1. Sultan Trenggono bin Raden Fattah dari Kesultanan Demak, sebagai pemegang komando tertinggi.
2. Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah) dari Majelis Agung Walisongo yang memberikan mandat dan restu kepada Al Hajj Fatahillah dan pasukan Islam.
3. Maulana Hasanuddin Banten sebagai tokoh penting kekuatan Banten Cirebon (Kelak beliau menjadi Sultan Banten Pertama)
4. Pangeran Kuningan Adipati Awangga sebagai salah satu panglima perang handal (kelak keturunannya banyak yang jadi ulama besar di wilayah Kuningan Jakarta Selatan)
5. Pangeran Sungereksa Jayawikarta sebagai negosiator handal terhadap Kerajaan Sunda Kelapa
6. Al Hajj Fatahillah/Fatahillah, Panglima Komando Operasional (kelak keturunannya banyak yang jadi ulama ulama, panglima² perang tangguh dan menyebar di Palembang, Lampung, Jakarta, Aceh, Jawa, dll).
Mereka inilah yang punya peran penting dalam berdirinya Kota Jakarta. Sultan Trenggono sebagai Pemegang Komando Tertinggi, tidak ingin Portugis masuk ke Pulau Jawa apalagi melalui jalur penting yaitu Sunda Kelapa.
Kekalahan 2 kali pasukan Islam di bawah pimpinan panglima² perang kesultanan Demak terhadap Portugis di Malaka di masa lalu, tentu menjadi pelajaran penting. Oleh karena itu di akhir akhir bulan Juni 1527 M, ketika Portugis mendekat ke pelabuhan sunda kelapa, maka dimulailah perang suci jilid 3 antara Portugis dan pasukan Islam.
Perang yang terjadi di perairan Sunda Kelapa (riwayat lain di perairan marunda) berhasil dimenangkan umat Islam, Portugis berhasil dipukul mundur, kapal kapal galeon besar milik mereka tidak berdaya menghadapi kapal kapal junk yang bergerak lincah. Semua ini adalah strategi cerdik Fatahillah yang telah berhasil memancing kapal kapal Portugis ke perairan dangkal sehingga akhirnya terjebak dengan tidak bisa melakukan manuver.
Tokoh perang 1527 M ini adalah seorang ulama, jendral Perang, pejuang tangguh, putra Aceh, dia adalah As-Sayyid Fatahillah/Falatehan/Wong Àgung Paseh bin Maulana Makhdar Ibrahim Patakan Pasai bin Maulana Abdul Ghafur bin Sayyid Barokat Zaenal Alam bin Maulana Husein Jamaluddin Jumadil Kubro bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid Abdulllah Amirkhan bin Al Imam Abdul Malik Al Azmatkhan bin Al Imam Alwi Ammul Faqih..
Kekalahan Portugis di Sunda Kelapa adalah aib besar untuk kerajaan Portugis oleh karenanya sejarahnya tidak ditulis karena pada masa itu militer angkatan laut mereka dikenal paling tangguh di dunia bersama dengan Spanyol. Begitu bencinya Portugis terhadap kekalahan ini, maka Fatahillah sebagai jendral lapangan menjadi sasaran dengan digambarkan sebagai sosok yang kejam. Padahal sesungguhnya Portugis lah yang kejam dan itu tertulis di sejarah bagaimana kejamnya mereka terhadap Ummat Islam yang mereka temui...
Kemenangan Islam di Sunda Kelapa adalah peristiwa penting karena sejak saat itu Islam menjadi kekuatan penting dalam segala aspek kehidupan. Sultan Trenggono Demak yang mendapat restu dari Walisongo bahkan mempercayai Fatahillah untuk mengatur negeri Fathan Mubina yang baru. Sultan Trenggono bahkan rela melepaskan Demak jika dimungkinkan daripada kehilangan Fathan Mubina yang kelak bernama Jayakarta hingga sampai nama Jakarta...Entah apa yang telah diketahui Sultan yang tegas ini sehingga sangat mencintai Negeri Fathan Mubina.
Jakarta pada hari ini seperti yang kita tahu bahwa Islam masih bertahan dengan baik disertai sikap toleransi yang tinggi. Masjid masjid bertebaran, mushola dimana mana, makam para wali dan syuhada melimpah ruah, majelis majelis ilmu ada dimana mana...Jakarta juga menjadi magnet akan kedatangan para ulama dari berbagai belahan dunia..
Negeri Fathan Mubina riwayatmu kini...
Inna Fatahna Laka Fathan Mubina...
Sumber : Fatahillah Mujahid Agung Pendiri Kota Jakarta oleh Iwan Mahmud Al Fattah (naskah digital belum dicetak, tahun 2015).