq Ra. Sikapnya yang demikian ini tentu saja
mengecewakan sebagian pengikutnya yang ekstrim. Secara tegas Imam Jakfar
Shodiq lebih memilih keselamatan agama Islam dan kedamaian muslimin daripada
mengurusi urusan keduniawian, dan ini juga jauh lebih penting daripada
mengurusi sekelompok orang.
Adanya fakta
ini jelas menunjukkan bahwa masalah urusan kepemimpinan yang selama ini
sering disandarkan pada beberapa tokoh-tokoh Ahlul Bait khususnya kepada Imam
Jakfar As-Shodiq telah beliau mentahkan sendiri dengan pernyataan diatas. Bagi
Imam Jakfar Shodiq Ra urusan Kepemimpinan adalah urusan duniawi, urusan yang
lebih penting adalah menyelamatkan Agama Islam dan memperkokoh persatuan antar
kaum muslimin.
Dinasti
Umayyah pada akhirnya runtuh karena ditumbangkan oleh mereka yang mengaku
sebagai pengikut Ahlul Bait yang dipimpin oleh Keturunan Bani Abbas yang
merupakan keturunan dari paman dari Nabi Muhammad SAW yaitu Sayyidina Abbas bin
Abdul Mutholib. Namun demikian berhentikah penderitaan Ahlul Bait?
Pada masa
Dinasti Bani Abbasiyah, Pemimpin yang pertama diangkat adalah As-Saffah, namun
sayangnya pengangkatan beliau sebagai Khalifah dilakukan secara sefihak,
padahal tujuan ditumbangkannya Dinasti Bani Umayyah itu sebenarnya adalah untuk
mengembalikan kedudukan Ahlul Bait sebagai pemimpin, sayangnya Ahlul Bait
sendiri tidak tertarik dalam urusan kekuasaan. As-Saffah sendiri yang merupakan
pemimpin gerakan pemberontakan dinasti Umayyah sering berkeliling dibawah tanah
untuk membangkitkan perlawanan kepada Dinasti Umayyah. Dan salah satu
propaganda yang beliau munculkan adalah Isu Ahlul Bait yang nanti akan diangkat
untuk menjadi khalifah atau pemimpin yang menggantikan Bani Umayyah, apalagi
dia juga merasa masih kerabat dekat dari keturunan Nabi Muhammad
SAW. Namun setelah Bani Umayyah tumbang secara sefihak dia mengangkat
dirinya menjadi Khalifah, sehingga dengan sikapnya ini banyak kaum muslimin
yang berkeberatan, namun untuk meredam gejolak politik yang ada, As-Saffah
melakukan politik persahabatan dengan keturunan Ahlul Bait pada masa itu,
termasuk dengan Imam Jakfar As-Shodiq Ra. Tidak tanggung-tanggung untuk
membuktikan bahwa dia simpati kepada Ahlul Bait, pada masa pemerintahannya
semua yang berkaitan dengan Bani Umayyah segera dihabisi, mereka yang berkaitan
dengan peristiwa Karbala juga ditindak.
Politik
As-Saffah ini bertahan selama 4 tahun. Kekuasaan kemudian beralih kepada
adiknya yang bernama Al Mansur ini. Al Mansur yang dahulunya pernah dekat
dengan Imam Jakfar dan terkenal baik akan budi pekertinya, ketika menjadi
penguasa justru Perilakunya berubah menjadi 180 derajat. Tiba-tiba ia begitu
ketakutan akan dirinya sendiri, sehingga pengawalnya pun berjumlah ribuan,
masalah keuangan tiba-tiba ia begitu irit, sampai-sampai semua
pengeluaran keuangan dia lakukan sendiri. Al Mansur bahkan sering memusuhi
Imam Jakfar AshShodiq Ra karena takut bila kekuasaannya dijatuhkan Imam Jakfar
Shodiq Ra. Berbagai cara dia lakukan untuk meredam kebesaran seorang Imam
Jakfar Shodiq. Namun demikian Imam Jakfar Shodiq Ra ini tidak pernah
gentar akan intimidasi yang dilakukan oleh Al Mansur ini. Semua dihadapi beliau
dengan tegar dan sabar, sehingga pada masa hidupnya, Imam Jakfar Shodiq Ra ini
benar-benar membuat mati kutu seorang Al Mansur. Dalam hidupnya bahkan
Imam Jakfar Shodiq Ra telah menghadapi tujuh rencana pembunuhan baik pada masa
As-Saffah maupun pada masa Al Mansur dan berkat karomah beliau, tujuh rencana
pembunuhan ini gagal total. Memang disamping sebagai ulama besar, Imam Jakfar
Shodiq Ra ini juga terkenal sebagai Waliyullah, berbagai kelebihan beliau
sebagai Wali sering Allah perlihatkan, terutama ketika menghadapi berbagai
percobaan pembunuhan tersebut.
Derita Ahlul
Bait pada masa Al Mansur ini justru terjadi menjelang akhir kekuasaannya. Anak
cucu Sayyidina Hasan bin Ali KWA seluruhnya dimasukan kedalam penjara, setelah
itu giliran keturunan Imam Ali KWA bin Abu Thalib yang berada di Madinah, satu
persatu mereka dijebloskan atas satu tuduhan bahwa mereka telah
berkomplot untuk menentang pemerintahan Bani Abbasiah. Al Mansur benar-benar memperlakukan
keturunan Sayyidina Hasan seperti orang hina, bahkan ibu dari Al Abbas bin Al
Hasan bin Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, ketika melihat anaknya diborgol
dan hanya untuk mencium anaknya dilarang keras. Al Abbas akhirnya syahid
dalam penjara dalam usia 35 tahun.
Setelah
penangkapan ini, masih ada korban yang lain yaitu Muhammad bin Abdullah bin Amr
bin Usman bin Affan. Beliau keturunan Sayyidina Usman bin Affan. Muhammad
bin Abdullah ini ibunya adalah keturunan dari Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Beliau disiksa habis-habisan bersama Abdullah bin Al Hasan yang juga Ahlul
Bait. Dua anak dari Abdullah bin Hasan bin Ali, yaitu Muhammad dan Ibrahim
bahkan juga sudah dieksekusi mati oleh Al Mansur ini. Muhammad bin Abdullah dan
Abdullah bin Hasan bin Ali Ra dicambuk dan dirobek pakaiannya agar
auratnya terlihat, bahkan saat mereka kehausan tidak ada satupun pengawal dari
Bani Abbasiyah memberikan minuman kepada Muhammad bin Abdullah serta Abdullah
bin Al Hasan ini.
Keluarga
Ahlul Bait benar-benar menderita dan terhina, bayangkanlah, mereka diborgol,
mereka diarak keliling Madinah, setelah dibawa ke Kuffah Irak kemudian
dijebloskan dalam penjara bawah tanah yang tidak mengenal matahari!. Jika
mereka meninggal didalam ruang bawah tanah ini, maka jenazahnya dibiarkan
saja!. Bertahun-tahun banyak keluarga Ahlul Bait yang disekap dalam penjara
yang gelap gulita ini, dan mereka baru “bebas” setelah mati tertimbun tanah
akibat penjara yang telah tua dan pengap itu. Beginikah cara pemimpin pada masa
itu dalam memperlakukan Ahlul Bait.
Kaum
Muslimin pada masa itu memang menyadari bahwa Bani Abbasiyah bukanlah
Ahlul Bait Rasulullah SAW. Bani Abbasiyah hubungannya hanya kekerabatan saja,
sedangkan untuk jalur keturunan Rasulullah SAW atau Ahlul Bait hanya berasal
dari keturunan Sayyidah Fatimah RA dan Sayyidina Ali KWA, namun ironisnya
karena dalam perjuangannya mereka sering membawa dan mengatasnamakan Ahlul
Bait, dan ini yang kemudian berhasil mempengaruhi kaum muslimin pada masa itu ,
sehingga akhirnya merekapun ikut terlibat dalam menumbangkan Bani Umayyah,
namun setelah tumbangnya Bani Umayyah, ternyata kejadian dimasa Bani Umayyah
akhirnya terulang lagi, dimana penindasan dan intimidasi terhadap Ahlul Bait
terjadi dengan tidak kalah kejamnya...
Pada masa Imam
Jakfar Shodiq Ra, situasi politik yang dilakukan Bani Abbasiah kepada Ahlul
Bait betul-betul membuat Ahlul Bait bersikap hati-hati, oleh sebab itu pada
masa itu, mereka Ahlul Bait lebih banyak yang memilih dunia keilmuwan daripada
dunia politik. Dan salah satu pelopornya adalah Imam Jakfar Shodiq Ra.
Pada masa
Imam Jakfar Shodiq Ra ini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat.
Purguruan yang didirikan Imam Jakfar Shodiq Ra berhasil mencetak ribuan ulama
besar yang kelak nanti meneruskan ajaran Imam Jakfar Shodiq Ra. Imam Jakfar
Shodiq Ra adalah Maha Guru pada masa itu, beliau adalah seorang yang
multi Talent. Semua golongan mengakui kebesaran seorang Imam Jakfar Shodiq Ra.
Untuk membuktikan betapa besarnya seorang Imam Jakfar Shodiq Ra, dibawah ini
kita bisa lihat kesaksian kesaksian mengenai unggulnya Imam Jakfar Shoddiq Ra
dengan ulama lain pada masa itu.
Kesaksian-kesaksian
Terhadap Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra
1. Imam Zaid bin Ali bin Ali Zaenal Abidin dalam kitab
“Manaqib Ibnu Syahr Asywab Jilid II Hal 147 telah mengemukakan tentang
keponakannnya itu dengan berkata: “Pada setiap zaman akan ada seorang Ahlul
Bait yang menjadi Hujjah Allah (membuktikan kebenaran Allah) kepada
hamba-hambaNya. Hujjah Allah pada Zaman kita adalah putra saudaraku yaitu
Jakfar. Orang yang mengikutinya tidak akan sesat dan orang yang membelakanginya
tidak akan mendapatkan petunjuk”.
2. Anas bin Malik dalam “Ibaratul Tahzib” mengemukakan :
“Aku bergaul lama dengan Jakfar bin Muhammad (As-Shadiq Ra ), selama itu pula aku
melihatnya selalu melakukan tiga perkara, kalau tidak Sholat, pasti ia sedang
berpuasa, kalau tidak berpuasa pasti ia sedang membaca Al Qur’an
3. Imam Abu Hanifah (Pendiri Mazhab Hanafi) dalam
“Manaqib Abu Hanifah) I/ 173 dan “Jami Asanid Abu Hanifah” I/222 dan dalam
“Tadzkiratul Hafidz” karangan Adz-Dzahabi meriwayatkan sebagai berikut: “Aku
tidak pernah menjumpai orang yang menguasai ilmu fiqih melebih Jakfar bin
Muhammad Ra. Ketika hal itu aku diperintahkan oleh Al Mansur untuk memberikan
40 pertanyaan yang serba berat dan sukar, ternyata semua jawaban
diberikan secara terperinci, sehingga aku katakan kepada Al Mansur, “bukankah
telah kekatakan bahwa Jakfar bin Muhammad itu paling menguasai ilmu fiqih
termasuk perbedaan yang ada dikalangan para ulama?”
4. Dalam kamus “Al A’lam” karangan As-Samiy, Jilid III
halaman 1821 terdapat keterangan mengenai Jakfar Ash-Shodiq Ra. Ia adalah putra
sulung Al Imam Muhammad Al Baqir, ia memperoleh pelajaran mengenai ilmu dan
keutamaan Akhlak dari ayahnya sendiri, kemudian setelah itu beliau melanjutkan
perguruan yang pernah didirikan ayahnya itu. Imam Besar Abu Hanifah (Imam
Hanafi) banyak mendapatkan ilmu dari Imam Jakfar termasuk tentang ilmu
keduniaan dan ilmu agama. Imam Jakfar Shodiq Ra mempunyai kasyaf, menguasai
ilmu kimia (menurut ukuran zamannya) dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Diantaranya muridnya adalah Jabir. Karena beliau selalu berkata benar, maka ia
dipanggil dengan nama ASH-SHODIQ RA.
5. As-Sayyid Muhammad Shadiq Nasy’ah, Maha Guru
Sastra pada Universitas “cairo” mengatakan sebagai berikut: “Rumah Jakfar
Shodiq pada masa itu laksana Universitas yang terus menerus dihiasi oleh
para ulama besar dibidang Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir, Filsafah, Ushuluddin.
Waktu-waktu kuliahnya rata-rata dihadiri oleh 2000 orang ulama, bahkan
kadang-kadang sampai mencapai 4000 orang. Para mahasiswanya telah menulis
koleksi hadist-hadist dan ilmu-ilmu lain yang mereka peroleh sehingga dapat
dipandang sebagai buku Ensiklopedia Mazhab Ja’fariyah.
6. Doktor Ahmad Amin Sejarawan Mesir mengemukakan
pendapatnya tentang Imam Jakfar Shodiq Ra sebagai berikut: Imam Jakfar Shodiq
Ra adalah Imam terbesar dari berbagai zaman
7. Arif Tsamir, Maha Guru pada Akademi Penelitian Soal-soal
ketimuran mengutarakan sebaagai berikut : “Jika seorang peneliti sejarah
benar-benar mempelajari kepribadian Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra bin Muhammad bin
Ali Zaenal Abidin dengan hati nurani yang jujur, dengan pemikiran yang
obyektif, semata-mata demi ilmu pengetahuan, menggunakan metode ilmiah secara
modern, tidak emosional, lepas dari penyakit fanatisme dan bebas dari pengaruh
kebangsaan, tidak bisa lain ia pasti mengakui pribadi Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra
yang merupakan koleksi Filosofis yang tegak mandiri, penuh vitalitas yang
senantiasa hidup, bersemangat, berfikit kreatif mengembangkan ilmu pengetahuan,
menyajikan pemikiran-pemikiran segar dan sanggup menciptakan aturan-aturan,
tatanan dan hukum-hukum tertentu”.
8. Adz-Dzahabi (seorang Ahli Hadist yang nama aslinya
Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Ad-Dimasyqy) didalam
kitab “Mizanul I’tidal” I/192, dalam pembicarannya tentang Imam Jakfar
Ash-Shodiq Ra antara lain mengatakan: “Jakfar bin Muhammad adalah seorang Imam,
seorang ulama puncak, seorang yang patuh pada agama, seorang yang tidak pernah
berdusta dan seorang yang bermartabat tinggi
9. An-Nawawi (Abu Zakariya Muhyiddin bin Syarafuddin)
wafat tahun 676 Hijriah dalam kitab Tahzibul Asma Wal Lughot Jilid I/149
menyatakan: “ Diantara Para Ahli Hadits yang meriwayatkan hadits-hadist dari
Jakfar As-Shodiq Ra adalah : Muhammad bin Ishaq, Yahya Al Anshori, Imam Malik,
Sofyan Ats-Tsauri, Ibnu Jarih, Syu’bah, Yahya Al Qaththan. Mereka mengakui
Keimanannya, kebesaran dan kemuliaannya. Amr bi Abi Miqdam menyatakan, “setiap
aku melihat Jakfar bin Muhammad (dari kepribadiannya) jelas sekali kuketahui
bahwa ia memang seorang putra keturunan Nabi”.
10.Ibnu
Khalkan, yaitu Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Abu Bakar bin Khalkan (wafat
681 Hijriah) mengatakan : Ja’far Ash-Shodiq Ra adalah salah satu keturunan
Ahlul Bait yang terkemuka dan diberi nama Ash-Shadiq (orang yang berkata benar)
karena ia tidak pernah berdusta. Keutamaan pribadinya jauh lebih terkenal
daripada yang disebutkan orang. Salah satu muridnya yang bernama Abu Musa Jabir
bin Hayyan Ash-Shuffi At-Thurtusy telah menulis buku setebal 1000 halaman
antara lain berisi 500 buah risalah Ja’far Ash-Shodiq.
11. As-Syablanjiy (Mu’min bin Hasan Mu’min bin Al Misry Al
Syablanjiy, salah seorang Maha Guru Universitas Al Azhar Cairo yang lahir pada
tahun 1250 Hijriah, dalam kitab “Nurul Abshor” halaman 131 mengatakan sebagai
berikut: “Kisah keutamaan pribadinya amat banyak, hampir tidak terhitung
jumlahnya sehingga membingungkan setiap penulis buku yang hendak
mengungkapkannya. Lebih jauh As-Syablanjiy berkata dalam buku “Adabul Katib”
Ibnu Qutaibah menyebutkan bahwa Kitab “Al Jafr” ditulis oleh Imam Jakfar
Ash-Shodiq bin Muhammad Al Baqir dimana didalamnya terdapat isyarat-isyarat
tentang apa yang akan terjadi dikemudian hari.
12.Muhammad
Ash-Shobban (Muhammad bin Ali Ash-Shobban Asy-Syafi’i Al Hanafy dalam kitabnya
yang berjudul “Is’afur Raghibin” (tercetak pada pinggir halaman kitab “Nurul
Abshor” dalam halaman 208 mengatakan sebagaia berikut : Ash-Shodiq seorang Imam
yang sangat terkemuka, doanya selalu dikabulkan Allah.
13. Asy-Sya’rani yaitu Abul Mawahib ‘Abdul Wahab bin Ahmad
bin Ali Al Anshori Asy-Syafi’i Al Miysri,( tiba di Cairo tahun 911 H dan wafat
di kota ini) mengatakan dalam kitab “Lawaqihul Anwar” : Imam Ja’far Shodiq Ra
bila membutuhkan sesuatu ia berdoa : “Ya Allah, aku sangat ingin membutuhkan
ini atau itu.....” belum selesai ia mengucapkan doa apa yang telah dbutuhkan
telah ada disampingnya.
14.Sibthu
Ibnu Jauziy (Abu Mudzaffar Syamsuddin Yusuf bin Qazgholy Al Hanafi), 582 – 654
H, dalam kitab “Tadzkiratu Khawasil Ummah” halaman 192 mengatakan “ Imam Jakfar
Ash-Shodiq Ra adalah seorang ulama dan moralis besar lebih tekun
beribadah daripada membuang waktu untuk menuntut kekuasaan”.
15.Muhammad
bin Tholhah (Kamaluddin Asy-Syafi’i) wafat tahun 684 Hijriah dalam kitabnya
yang berjudul “Mathalibul Sual” halaman 81 mengatakan : Imam Jakfar Ash-Shodiq
Ra termasuk pemimpin keturunan Ahlul Bait yang terkemuka, menguasai berbagai
cabang ilmu, banyak beribadah, selalu berzikir dan berwirid, kehidupannya amat
Zuhud, banyak membaca Al Qur’an, mengikuti makna ayat-ayat Al Qur’an dengan
cermat dan teliti, mengambil mutiara dari lautan Kitabullah yang tidak kenal
surut dan mengambil keajaiban makna yang mempesonakan, ia selalu membagi
waktunya sehari hari untuk berbagai amal kabaikan, mentaati Allah dan selalu
memeriksa diri sendiri (mawas diri). Ucapan-ucapannya selalu mengingatkan orang
kepada kehidupan Akhirat, tutur katanya memberikan dorongan untuk hidup zuhud,
dan berteladan kepadanya dapat memasukan orang kedalam Syurga. Pancaran sinar
wajahnya membuktikan jika dirinya memang putra keturunan Rasulullah SAW dan
kesucian amal serta prilakunya menandakan ia berdarah keturunan Rasulullah SAW.
Keutamaan sifat-sifat dan akhlaknya sukar disebut satu persatu karena terlampau
banyak, dan kekayaan ilmunya yang terungkap dari lubuk hati dan pikirannya tak
ternilai mutu dan kegunaannya.
16.Ibnu
Hajar, yaitu seorang Ahli Hadist yang nama aslinya Syihabuddin Ahmad bin Hajar
AL Haitsami dalam kitabnya yang berjudul “Ash-Showaiqul Muhriqoh” mengatakan :
Tak terbilang banyaknya ilmu-ilmu yang diambil dari Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra,
sehingga keharuman namanya tersebar luas dipelosok negeri.
17. Syekh Sulaiman Ibrahim (Khawajah
Khan) dalam kitabnya yang berjudul “Yanabi’ul Mawaddah” halaman 380 cetakan
Istambul Turki mengatakan : “Abu Abdullah Jakfar Ash-Shodiq Ra adalah seorang
Imam dari kalangan Ahlul Bait Rasulullah SAW. Ia termasuk keturunan Ahlul Bait
yang paling terkemuka. Bahkan Syekh Abdurrahman As-Silmy dalam kitabnya yang
berjudul “Thobaqotul Masyayikhis Shuffiyah” menegaskan bahwa Imam Jakfar lebih
unggul dibandingkan dengan putra-putra keturunan Ahlul Bait yang lain. Ia
kaya dengan ilmu, hidupnya zuhud dan sepenuhnya menjauhkan diri dari kesenangan
hidup, dan menguasai ilmu yang sempurna.
18. Al Hafiz Abu Nu’aim (Ahmad bin Abdullah Ashobany),
wafat tahun 430 H dalam kitabnya “Hulyatul Aulia” Jilid III halaman 192
mengatakan : “diantara para Imam keturunan Ahlul Bait, Imam Jakfar
Ash-Shodiq Ra sangat tekun beribadah dengan khuyu’, gemar berkhalwat
(menjauhkan diri hiruk pikuk kehidupan dunia sehari hari dan tidak berambisi
meraih kekuasaan”. Dikatakan pula oleh Al Hafiz Abu Nua’im bahwa sebuah riwayat
yang berasal dari Al Hayyaj bin Bustham menerangkan bahwa Imam Jakfar
Ash-Shodiq Ra selalu membantu kaum fakir miskin hingga kadang-kadang
keluarganya sendiri tidak mempunyai sesuatu untuk dimakan.
19.Ibnu
Shabbagh Al Maliki (Nuruddin ‘Ali bin Muhammad Ashabbagh Al Maliki) 784 -
855 H dalam kitabnya yang berjudul “Al Fushulul Muhimmah” mengatakan sebagai
berikut : “Diantara saudara-saudaranya, Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra adalah yang
ditunjuk untuk meneruskan kepemimpinan ayahnya dan dialah yang menerima
wasiatnya, Sepeninggal ayahnya dialah yang menggantikannya sebagai Imam.
Diantara kaum kerabatnya, dialah yang lebih mempunyai ilmu, lebih kuat
ingatannya dan lebih tinggi kemampuannya, tidak sedikit jumlah kaum muslimin
yang menuntut ilmu kepadanya, sehingga keharuman namanya tersebar diseluruh
negeri. Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra seluruh perilakunya sungguh sangat utama,
sifat-sifat kemuliannya sempurna, dihormati manusia sepanjang masa, dan
dibicarakan orang dalam setiap majelis dan pertemuan dimana-mana.
20. As-Suwaidy (Muhammad Amin Al Bagdadi) dalam kitabnya
yang berjudul “Saba’ikudz-Dzahab” halaman 72 antara lain mengatakan :
“diantara saudara Jakfar Ash-Shodiq Ra yang menerima wasiat ayahnya untuk
meneruskan kepemimpinannya. Jenis ilmu yang diambil oleh kaum muslimin dari
Imam Jakfar lebih banyak daripada jenis ilmu yang diambil dari Imam-Imam yang
lain, selain itu ia juga seorang ulama Ahli hadist.
21. Seorang Ulama Ahli Nasab Kenamaan yaitu Jamaluddin
Ahmad bin Ali Ad-Dardy Al Hasani (wafat tahun 828 H) dalam kitabnya yang
berjudul “Umdat-Thalib” halaman 184 mengatakan : “Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra
adalah sandaran kemuliaan bagi keturunan Ahlul Bait, keutamaan perilakunya
terkenal dikalangan umat manusia, baik yang awam maupun yang khawas,
berkali-kali ia akan dibunuh Al Mansur tetapi Allah selalu melindungi
kesalamatannya.
22. Syahrustani (Abul Fath
Muhammad bin Abil Qosim), seorang ulama ahli fiqih dan ulama ahli Kalam Madzhab
Al Asyari (wafat tahun 548 H) dalam kitabnya “Al Milal Wan Nihal” mengatakan
sebagai berikut: “Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra adalah seorang ulama besar
yang kaya akan ilmu agama, ilmu sastra, dan sangat tinggi pengetahuannya
tentang hikmah. Hidupnya sangat Zuhud dan sepenuhnya menjauhkan diri dari
kesenangan-kesenangan duniawi. Beberapa waktu lamanya ia tinggal di Madinah
memimpin para pengikutnya kejalan yang benar dan mengajarkan
rahasia-rahasia ilmu kepada semua orang yang berhimpun di sekitarnya. Kemudian
ia pindah ke Irak dan selama tinggal di Irak ia sama sekali tidak berambisi
merebut kekhalifahan. Memang benar, bahwa orang yang telah
“menenggelamkan diri” kedalam lautan ma’rifat tidak mungkin tergiur dengan
soal-soal keduniawian, dan orang yang telah membumbung tinggi ke puncak hakikat
tidak akan gentar menghadapi siapapun juga. Baginya berlaku pepatah
“Barangsiapa merasa tentram di sisi Allah ia tidak senang ditengah orang banyak
dan barangsiapa yang merasa tentram dengan hal-hal yang bukan karena Allah maka
ia akan dikuasai oleh was-was”.
23.Al Yafi’i
(Abu Muhammad Abdullah bin Sa’ad bin Sulaiman Affifuddin Al Yafi’i
(wafat tahun 786 H) dalam kitabnya yang berjudul “Mir’atul Janan” jilid I
halaman 304 mengatakan : “Pada tahun itu ( 148 Hijriah) wafat seorang Imam
terkemuka dan mulia, putra keturunan Rasulullah SAW yaitu Abu Abdullah Jakfar
Ash-Shodiq Ra. Ia dimakamkan di Baqi Madinah bersama dengan Ayahandanya, Imam
Ali Zaenal Abidin, Imam Al Hasan bin Ali. Pemakaman ini sungguh mendapat
kehormatan besar dengan dimakamkannya orang-orang mulia dan terhormat
didalamnya. Imam Jakfar dijuluki ASH-SHODIQ karena tutur katanya selalu benar.
Ia memiliki pemikiran yang sangat tinggi mengenai ilmu Tauhid dan lainnya.
Muridnya yang bernama Jabbar bin Hayyan Ash-Shuffi telah menulsi kitab 1000
halaman, termasuk didalamnya 500 buah risalah Imam Jakfar Ash-Shodiq.
Para ulama
Ahlusunnah Wal Jama’ah Yang mendapatkan Ilmu dari Imam Jakfar Asshodiq
1. Abu Hanifah (Pendiri Mazhab Hanafi), nama lengkapnya
Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit bin Zhouti. Berasal dari Irak. Belajar dua
tahun dan berhasil memjadi salah satu Imam Ahlussunnah Wal Jamaah yang
ajarannya hingga kini masih tersebar luar di beberapa negara.
2. Malik bin Annas (Imam Maliki), nama
lengkapnya Malik bin Anas bin Abu Amir, berasal dari Bani Taim bin Murrah,
suatu anak kabillah dari Quraish. Beliau belajar selama tiga tahun dengan Imam
Jakfar Ash-Shodiq, beliau wafat tahun 179 Hijriah. Imam Maliki adalah guru
utama dari Imam Syafi’i dan Imam Syafi’i adalah guru dari Imam Ahmad Bin
Hambali
3. Sofyan Ats-Tsaury, nama lengkapnya Sufyan bin Sa’id
bin Masruq Ats-Tsauri Al Kufi. Banyak riwayat-riwayat atau pesan-pesan
yang diberikan kepada kepadanya, terutama pada masalah kezuhudan. Beliau wafat
tahun 161 Hijriah
4. Sufyan bi Uyainah, nama lengkapnya Sufyan bin Uyainah
bin Abi Imran Al Kuffi Al Makky dilahirkan di Kufah Irak tahun 107 hijraih dan
wafat di Mekkah tahun 197 H
5. Yahya bin Sa’id Al Anshory, nama lengkapnya Yahya bin
Sa’id bin Qeis Al Anshori dari Bani Najjar. Ia seorang Tabi’in, ia seorang
Hakim (Qodhi) di Madinah pada masa Al Mansur, ia wafat pada tahun 143 H.
6. Al Qaththan nama lengkapnya Abu Sa’id Yahya bin Sa’id
Al Qaththan Al Basri, ia termasuk Imam hadist, bahkan dipandang sebagai perawi
dizamannya. Para penulis enam kitab hadist Shohih (Kututtubussittah) banyak
yang meriwayatkan hadist kepadanya. Ia wafat tahun 197 Hijriah
7. Muhammad bin Ishaq bi Yasaar/Ibnu
Ishaq (Penulis kitab sejarah dan riwayat Nabi Muhammad SAW). Berasal dari
Madinah dan tinggal di Mekkah, wafat pada tahn 151 Hijriah
8. Syu’bah bin Al Hajjaj Al Azdy, ialah yang mengeluarkan
fatwa agar wajib berperang melawan penguasa pada zamannya, dan mencetuskan
pemberontakan bersama-sama iBrhiam bin Abdullah bin Al Hasan. Dialah Ahli
Hadist pertama yang berani menentang Khalifah pada masanya.
9. Abu Ayyub As-Sajistany, nama lengkapnya Abu Ayyub bin
Ami Tamimah As-Sajistany Al Basri, ia adalah maulanya Ammar bin Yasir, beliau
salah seorang Tabi’in, wafat tahun 131 Hijriah karena terkena wabah dalam usia
75 tahun.
10.Dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Demikianlah
sekelumit tentang sejarah Imam Jakfar Ash-Shodiq, kami berharap bagi mereka yang
selama ini mencintai Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra cintailah beliau karena Allah
dan Rasulnya, cintai beliau dengan sebenar-benarnya cinta sejati kepada Ahlul
Bait. Pecinta atau pengikut Sejati Ahlul Bait tentu tidak akan pernah menghina
Sahabatnya dan istrinya Rasulullah SAW sampai kiamat. Imam Jakfar Ash-Shodiq
jelas masih merupakan keluarga besar Sahabat karena didalam nasabnya terdapat
darah Sayyidina Abu Bakar Ra.
Kami juga
menghimbau bagi mereka yang selama ini sangat membenci Imam Jakfar Ash-Shodiq
Ra, kami anjurkan untuk banyak-banyak mempelajari biografi beliau ini agar
mereka itu bisa lebih mengenal siapa Imam Jakfar Asshodiq Ra, tentu sumber
sejarah tentang beliau ini harus yang berasal dari ulama-ulama Ahlusunnah
Wal Jamaah yang selama ini sangat memperhatikan sanad keilmuwan. Kami juga
berharap kepada fihak-fihak yang selama ini terkesan “alergi” terhadap
keberadaan Ahlul Bait, maka kami sarankan kepada mereka itu untuk mempelajari
Sejarah Ahlul Bait secara mendalam, masih banyak sumber-sumber yang bisa
dipercayai untuk mengetahui tentang sejarah Ahlul Bait seperti misalnya tulisan
dari Abuya Profesor KH Abdullah bin Nuh, jangan mengatakan Ahlul Bait itu tidak
ada hanya karena perasaan nafsu ataupun sinis karena melihat beberapa perilaku
Ahlul Bait yang dianggap tidak sesuai dimata mereka, masih banyak keturunan
Ahlul Bait yang bisa dijadikan pijakan dalam kehidupan ini.
Semoga
tulisan ini bisa mempercerah kita semua...Amin
Sumber :
Al Husaini,
HMH Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Jakfar Ash-Shodiq Ra, Semarang :
Penerbit Toha Putra, 1985.
Al Husaini,
HMH Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Zaid bin Ali Ra, Semarang :
Penerbit Toha Putra, 1985.
Al Husaini,
Syekh Hasan, Hasan & Husain The Untold Story, Jakarta: Penerbit Pustaka
Imam Syafi’i, 2013.
Al Masyhur,
Idrus Alwi, Sejarah, Silsilah, & Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW Di
Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika.
Azmatkhan,
Sayyid Bahruddin & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, Al Mausuuah Li Ansaabi
Al Imam Al Husaini, Jakarta : Penerbit Majelis Dakwah Walisongo, Edisi II Vol
24, 2014.
Nuh, KH
Abdulah bin, Mencintai Keluarga Nabi SAW-Bekal Menuju Surga, Jakarta: Noura
Books, 2014.