Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah
Hari ini saya melakukan sebuah perjalanan singkat ke sebuah gedung bersejarah bagi perjuangan ummat Islam Indonesia...gedung yang mungkin sudah banyak fihak yang melupakannya...
Sebelumnya gedung ini telah membuat saya penasaran dimana letak posisinya, karena rasa-rasanya kok gedung ini dekat sekali dengan kehidupan saya waktu SMP tahun 1985 - 1988. Setelah saya buka-buka buku sejarah gedung bersejarah Jakarta dan mudah-mudahan kalau tidak salah juga dari bukunya Biografi KH Wahid Hasyim, akhirnya ketemu jugalah gedung ini..
Mencari gedung ini tidak terlalu sulit karena posisinya ditengah kota Jakarta. Sekitar 20 menitan saya mencari akhirnya ketemulah saya dengan gedung yang bernilai sejarah tinggi ini. Ternyata posisi gedung ini jugq berada dekat dengan Masjid Cut Mutia, masjid dimana halaman dan tamannya menjadi tempat saya waktu SMP sering nongkrong bareng sama teman² SMPN 18 yang gedung sekolahnya posisinya tidak terlalu jauh.
Wilayah² didekat gedung MIAI tidaklah begitu aneh jika dihubungkan dengan sejarah perjuangan bangsa juga cocok dijadikan untuk bagian program wisata ziarah . Dari pengalaman remaja saya wilayah Menteng dan sekitarnya khususnya jalan Teuku Umar sarat nuansa sejarah. Saya dan dulu berapa teman sambil jalan kadang bersepeda sering sekali saya melewati wilayan yang hijau dan asri ini, bahkan wilayah menteng jadi tempat nongkrong teman² SMP lain yang ada di wilayah jakarta pusat. Selain di jalan sabang juga di jalan jaksa yang fenomenal karena menjadi tempat tongkrongan bule.
Menemukan gedung ini rasanya seperti menemukan harta karun dalam bidang sejarah. Karena memang sudah lama saya ingin menapaktilasi. Fotonya banyak di internet tapi informasi yang terbaru sulit sekali didapati. Berbekal informasi yang sudah saya dapati berangkatlah saya hari ini dengan niat Lilllahi taala...
Walaupun fungsinya hanya digunakan selama 5 tahun, namun selama itu pula gedung ini menjadi saksi bisu betapa organisasi besar MIAI yang umurnya singkat tapi telah berhasil menjadi organisasi yang sangat berpengaruh bagi bangsa. MIAI jelas merupakan organisasi yang diperhitungkan Belanda dan Jepang karena didalamnya banyak terdapat organisasi Islam besar dan juga tokoh politik dan ulama ulama besar.
Didalam tubuh organisasi MIAI terdiri dari :
1. Nahdatul Ulama
2. Muhammadiyah
3. Al Irsyad
4. Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII),
5. Al Khoiriyah
6. Persyarikatan Ulama Indonesia (PUI)
7. Al Hidayatul Islamiyah,
8. Persatuan Islam (Persis)
9. Partai Islam Indonesia (PII)
10. Partai Arab Indonesia (PAI)
11. Jong Islamiaten Bond
12., Al Ittihadiyatul Islamiyah
13.Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)
Organisasi² ini sangatlah besar jumlah pengikutnya, sehingga segala tindak tanduk dan kebijakan politiknya otomatis akan diikuti massanya, hebatnya organisasi ini tidak terpengaruh dengan gerakan² diluar indonesia. Pergerakan tokoh-tokohnya yang lihai dan cerdik mampu menciptakan irama politik yang cantik dan cerdas sehingga fihak Belanda pun tidak membubarkannya begitu saja, justru setelah Jepang masuk MIAI dibubarkan karena dianggap tidak mampu mengakomodir keinginan politik Jepang, Jepang justru curiga terhadap aktifitas tokoh-tokohnya yang mengarah kepada perlawanan terhadap kolonial imperialis.
Tentu ada alasan tetentu kenapa MIAI bisa mendapatkan gedung disini. Posisinya memang sangat strategis. Di depannya ada Stasiun Gondangdia dan mesjid mutia dan disampingnya Kelurahan Gondangdia. Stasiun Kereta Api Gondangdia juga tidak jauh, posisi gedung MIAI jika ditempuh dari stasiun Manggarai dan Stasiun Gambir hanya memakan waktu 10 sd 15 menit dengan kereta. Kedua stasiun itu dulu banyak digunakan para pejuang dan ulama sebagai sarana transportasi dari jawa timur, Jogyakarta dan jawa barat. Maju sedikit ada Gedung Juang 45. Menyebrang kali Ciliwung ada Majelis Habib Ali Kwitang yang sering menjadi tempat berkumpulnya ulama² karismatik Jakarta bahkan Indonesia dan luar negeri . Agak kearah barat ada lapangan ikada (Monas) dan Istana negara. Belum lagi gedung² bersejarah yang bertebaran di jalan kramat raya dan senen seperti gedung PBNU, Ansor, DDI, Meseum sumpah pemuda, museum kebangkitan nasional. Sekitar wilayah menteng juga banyak bangunan bangunan bersejarah bernilai tinggi peninggalan Belanda.
Posisi gedung MIAI betul² sangat strategis untuk kemana-mana dan mempermudah komunikasi. Sebagai markas sekretariat bersama sudah tentu gedung ini sering dikunjungi para tokoh politik dan ulama ulama besar Islam...
Walaupun kiprah MIAI hanya 5 tahun karena dibubarkan Jepang dan kemudian diganti Masyumi, gedung ini telah menorehkan tinta sejarah emas dalam perjuangan Islam Indonesia...
Gedung yang bersejarah saat ini pengelolaannya dipegang PEMDA DKI dengan status Cagar Budaya. Bangunannya masih asli dan terlihat masih kokoh. Lokasi berada di jalan TEUKU UMAR NO. 1 MENTENG JAKARTA PUSAT.
Alhamdulillah untuk masuk ke area luar gedung ini saya dipersilahkan keamanan setempat. Fihak keamanan dengan ramah mengizinkan saya hanya sebatas foto dan pengambilan video sekilas...suasana sekitar sangat hijau dan asri. Nuansa tempo dulu masih sangat terasa padahal kalau kita keluar gedung gedung pencakar langit sudah mengelilingi kita. Tapi untuk wilayah gedung MIAI ini rasanya kesan tempo dulu sangat ajib sekali...sempat saya merenung sambil berdiri membayangkan bagaimana dulu para ulama ketika berada disini...rapat, diskusi, ngaji bahkan sampai menginap bersama untuk perjuangan....
Sayangnya, gedung yang dulunya juga pernah digunakan sebagai kantor imigrasi penggunaanya sudah beralih fungsi menjadi Kafe, Bar, Restaurant dan galeri seni...walaupun demikian dimasa pandemi ini aktifitas² tersebut ditutup.
Gedung MIAI ini adalah saksi sejarah bisu yang keberadaannya menjadi bukti betapa kiprah para ulama dan tokoh tokoh politik Islam itu besar pengaruhnya bagi bangsa ini..sayang sekali kalau anda tidak mengunjunginya...
Ditulis di Masjid Cut Mutiah
Jakarta, Sabtu 28 Agustus 2021