Jayakarta atau kini bernama Jakarta dalam sejarahnya ternyata bila diteliti lebih dalam banyak terdapat tokoh tokoh besar Islam. Sayangnya keberadaan mereka banyak yang dihapus oleh pena pena jahil kaum penjajah dan antek anteknya. Sejarah Jayakarta seolah hanya secuil bila dibandingkan catatan sejarah yang ada. Sampai saat ini masih banyak fihak yang 100 % mempercayai tulisan tulisan penjajah ini, padahal mereka datang ke negeri ini bukan untuk mencatat sejarah tapi merampok dan menjajah ! Perlu diketahui bahwa pasca jatuhnya pusat pemerintahan Jayakarta disekitar pelabuhan sunda kelapa yang sekarang, tepatnya tahun 1619 masehi, perlawanan dan jihad para mujahidin jayakarta itu tidak pernah berhenti dan hal ini dicatat secara kronologis oleh para pemelihara sejarah asli JAYAKARTA. Bahkan begitu antinya para mujahidin jayakarta sampai nama Batavia sendiri haram untuk disebut sebut dan digunakan. JAYAKARTA sendiri diambil dari Al Quran Surat Al Fath yaitu FATHAN MUBINA.....sehingga sangat wajar mereka lebih cinta nama ini ketimbang nama Batavia.
Para Pejuang Jayakarta sendiri terdiri dari banyak rumpun keturunan, salah satunya adalah dari rumpun keluarga besar Kesultanan Islam Demak dengan tokohnya yang bernama Aria Jipang..
Lantas bila demikian siapakah tokoh Aria Jipang ini....?
Aria Jipang adalah cucu Raden Fattah pendiri kesultanan Islam pertama di pulau Jawa. Nama lain yang cukup dikenal oleh beberapa keturunannya serta masyarakat Jawa adalah ARIA PENANGSANG atau ADIPATI JIPANG PANOLAN atau RATU SHOHIBUL MA'RIFAH atau SAYYID HUSEIN atau SARIMAN RADEN KUNING.
Beliau adalah Santri terbaik Sunan Kudus sekaligus menantu. Aria Jipang juga menantu kesayangan Fattahillah pendiri negeri Jayakarta. Dia juga merupakan cucu menantu Prabu Surawisesa Raja Pajajaran (istrinya bernama Ratu Ayu Jati Balabar binti Adipati Singa Menggala bin Prabu Surawisesa), beberapa istri lainnya juga ada yang merupakan keturunan Walisongo...sepertinya para wali melihat sesuatu yang lain hingga beberapa dari keturunan mereka banyak yang dinikahkan dengan putra Raden Bagus Sayyid Ali/Pangeran Sekar Seda Lepen/Raden Bagus Surowiyoto/Raden Kikin bin RADEN FATTAH SAYYID HASAN ini.
Aria Jipang dimata sejarawan Jawa adalah satu sosok yang digambarkan selalu berkaitan dengan hal hal yang penuh kontroversial. Kisahnya menurut cerita rakyat Jawa penuh dengan intrik dan berdarah darah, dia juga dijadikan musuh bersama pada waktu itu...kisahnya penuh dengan keburukan dan kebengisan...sampai saat sekarang cerita yang sarat dengan fitnah ini masih banyak dipercaya. Hingga saat ini masih banyak fihak yang percaya kalau dia tewas secara mengenaskan diwilayahnya sendiri. Cerita semakin aneh ketika dia digambarkan bertempur dengan gagah berani dengan kondisi usus terburai dikarenakan terkena kerisnya sendiri (kelak kejadian ini diabadikan dalam pakaian adat pengantin jawa berupa bunga melati yang digulungkan ke keris sang pengantin pria) seolah peristiwa itu pernah terjadi padahal semua itu adalah fitnah dan fiktif. Cerita yang juga tidak masuk akal digambarkan sehabis dia melakukan uzlah dan puasa selama 40 hari untuk memperdalam thoriqohnya justru dia diceritakan malah menjadi ganas dan tidak bisa mengontrol kebringasannya......aneh.....belum lagi katanya dia akan kena kutukan bila bertempur di kali bengawan solo padahal wilayah kali bengawan solo adalah tempat dia lahir dan besar sehingga dia sangat faham betul bagaimana seluk beluk daerah ini. Lebih konyol lagi dia katanya bertarung seorang diri karena merasa sakti, padahal dia orang yang penuh perhitungan dan dikenal sebagai ahli strategi perang dan ini nanti terbukti dimana Jayakarta menjadi aman dan salah satu wilayah bentukannya di daerah komering yang bernama Desa Gunung Batu bahkan tidak pernah bisa ditembus oleh musuh manapun. Bahkan dia pernah memukul mundur secara telak pasukan musuh yang mau menguasai desa yang didirikannya itu dan ketahuilah daerah tersebut sama persis letak geografisnya dengan Jipang Panolan ! Daerah yang merupakan asal usulnya.
Berbagai bumbu bumbu cerita aneh diatas ini betul betul telah menghancurkan nama baik beliau hingga masyarakat menganggap dia sebagai sampah yang harus dibuang. Padahal terhadap binatang saja kasih sayangnya luar biasa. Terhadap rakyat kecil saja kepeduliannya saja sangat tinggi. Sikap hidup zuhudnya mencerminkan itu semua. Tapi itulah kisah tragis yang terjadi di negeri asalnya.....
Tapi tidak untuk di Jayakarta Dan Palembang...
Kisah miringnya di Jawa terbantahkan di Palembang dan Jayakarta....di kedua negeri itu justru beliau berdakwah dan berjuang menegakkan nilai nilai islamiah. Kontras dengan berita di jawa, Aria Jipang justru dikenal didua daerah tersebut sebagai penganut thoriqoh yang kuat, peduli rakyat, punya sikap ksatria dan hidup sederhana.
Sebagai orang besar memang fitnah terhadap dirinya selalu muncul bertubi tubi, mulai dari tuduhan pembunuhan, tuduhan berangasan, diktator kejam, sampai ingin melancarkan kudeta. Namun tuduhan tersebut tidak ditanggapinya, beliau lebih memilih berbuat yang terbaik untuk umat dan rakyat, beliau lebih memilih turun kerakyat dan berdakwah. Sosok yang hafal qur'an dan mursyid thoriqoh dan zuhud ini lebih memilih diam dalam menanggapi fitnah yang ada, hal yang membuat pengikutnya tidak habis fikir mengingat kedudukannya yang berkuasa saat itu...namun aria jipang tetaplah aria jipang, dia lebih memilih kata hatinya, dia lebih patuh kepada guru dan para wali. Inilah yang nanti akan semakin membuat pengikutnya setia dan cinta sehingga mereka rela mengikutinya kemana dia mengembara...Aria Jipang memang manusia biasa dan dia juga banyak kelemahan. Salah satu kelemahannya dia tidak pernah mau menghadapi fitnah dengan tegas, dia kebanyakan memilih mengalah. Sehingga ketika fitnah bermunculan tidak ada yang bisa mengklarifikasi karena Aria Jipang sendiri bungkam....tetapi itulah watak dari Putra kesayangan dari Ratu Ayu Retno Panggung binti Sunan/Adipati Panggung.
Sebagai pewaris tertua kesultanan demak posisinya memang sangat rawan namun beliau juga legowo bila tidak terpilih karena baginya kesultanan demak bukanlah kerajaan. Para sultan demak yang telah dipilih adalah atas pilihan Majelis Agung Kesultanan (Walisongo). Sehingga untuk menghindari fitnah yang berkaitan dengan kepemimpinan, beliau lebih mengikuti titah sunan kudus dan Fattahilah untuk terus melakukan pengembaraan sufi dan berdakwah di berbagai negeri termasuk Jayakarta.
Di Jayakarta bersama dengan mertuanya, serta maulana hasanuddin mereka bahu membahu membangun kota islam ini dengan semangat kebersamaan.
Kedatangan Aria Jipang di akhir tahun tahun 1530an adalah atas perintah Majelis Wali Agung Kesultanan Demak. Para wali melihat bahwa sosok Aria Jipang sangat berkompeten mengelola Jayakarta yang tahun 1527 M berhasil dikuasai secara damai dari tangan penguasa sunda kelapa untuk kemudian di tahun yang sama berhasil pula dipertahankan dari usaha pencaplokan portugis atau paringgi. Atas usul Majelis Wali Agung Kesultanan Demak, Sultan Trenggono mengirim keponakannya ini ke negeri Jayakarta sebagai wakil Kesultanan. Pada waktu itu Aria Jipang memang dikenal sebagai Kesatria tangguh, ahli bela diri dan ahli strategi. Salah satu prestasi gemilangnya ketika dia bersama pasukan khususnyya menahlukan beberappa daerah di Timur Jawa dengan kuda andalannya yang bernama Gagak Rimang.
Puncaknya pada era 1540an setelah kedatangan Aria Jipang negeri Jayakarta mencapai kejayaan di segala bidang. Jayakarta menjadi negeri yang disegani berbagai bangsa...pelabuhan sunda kelapa menjadi harum dimana mana.
Setelah berhasil membuat Jayakarta berjaya, beliiau kembali ke kesultanan, namun tidak lama kedatangannya sultan trenggono gugur syahid di tahun 1546. Kondisi kesultanan demak tidak kondusif, hingga akhirnya beliau memutuskan kembali ke Jipang Panolan (kini menjadi desa di wilayah cepu). Namun karena kondisi politik semakin tidak menentu akhirnya beliau hijrah ke Komering Palembang bersama anak anak sunan kudus beserta istri dan anak anaknya serta para pengikutnya yang setia. Kepergian beliau dilakukan dengan cukup matang tapi diam diam, hal ini untuk keselamatan keluarga besarnya dari ancaman musuh musuh yang tidak senang dengan Kesultanan Demak dan salah satu target yang harus dibunuh adalah Aria Jipang mengingat dialah yang paling berani melawan kezaliman dan tantangan musuh Kesultanan Demak. DEMAK dibenci karena dianggap telah meruntuhkan Majapahit dan juga membuat kepercayaan sebelumnya tersingkir. Sejak Hijrah itulah semua rahasia hidupnya disimpan rapat rapat, semua keluarga demak juga tutup mulut. Hijrahnya Aria Jipang sempat disambut oleh Bangsawan Kedatuan Skala Brak Lampung. Di Skala Brak beliau dihormati karena nama besar Raden Fattah. Dari Skala Brak ini beliau memasuki wilayah komering sumatra selatan yang saat itu merupakan hutan lebat dengan sungai sungai yang ganas arusnya. DI KOMERING inilah namanya berganti menjadi Ratu Shohibul Ma'rifah, nama Aria Jipang tinggal menjadi kenangan saat beliau menginjakkan kakinya di Sumatra Selatan. Beliau wafat pada tahun 1611 dalam usia 99 tahun di Indralaya ogan ilir sumsel dan disini beliau kembali berganti nama menjadi Sariman Raden Kuning. Estafet perjuanganya dilanjutkan beberapa anak dan keturunanya yang ada di Jayakarta dan Komering Palembang. Di Palembang bahkan salah satu produk undang undang atau peraturan kepemerintahan milik beliau dipakai pemerintah Belanda dengan nama "PIAGAM ING JIPANG". PIAGAM JIPANG mengambil sumber dari kitab JUGHUL MUDA Milik Kesultanan Demak, sedangkan Jughul Muda mengadopsi dari Al Quran, Hadist, Ijtihad dan Qiyas. Semua itu atas jasa Raden Fattah dan Wajelis Agung Kesultanan Demak yang lebih dikenal dengan nama WALISONGO.
Kelak dari keturunan Aria Jipang akan muncul nama nama mujahidin dan pemimpin perang jihad di jayakarta seperti : Raden Kertadria (syahid pada peristiwa pecah kulit dengan cara diputus tubuhnya dengan diikatkan kepada 4 kuda di 4 penjuru), pangeran wirantayuda (panglima perang pasukan untung surapati), Raden Aria Wiratanudatar (adipati cianjur yang dahulunya pemimpin perang jihad di jayakarta kemudian hijrah ke cianjur, keturunannya banyak yang jadi ulama besar ), pangeran papak garut wanaraja (hijrah ke garut karena dikejar kejar penjajah), raden cakrajaya (panglima perang jayakarta, leluhur syekh junaid al batawi dan guru mansur ahli falak), Raden Muhammad Ali dan Raden Rojiih (Dua anggota karismatik dari organisasi Pituan Pitulung/Pitung), Sekamaji Marijan Kartosuwiryo (tokoh islam militan), syekh abdul ghoni yang merupakan waliyullah betawi, satu masa dengan sayyid usman bin yahya, mbah nurkarim waliyullah dari cimahi, waliyullah mbah jangkung cimahi, KH Ahmad Syar'i tokoh dibalik pemberontakan ki dalang tahun 1924 ditangerang, KH Wasit pemimpin pemberontakan cilegon tahun 1888 dan masih banyak lagi yang lainnya....mereka juga banyak yang mendalami thoriqoh bahkan banyak yang menjadi mursyid. thoriqoh yang dianut seperti qodiriyah, sadziliyah, nur muhammadiyah dan beberapa lagi yang lainnya.
Keturunan Aria Jipang atau Aria Penangsang banyak yang gugur dan syahid ditangan penjajah dan antek anteknya, mereka juga banyak yang diburu hidup atau mati oleh penjajah, sehingga untuk meneruskan perjuangan jihadnya, keluarga besar Keturunan Aria jipang lebih memilih hijrah ke berbagai daerah seperti di daerah dipinggir jayakarta yang diantaranya : bekasi, Ragunan, jagakarsa, kebagusan, jatinegara kaum, kayu putih tanah tinggi (masuk daerah pulogadung jakarta timur), Rawa Belong, senayan, kemandoran, tanah abang, slipi, cengkareng, dll. Mereka ada juga yang hijrah ke garut, cianjur, bogor, cilegon, dipati ukur (bandung), palembang, indramayu, komering, lampung, malaka, aceh, sumatra barat, jombang, gresik, jogyà, solo dan wilayah wilayah lainnya. Selama hidupnya beliau mempunyai 38 orang anak (36 putra dan 2 putri) dari hasil pernikahan sebanyak 10 kali dengan waktu yang berbeda. Banyak dari keturunannya ebih memilih menjadi anggota masyarakat biasa sambil terus menggelorakan semangat jihad fisabilillah.......mereka menutupi jati diri keturunanya agar tidak mudah terlacak para penghianat perjuangan....
Sepertinya perjuangan mereka tidak akan pernah berhenti dimanapun berada...sekalipun badai fitnah dan pengkhianatan silih berganti berdatangan....Jihad Islam tidak akan pernah padam di diri mereka.
Sumber :
Kitab Al Fatawi oleh KH Ahmad Syar' i Mertakusuma, tahun 1910
Kitab Wangsa Aria Jipang di Jayakarta oleh Gunawan Mertakusuma, tahun 1986
Riwayat Lisan dari Al Haj Husein Djawa bin Sulaiman bin Said (pewaris anak tertua cucu tertua Aria Jipang yang ke 13 di komering) yang didapat dari kakeknya pada tahun 1950an dan sudah dicocokan dengan berbagai sumber penelitian yang alfaqir lakukan sejak tahun 1989 sampai sekarang.
Catatan keluarga besar Ajengan Abuya Ammar dari Cigugur Cimahi yang ditulis tahun 1960an