Setelah viral tentang tulisan Kyai Imaduddin Usman yang mempertanyakan tentang sosok Imam Ubaidhilah, kemudian disusul pernyataan Habib Bahar bin Smith yang menyatakan dan menegaskan Zuriah Walisongo terputus atau tidak ada keturunannya dengan berpatokan kepada 2 lembaga nasab yang menaungi nasab² habaib yang datang belakangan setelah Walisongo, kini viral lagi nasab Keluarga Basyaiban.
Sebenarnya perdebatan demi perdebatan tentang nasab ini baru ramai di awal-awal tahun 2000an, agak ramai sekitar tahun 2012 - 2017, kalaupun ada perdebatan itu terjadi di beberapa grup yang membahas tentang nasab, selebihnya adem ayem saja...jangan ditanya bagaimana suasana perdebatan itu, suasananya benar-benar seperti "perang paregreg", kalaupun ada yang berusaha membuat suasana rekonsiliasi, lagi-lagi hilang begitu saja..
Kenapa bisa terjadi perdebatan-perdebatan tesebut ? Hal ini dikarenakan masing-masing fihak bersikukuh pada datanya masing-masing. Fihak yang menolak keberadaan Zuriah Walisongo mengatakan bahwa di kitab pegangan mereka tidak diuraikan nasab keturunan walisongo, sebaliknya Zuriah Walisongo juga tetap bertahan karena mereka juga punya catatan dan riwayat turun temurun, apalagi banyak dari mereka keturunan kesultanan Islam yang memang ketat dalam penjagaan dan pemeliharaan nasab.
Disaat terjadi perbedaan pendapat ini, masuklah "beberapa fihak" yang membuat suasana semakin panas, sehingga tidak sedikit perang caci maki dan hujatan sering saya lihat, nama-nama besar bahkan ikut dilibatkan berkaitan dengan nasabnya..
Suasana yang tidak kondusif itu sebenarnya hanya terjadi pada dunia pernasaban saja, terutama grup grup yang membahas silsilah dan nasab. Ada yang memilih aktif ada yang memilih diam...namun entah kenapa tiba² hal ini menjadi lebih terbuka, sesuatu yang dulu sifatnya terbatas tiba-tiba menjadi sangat bebas sebebasnya, siapa saja bebas berbicara dan menulis walaupun dalam kehidupan sehari hari atau latar belakangnya tidak pernah membahas hal ini, jangankan membahas soal nasab dan silsilah, membahas soal politik kebangsaan saja jarang, tiba-tiba dia dalam hal nasab dan silsilah menjadi orang yang sangat "ahlinya ahli intinya inti - Core Of the core" (ikut istilah Pak Endul). Apakah dengan demikian kita tidak boleh membahas hal tersebut ? Oh boleh-boleh saja, tidak ada larangan, namun dalam kaidah sebuah ilmu, bagi seseorang yang memang tidak menguasai sebuah tema cukuplah membatasi diri sebelum benar-benar faham....jangan karena bebasnya medsos semua ilmu bebas diborong untuk dishare, ya pilih-pilihlah sesuai dengan spesialisasi kita.
Kembali ke soal gonjang ganjing nasab...
Setelah dua permasalahan nasab viral yang sampai saat ini masih terus berjalan, kini yang sedang ramai lagi dibahas adalah nasab Keluarga Besar Basyaiban.
Beberapa tahun yang lalu saya pernah dikirimkan video tentang diskusi tentang nasab ini. Dan hasilnya Keluarga Besar Basyaiban mempunyai bukti kuat baik berupa kitab maupun manuskrip.
Keluarga Besar Basyaiban adalah salah satu cabang keluarga besar alawiyin setelah datangnya Walisongo. Keturunan Basyaiban ini kelak banyak yang menjadi tokoh² dan ulama besar. Banyak tokoh dan kyai besar karismatik pendiri pondok pesantren yang ada di Jawa masih mempunyai garis keturunan dengan Basyaiban. Keturunan Keluarga Besar Basyaiban juga banyak yang melakukan pernikahan dengan keluarga besar keturunan Walisongo, jadi tidak mengherankan jika antara kedua keturunan tersebut telah terjalin hubungan kekeluargaan yang erat. Keluarga besar Basyaiban juga termasuk keluarga yang sukses melakukan akulturasi dengan budaya Indonesia. Sehingga Van Der Berg sampai keheranan ketika melihat penampilan keluarga ini yang sangat Jawa sekali baik pakaian dan kehidupannya, sedang wajah mereka masih banyak yang Arab sekali.
Bila keluarga besar Basyaiban kukuh di Jawa, maka sebenarnya di Sumatra Selatan fam ini juga berkembang sesuai dengan catatan ahli nasab Palembang yaitu Sayyid Isa bin Muhammad Al Kaff. Catatan Sayyid Isa juga telah diakui dan dicocokkan oleh salah satu keturunan yang ada di Palembang yang telah menelpon saya beberapa tahun yang lalu. Mungkin nanti keluarga besar Basyaiban yang ada di Jawa terutama yang di magelang dan Jawa Timur bisa meneliti hal ini.
Jadi tentang masalah nasab Basyaiban ini ada baiknya kita bertanya kepada pini sepuh atau yang diberi tanggung jawab menjadi pemelihara dan penjaga nasab dari keluarga ini yang masih ada ada. Kebetulan sebelum kasus ini viral, 10 tahun lalu saya sering diberikan berbagai info tentang sejarah dan perkembangan nasab ini dari saudara saya yang istrinya dari Basyaiban. Jadi walau sedikit paling tidak saya bisa faham. Keluarga Basyaiban adalah keluarga tertua setelah Walisongo dan catatan dan riwayat mereka sangat terjaga...
Disisi lain, kisruh nasab tidak akan pernah selesai selama semua fihak masing masing kukuh pada pendapatnya. Ibaratnya sampai kapanpun minyak dan air tidak akan pernah bisa disatukan. Bagaimana cara menyelesaikannya ? ya pisahkan saja, air ya tetap air, minyak ya tetap minyak, keduanya mempunyai banyak manfaat, keduanya mempunyai fungsi masing². Jangan suruh air jadi minyak untuk menghidupkan mesin, jangan jadikan minyak untuk menyiram tanaman...
Wallahu A'lam Bisshowwab...
Catatan penting ; Menurut salah satu keturunan dari Tuan Idrus Tanjung Salam, bahwa leluhur mereka bukanlah Al Idrus, itu adalah sanad thoriqoh mereka, sedang secara nasab mereka adalah keturunan Sayyìd Abdurrahman Basyaiban dan hal ini sudah dicocokan dengan catatan Sayyid Isa Al Kaf... (namun demikian hal ini nanti bisa dikaji ulang oleh keluarga besar Basyaiban, karena ilmu nasab itu masih terus berkembang)
Sumber Foto : Sayyid Muhammad Syamsu halaman 27 pada buku Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya.