1. 30 Ramadhan 933 Hijriah, Terjadinya proses penyerahan kekuasaan kembali secara damai dari Ratu Sunda Kelapa kepada Fattahillah. Perlu diketahui bahwa pengambil alihan Keraton Sunda Kelapa yang ada Di Marunda ketangan Fattahillah tidaklah dilakukan dengan peperangan seperti yƤng pernah ditulis oleh beberapa orang. Hal ini dikarenakan Sultan Trenggono (Sutan Demak) sebagai pemegang komando tertinggi melarang para mujahidin untuk berperang guna menghormati bulan Ramadhon. Lagi pula pada masa itu para penguasa Sunda Kelapa sudah banyak yang masuk Islam, hal ini dibuktikan ketika mereka ikut berjihad bersama kesultanan demak dalam rangka menggempur Portugis Di Malaka tahun 1512 Masehi. Sayang pasca gagalnya Demak menggempur Portugis yang ke III di Malaka tahun 1521 telah berimbas dengan dicaploknya Sunda Kelapa oleh Pajajaran yang afiliasi politiknya dekat dengan Portugis di tahun 1522 M, hingga menyebabkan banyak umat Islam menyingkir ke daerah Palembang, Lampung, Aceh, Cirebon dan Demak . Namun uniknya setelah terjadinya peristiwa diatas ini, salah satu cucu Prabu Surawisesa yang bernama Ratu Ayu Jati Balabar binti Singa Menggala dinikahkan dengan cucu Raden Fattah yang bernama Aria Jipang atau Aria Penangsang bin Pangeran Sekar Seda Lepen atau Pangeran Surawiyata. Ini menandakan bahwa hubungan Kerajaan Pajajaran dan Kesultanan Demak telah harmonis kembali. Tidaklah mengherankan jika kelak di daerah Jawa Barat banyak dihuni keturunan Demak, seperti daerah Tasikmalaya, Garut, Bandung, Cimahi, Cianjur dan juga Jayakarta.
2.Jumat 9 Ramadhan 1364 Hijriah, terjadinya proses Proklamasi yang isinya tentang pernyataan kemerdekaan. Perlu diketahui daerah Proklamasi atau Pegangsaan Timur adalah sebuah basis perjuangan bersejarah para pejuang Islam Mataram - Jayakarta. Nama daerah itu terkenal dengan nama MATRAMAN. Di Matraman juga merupakan salah satu basis perjuangan anak Pangeran Diponegoro yang bernama Pangeran Djoned. Di sekitar daerah ini juga pernah terjadi perang besar antara Perancis dan Inggris. Bung Karno dan Bung Hatta juga adalah pengunjung setia masjid tua bersejarah bernama Masjid Matraman yang berdekatan dengan Proklamasi (hanya sekitar 300 meter saja). KH Agus Salim bahkan pernah memperjuangkan masjid matraman agar tidak digusur Belanda. Disekitar tempat ini juga pernah tinggal KH Wahid Hasyim, Gus Dur, Margono (kakek Prabowo) dan juga ulama ulama besar lainnya termasuk juga dulu Obama Kecil.
Sumber :
KITAB AL FATAWI OLEH KH RATU BAGUS AHMAD SYAR'I MERTAKUSUMA
SEJARAH MASJID MATRAMAN OLEH IWAN MAHMUD AL FATTAH