Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah
Nama beliau yang tertera jelas di nisan adalah SYEKH MAULANA SAINAN JAYA RATU. Sebagian menyebutnya dengan nama Mbah Buyut Sena. Dalam beberapa sumber yang saya pelajari sosok ini mengarah pada nama PANGERAN SENOPATI dan berasal dari Kesultanan Banten yang ditugaskan untuk menghadapi VOC.
Jika dipelajari lebih lanjut nampaknya beliau ini hidupnya berada di masa Kejayaan Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dan putra²nya. Tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah lengkap beliau ini.
Secara nasab atau garis keturunan beliau ini ada yang mengkaitkannya dengan As-Sayyid Fattahillah Pendiri Kota Jakarta. Selain dengan Fatahillah banyak juga yang mengkaitkan diri beliau dengan Kerajaan Pajajaran. Pangeran Senopati tentu bukanlah orang sembarangan. Beberapa tahun lalu ada informasi yang masuk ke saya kalau beliau ini adalah ayah dari Pangeran Sanghyang yang dimakamkan di Jatinegara Kaum. Catatan yang pernah saya pelajari ternyata Pangeran Sanghyang ini nanti banyak menurunkan ulama² besar Jakarta yang salah satunya adalah GURU AMIN KALIBATA JAKARTA SELATAN. Guru Amin pada masa perjuangan dikenal Militan dan gigih. Salah satu saksi bisu adalah TMP KALIBATA yang dulu pernah terjadi pertempuran hidup mati pasukan Guru Amin dengan penjajah. Sehingga masuk akal jika jiwa jihad dan keberaniannya merupakan warisan emas dari para leluhurnya itu termasuk Pangeran Senopati atau Mbah Buyut Sena.
Para tokoh masa lalu, selain bertugas pada Kesultanan banyak dari mereka yang juga ulama dan penyebar agama Islam termasuk Pangeran Senopati. Pada masa lalu Jakarta dan sekitarnya khususnya yang berada di pedalaman memang sangat membutuhkan dai-dai yang bisa membimbing masyarakat. Suasana Jakarta khususnya wilayah Timur, Selatan dan Barat masih banyak yang membutuhkan kiprah dari ulama yang multi talenta seperti halnya yang pernah dilakukan di wilayah Jawa dan sunda yang lebih dahulu telah terkelola secara sistematis oleh Majelis² Dakwah. Suasana Jakarta atau Batavia dahulunya kegiatan banyak terdapat di pesisir utara. Tidak mengherankan jika di pesisir utara banyak terdapat pemukiman² bangsa dari berbagai manca negara.
Namun demikian suasana juga sering tidak kondusif dikarenakan VOC selalu membuat kebijakan² yang merugikan umat Islam. Perjanjian² sering dilanggar sehingga pada akhirnya membuat para penguasa kesultanan jengkel. Kesultanan Banten sebagai pemerintahan yang mandiri pun tidak tinggal diam terhadap kebijakan² VOC yang sefihak. Bahkan Kerajaan Mataram pun sebelumnya pernah melakukan serangan besar-besaran ke Benteng Batavia tahun 1628 - 1629 M. Walaupun gagal tapi expedisi besar ini telah membuat VOC lebih berhati-hati terhadap kekuatan Islam.
Pangeran Senopati dalam perkembangan selanjutnya telah melakukan hijrah ke wilayah Timur Jakarta dimana saat itu banyak dihuni pejuang-pejuang Islam. Bergeraknya Pangeran Senopati juga untuk menghindari kejaran VOC yang terus memburu pejuang pejuang Islam. Sebagai Panglima Perang tentu keberadaan terus dicari.
Setelah beberapa saat, dari wilayah Jatinegara Kaum, beliau kemudian terus bergerak lagi ke arah Pesisir Utara Bekasi hingga akhirmya tibalah di wilayah Cibarusah. Di wilayah inilah beliau berdakwah dan mengajar masyarakat sampai akhir hayatnya...