Seperti 2 jam sebelumnya yang saya tulis, bahwa Prabowo Subianto ternyata statusnya dalam dunia militer "DIBERHENTIKAN DENGAN HORMAT" itu artinya hak-haknya sebagai purnawirawan tetap bisa diperoleh seperti uang pensiun. Sekali lagi fakta ini diperkuat dengan adanya Surat Keputusan Presiden Habibi yang diteken tahun 1998.
Status Prabowo yang ternyata pensiunan TNI inilah yang kemudian membuat Megawati percaya untuk menjadikan dirinya menjadi Calon Wakil Presiden di tahun 2004. Megawati tentu bukan orang bodoh dalam memilih wakilnya, tentu dia punya penasehat hukum dan penasehat politik yang memberi masukan bagaimana status politik dan status hukum Prabowo.
Sekalipun gejolak politik yang ingin menuntut Prabowo karena keterlibatannya dalam "mengamankan aktifis" saat itu sangat kuat, namun gaungnya paling kencang saat pilpres, bahkan saat sekarang jauh lebih dahsyat.
Kasus HAM memang merupakan ganjalan seorang Prabowo, padahal jika dilihat yang lain ternyata ada juga yang tersangkut, misal Soeharto dalam hal Petrus, Benny Moerdani yang dianggap "dekat" dengan peristiwa Tanjung Priuk, AM Hendropriyono yang dianggap "terlibat" kasus Talangsari Lampung...
Penculikan Aktifis nampaknya memang "dosa tak terampunkan" untuk Prabowo dan akhirnya secara tidak langsung telah menenggelamkan prestasinya yang berhasil menyelamatkan sandera di papua, berhasil mengantar tim asia tenggara pertama ke Mount Everest, membuat nama Kopassus harum, Jenderal muda berprestasi dimasanya, dll, padahal bukan tidak mungkin saat itu ada juga "pemain-pemain" lain dalam mengamankan aktifis, dan ini terbukti dengan masih adanya 13 aktifis yang jejaknya tidak diketahui, sedangkan 9 orang yang pernah ditangani tim mawar sudah dikembalikan dalam kondisi hidup.
Sosok Prabowo nampaknya memang dekat dengan Kontroversi termasuk juga ayahnya.
Bagaimana dengan hal terakhir tentang Pangkat JENDERAL KEHORMATAN yang dia peroleh dari Jokowi ? Tidakkah itu sesuatu yang "ngaco" dalam tradisi kemiliteran ? Bagaimana bisa ditengah carut marutnya perhitungan suara pilpres tiba-tiba pangkatnya naik dari Letnan Jenderal menjadi Jenderal Horn (Jenderal Kehormatan).
Urusan pangkat memangkat yang satu ini memang agak lain sendiri. Saya yakin di tubuh militer kita sendiri pasti terdapat beda pendapat. Jenderal Kehormatan adalah gelar yang muncul pada masa Jenderal Soeharto. Soeharto sepertinya merasa "tidak enak hati" kepada mereka yang punya jasa² besar namun karir militernya harus terhenti di pangkat 3 bintang. Padahal menurutnya harusnya mereka itu mendapatkan bintang 4. Sebagai seorang militer Jenderal Soeharto pasti faham bahwa bintang 4 adalah dambaan para perwira tinggi militer. Oleh karena itu mungkin saja Soeharto berfikiran sekalipun para purnawirawan itu sudah pensiun, jasa jasanya setelah pensiun perlu juga dihargai dengan cara pemberian bintang 4 kehormatan. Lihatlah wajah mereka yang dulu diberikan gelar jenderal kehormatan termasuk Murdiono Mensesneg yang bahagia sekali ketika mendapatkan Letnan Jenderal kehormatan (ini setingkat Letnan Jenderal) lo, apalagi Jenderal penuh.
Selain Soeharto, di era Gus Dur juga terjadi pengangkatan jenderal kehormatan, kemudian di era megawati juga terjadi pengangkatan jenderal kehormatan. Beberapa jenderal yang dulu pernah "menyerang: Prabowo di masa pilpres mereka adalah penyandang pangkat jenderal kehormatan seperti AM Hendropriyo, Agum Gumelar, Luhut Binsar Panjaitan. Yang agak kalem adalah SBY.
Kita juga harus tahu, Bung Karno itu jelas bukan militer tapi dalam banyak penampilan dengan para petinggi ABRI dia selalu memakai seragam militer lengkap dengan pangkat Bintang 5. Tapi siapa saat itu yang berani melarangnya ? Jendral Nasution ? Jendral Gatot Subroto ? Jenderal Soeharto ? Walaupun Bung Karno punya jasa dalam sejarah militer di Indonesia, namun kedudukan beliau adalah seorang sipil namun soal penampilan militer Bung Karno sangat percaya diri. Walaupun demikian nama Bung Karno tidak masuk dalam tokoh berpangkat Jenderal apalagi 5 bintang yang ada dalam sejarah TNI.
Sejarah militer di negeri kita memang penuh dengan dinamika, AH Nasution itu pernah terlibat dalam mengarahkan meriam ke istana di tahun 53 hingga diapun mendapatkan sangsi, namun beberapa tahun kemudian karirnya meroket dan menjadi jenderal yang fenomenal. Alex Kawilarang bahkan pernah mbalelo kepada pemerintah RI, namun setelah diampuni Bung Karni, Alex Kawilarang menjadi tokoh militer yang dihormati. Jenderal Soeharto dulu pernah mau "dipecat" karena terlibat "penyelundupan" gula, tapi karirnya meroket bahkan menjadi Presiden terlama. Benny Moerdani bahkan dianggap bertanggung jawab pada peristiwa tanjung priuk, namun kemudian karirnya justru menanjak menjadi Menhankam/Pangab dan menjadi tokoh intelijen besar di Indonesia....
Jadi memang, ketika menilai seorang Prabowo harus hitam putih....
Masih bersambung...persiapan sholat Asar...
Perhatian: penulis bukan pendukung prabowo, penulis hanya mengajak pembaca adil dalam menilai siapapun sekalipun kepada mereka yang tidak sejalan...