Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.........
Bismillahirrahmanirrahim.......
Alhamdulillah...Segala puja dan puji marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana hingga detik ini kita masih diberikan oleh-Nya berbagai macam nikmat, baik itu nikmat Iman, nikmat Islam dan juga nikmat sehat wal afiat sehingga pada saat ini kita masih mampu beraktifitas didalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan adanya nikmat-nikmat ini akan selalu membuat kehidupan kita menjadi berkah, amin... Sholawat dan salam marilah senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Kecintaan kita, Manusia Yang Agung, Penutup Para Nabi & Rasul, Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW beserta para keluarganya, para Sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, dan semoga kita semua akan senantiasa mendapatkan syafaat dari beliau dihari kiamat nanti. Amin Ya Robbal Alamin......
Saudara-saudariku yang berbahagia yang berada dalam ruang lingkup dunia maya....
Untuk kesekian kalinya, kami akan mencoba menuliskan kembali tentang Seri Kehidupan Keluarga Besar Nabi Muhammad SAW. Menulis tentang sejarah dan juga perjuangan mereka sangatlah mengesankan, kami sendiri merasakan hal ini, kehidupan Ahlul Bait adalah kehidupan yang penuh dengan cobaan dan perjuangan, namun demikian semua perjuangan dan cobaan itu justru telah menjadikan mereka menjadi manusia-manusia terbaik sepanjang zaman.
Untuk kesempatan kali ini kami akan mengangkat sejarah tentang seorang wanita keturunan Ahlul Bait yang jarang diketahui masyarakat Islam pada umumnya, padahal menurut kami tokoh yang kami angkat ini tidak kalah besarnya dengan nama-nama tokoh Ahlul Bait lainnya. Beliau adalah Sayyidah Nafisah RA, seorang wanita yang kelak terkenal akan kezuhudan dan ibadahnya.
Sudah berapa kali kami membaca biografi beliau, dan setiap membaca biografi beliau kami merasa kagum dengan semangat perjuangan, ibadah dan juga kealiman seorang Sayyidah Nafisah ini. Selama ini mungkin sebagian dari kita hanya mengenal beberapa wanita yang terkenal akan kealiman dan kecerdasan pada masa-masa terdahulu seperti Sayyidah Khadijah Al Kubro, Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq, Sayyidah Hafsah binti Umar bin Khattab, Sayyidah Fatimah binti Rasulullah SAW, Sayyidah Zaenab binti Ali bin Abi Thalib, Sukainah binti Al Husain, Rabiatul Adawiyah, dll. Namun ternyata dibalik nama-nama tersebut, ada satu nama yang tidak kalah menakjubkan dari mereka yang telah kami sebutkan itu, beliau adalah Sayyidah Nafisah. Harus diakui memang untuk mencari tulisan tentang Sayyidah Nafisah ini gampang-gampang susah, namun berkat izin Allah akhirnya sayapun memperoleh referensi tentang beliau yang mudah-mudahan sedikit banyak bisa membantu kita mengenal wanita ahli ibadah ini.
Siapakah beliau ini?
Beliau lahir pada haru Rabu tanggal 11 Rabiul Awal 145 H di Makkah. Beliau adalah salah satu keturunan Rasulullah SAW dari keturunan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Adapun Nasab Sayyidah Nafisah adalah sebagai berikut :
Nasab Ayah beliau : Sayyidah Nafisah binti Al Hasan bin Zaid bin Al Hasan bin Ali Bin Abi Thalib
Sedangkan ibu beliau adalah Ummu Walad. Seorang wanita yang shalehah dan sangat terkenal dan dihormati di Madinah, kedudukannya yang tadinya kurang dihormati karena faktor status sosialnya menjadi terangkat setelah dinikahi oleh Al Hasan Al Anwar bin Zaid bin Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Begitulah cara Ahlul Bait mengangkat derajat seorang wanita. Dapat dikatakan bahwa Ahlul bait dan beberapa sahabat pelopor dalam memusnahkan superiotas sikap bangsa Arab yang sering menganggap rendah para budak. Padahal kedudukan manusia dimata Allah sama sederajat.
Ayah Nafisah, Hasan Al Anwar bin Zaid (Abu Muhammad) adalah sesepuh Bani Hasyim pada zamannya. Termasuk golongan Tabi’in dan ulama cerdas dan mulia. Bani Hasyim menjadikan ayah Sayyidah Nafisah sebagai rujukan setiap permasalahan mereka. Hal tersebut dikarenakan ilmu, kecerdasan, kewibawaan dan sikap wara’ Al Hasan bin Zaid.
Ayah Sayyidah Nafisah adalah Walikota pada masa pemerintahan Al Manshur dari Dinasti Abbasiah selama lima tahun. Pada waktu itu ayahnya termasuk golongan terbaik penduduk Madinah. Sayyidah Nafisah turut menjadi saksi hari-hari kepemimpinana ayahnya di Madinah.
KEHIDUPAN MULIA DI RUMAH MULIA
Sayyidah Nafisah hidup dilingkungan Kenabian. Setelah dilahirkan di Makkah Al Mukaramah, ia tinggal dalam nuansa keagungan dan kemuliaan. Bersama orangtua, ia pindah dalam nuansa keagungan dan kemuliaan. Bersama dengan orangtuanya, ia pindah ke Madiha Al Munawarah. Pada saat itu, ia berumur lima tahun.
Sejak awal, Sayyidah Nafisah selalu disibukkan dengan mempelajari ilmu-ilmu keagamaan. Sayyidah Nafisah memiliki posisi seperti gadis-gadis lain di Madinah. Ia pergi ke masjid kakeknya bersama sekelompok gadis-gadis Madinah untuk mempelajari Hadist dan Fiqih. Diantara ulama yang mengajar di Masjid Nabawi saat itu adalah Imam Malik. Sayyidah Nafisah termasuk murid yang hebat dan telah berhasil membaca Kitab Al Muwathta’ dihadapan Imam Malik.
PERNIKAHAN YANG PENUH BERKAH
Sudah saatnya bagi Sayyidah Nafisah mendapatkan pendamping seorang pemuda dari Ahlul Bait yang menjadi dambaannya. Para Pemuda berusaha memikat Sayyidah Nafisah sebagaimana lebah yang mengerumuni bunga yang sedang mekar dan murni. Orang Quraisy dan Ahlul Bait semuanya memiliki nasab. Harta dan kemuliaan yang setara dengan kemuliaan Sayyidah Nafisah.
Hati mereka sama, yaitu ingin memiliki pendamping dari keturunan Keluarga Nabi, sebabnya Sayyidah Nafisah memiliki Keimanan, kebaikan, ketakwaan, keilmuwan dan rajin ibadah. Tentang kecantikan Sayyidah Nafisah, buku-buku sejarah menceritakan bahwa ia seorang wanita yang anggun, cantik, mulia dan sempurna.
Ketika datang seorang yang mempunyai kemuliaan, harta atau nasab yang baik, ayahnya selalu menolaknya dengan halus, hingga datang Al Imam Ishaq Al Mu’tamin bin Imam Jakfar As-Shodiq.
Diceritakan bahwa rumah Imam Ishaq sangat dekat dengan rumah Sayyidah Nafisah, seperti kedekatan hati mereka. Rumah orangtua ayah Sayyidah Nafisah berhadap-hadapan dengan rumah Imam Jakfar As-Shodiq. Al Imam Ishaq meminang Sayyidah Nafisah kepada ayahnya dan Sayyidah Nafisah tidak memberikan jawaban apapun karena hanya bisa diam membisu. Hal itu mungkin karena Sayyidah Nafisah melakukan sholat istikhoroh, atau memang ia menginginkan Imam Ishaq dari awal.
Ayah Sayyidah Nafisah kemudian menerima pinangannya, akada dan pesta pernikahan pun segera dilaksanakan dan dihadiri seluruh keluarga Ahlul Bait dan undangan para pembesar Suku Quraish.
Pernikahan ini dilaksanakan pada tahun 161 Hijriah dikediaman Imam Jakfar As-Shodiq. Yaitu sebuah rumah yang didalamnya terdapat sumber mata air yang mengalir yang diperuntukkan untuk siapa saja yang mau mengambilnya sebagai shodaqoh bagi Imam untuk orang banyak.
Pernikahan Imam Ishaq dan Sayyidah Nafisah telah mengumpulkan dua keluarga yang mengumpulkan dua keluarga yang memiliki kesucian dan kemuliaan. Imam Ishaq adalah keturunan Sayyidina Husein, sedangkan Sayyidah Nafisah adalah keturunan dari Sayyidina Hasan. Karena Imam Ishaq adalah putra Imam Jakfar As-Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jadi Imam Ishaq yang mendapat gelar Al Mu’tamin adalah keturunan Al Husain. Imam Ishaq dilahirkan di Aridh, nama sebuah lembah di Madinah. Beliau seorang ahli ibadah, ahli hadist, sholeh, bertakwa dan ahli dalam bidang agama dan seorang mujtahid. Imam Ishaq bin Jakfar Ash-Shodiq adalah salah satu perawi hadist.
Imam Ibnu Kasib setiap meriwayatkan sebuah hadist atau riwayat selalu menerangkan “ Aku menerima hadist ini dari orang terpercaya, yaitu Ishaq bin Jakfar....”. Selain Ibnu Kasib dan Ibnu Uyainah, terdapat jamaah lain yang meriwayatkan hadist melalui Imam Ishaq bin Jakfar yaitu Bakr bin Muhammad Al Azdy, Ya’qub bin Jakfar Al Ja’fari, Abdullah bin Ibrahim Al Ja’fari dan Al Wasya.
Dari pernikahan antara Sayyidah Nafisah dengan Imam Ishaq lahirlah seorang putra yang bernama Al Qosim dan putri yang bernama Ummu Kultsum.
PERJALANAN SAYYIDAH NAFISAH KE MESIR
Dalah sejarahnya Sayyidah Nafisah dilahirkan di Mekkah Al Mukaromah, kemudian pindah ke Madinah Al Munawaroh mengikuti ayahnya. Beliau menetap di Madinah sampai ayahnya dipenjara oleh Al Manshur sejak tahun 156 Hijriah sampai 159 Hijriah. Ayahnya kemudian dibebaskan oleh Al Mahdi pengganti Al Manshur. Tidak hanya itu, oleh Khalifah Al Mahdi, nama baik ayah Sayyidah Nafisah ni diperbaiki dan seluruh hartanya yang pernah disita dikembalikan kepada ayahnya.
Sayyidah Nafisah menetap di Madinah dengan tenang dan damai, sampai ia menikah dengan Imam Ishaq Al Mu’taman bin Imam Jakfar As-Shodiq.
Suatu hari Sayidah Nafisah berhasrat dan rindu ingin mengunjungi makam Nabi Ibrahim AS. Maka iapun berkunjung ke Makam Nabi Ibrahim AS dan makam-makam lain, diantaranya adalah makam Sayyidah Zaenab binti Ali bin Abi Thalib dan makam bibinya Sayyidah Fatimah binti AL Hasan serta neneknya Sayyidah Fatimah Azzahra.
Kunjungan-kunjungan Sayyidah Nafisah, berakhir di Damaskus. Orang-orang Damaskus menyambut Sayyidah Nafisah dengan sambutan yang mulia, khususnya para ulama. Di antara mereka terdapat Abu Salman Ad- Darani, seorang ulama yang zuhud dan Sholeh.
Setelah Sayyidah Nafisah selesai di damaskus, beliau kemudian melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan sampai disana pada tanggal 26 Ramadhan 193 Hijriah. Kala itu Mesir dibawah kekuasaan AL Hasan bin AL Bahbah, Wali Mesir pada Khalifah Ar-Rasyid.
Penduduk Mesir sangat mencintai Ahlul bait, sehingga ketika mendengar tentang kedatangan Sayyidah Nafisah yang terkenal wara dan bertakwah, pada pria dan wanita menyambut di luar kota Mesir sambil bertahlil dan bertakbir hingga memasuki wilayah Mesir.
Ketika Sayyidah Nafisah memasuki Mesir, beliau menuju rumah seorang pedagang besar bernama Jamaluddin Abdullah Al Jashash. Ia adalah orang yang sholeh dan terkenal sebagai seorang yang baik dan dapati dipercaya. Dan Jamaluddin termasuk golongan yang menyukai orang-orang yang sholeh, berilmu dan mulia. Sayyidah Nafisah singgah di tempatnya selama beberapa bulan, kemudian pindah kerumah hadiah dari seorang wanita yang bernama Ummu Hani’. Rumah tersebut sangat luas, Sayyidah Nafisah beristirahat disana dan menyambut tamu-tamunya, orang-orang yang mencintainya dan para ulama.
BEBERAPA PENDAPAT ULAMA BESAR MENGENAI SAYYIDAH NAFISAH
Adzahabi : Nafisah, seorang putri yang salehah dan mulia. Putri Amirul Mukminin Al Hasan bin Zaid bin As-Sayyid, cucu Rasulullah SAW Al Hasan bin Ali KWA yang luhur lagi mulia. Pelaku peristiwa agung di Mesir dan Kairo. Nafisah seorang wanita yang ahli ibadah.
Dalam kitab Al Wafayat, Ibnu Khalkan mengatakan Nafisa adalah seorang yang salehah dan bertakwa.
Ibnu Al’Imat mengatakan : “seorang yang mulia, pemilik biografi yang agung, Nafisah binti Al Hasan, pemilik pemandangan indah, besar dan mengagumkan di Mesir. Dan ia termasuk wanita yang shalehah.
Pemilik Kitab Ar-Raudhah Al Faiha’ mengatakan : “Nafisah binti AL Hasan adalah seorang salehah, ahli ibadah dan taat. Dan ia memiliki Karomah yang nyata dan rahasia yang banyak.
Dalam Kitab A’lam An-Nisaa, pengarangnya mengatakan : “Nafisah binti Al Hasan termasuk seorang selalu beribadah, salehah, zuhud, beribadah, salehah dan wara.
GELAR-GELAR SAYYIDAH NAFISAH
Nafisah Al Ilmi : Gelar ini diberikan karena kealiman, pengetahuan, kecerdasannnya dalam melakukan hukum istinbath hukum dan kepiwaiannya dalam mengambil manfaat ilmu. Kecerdasan Sayyidah Nafisah memang sudah nampak sejak masih kanak-kanak.Ia belajar membaca dan menulis ketika berumur tujuh tahun. Dan ia mampu menghafal Al Qur’an secara sempurna pada usia yang relatif masih muda. Orang-orang banyak yang mengunjungi beliau untuk mendengarkan fatwa-fatwanya tentang Sirah An-Nabawi (Sejarah Nabi Muhammad SAW).
Nafisah Al Abidah : Gelar ini diberikan karena ketekunan Sayyidah Nafisah dalam beribadah dan ketakwaannya kepada Allah. Sayyidah Nafisah termasuk wanita yang rajin berpuasa, menetap di Masjid (I’tikaf), beribadah, salehah dan taat kepada Allah. Ia Berpuasa pada siang hari dan beribadah pada malam hari. Ia melaksanakan ibadah haji lebih dari 30 kali, dan dilakukannya dengan berjalan kaki. Ia sering memegang teguh kain penutup ka’bah, berdoa dan khusyu’ dalam beribadah.
PERNYATAAN PERNYATAAN PENUH BERKAH DARI SAYYIDAH NAFISAH
- Kami keluarga Nabi, lebih berhak melakukan ibadah melebihi ibadah orang lain. Hal ini karena Al Qur’an diturunkan kepada kakek kami, Sayyidina Muhammad SAW.
- Celakalah orang durhaka kepada Tuhannya, mengingkari perintah-lupa mengingat-Nya dan mengikuti hawa nafsunya.
- Ketaatan adalah inti keimanan, ibadah sebagai jasadnya, zuhud sebagai pakaiannya, kejujuran sebagai hujjahnya, ikhlas sebagai kebahagiannya dan memaafkan orang yang berbuat keburukan lebih baik dan lebih bagus bagi orang mukmin. Hal ini sebagaimana Firman Allah : Dan Pemberian Maafmu itu, lebih dekat kepada Takwa (Al Baqarah : 237)
KAROMAH SAYYIDAH NAFISAH
Karomah atau dalam bahasa kita “Keramat” adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah khusus bagi hambanya yang bertakwa dan shaleh yang dalam istilah Al Qur’an diberikan untuk nama para Wali Allah. Keramat ini biasanya datangnya tidak pernah diidam-idamkan sebelumnya. Bahkan para Wali sangat takut sekali jika terjadi Keramat/Kejadian luar biasa pada dirinya. Karena mereka takut jika hal ini menyebabkan takjub terhadap dirinya sebagai hamba yang diberi kemuliaan oleh Allah. Oleh karena itu biasanya para Wali jika terjadi suatu Keramat pada dirinya akan makin bertambah khawatir terhadap dirinya, kalau-kalau dia merasa takjub sehingga menyebabkan tergelincir hatinya. Mereka akan semakin bertambah tawadhu dan penuh kekhusyukan seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan Allah SWT.
Umumnya keramat itu terjadi sewaktu-waktu dalam keadaan tertentu. Sebagian Keramat itu ada yang terjadi dalam waktu terbatas disaat itu saja. Namun sebagian lagi ada yang berkepanjangan yang dapat disaksikan orang sampai beberapa generasi. Namun yang paling banyak terjadi hanya terbatas pada waktu tertentu saja. Yang mana kejadian itu akan menunjukkan kekuasaan Allah yang diberikan kepada hambanya yang disukai. Ini berbeda dengan dengan kelebihan yang diberikan kepada hambanya yang tidak bertakwa dan tidak sholih, termasuk juga sebagian hambaNYA yang kafir dan membangkang terhadap agamaNYA. Kelebihan dan keunggulan yang terjadi dinamakan ISTIDRAJ. Kelebihan ini sengaja diberikan oleh Allah kepada mereka agar mereka bertambah jauh dari Allah dan tambah bermaksiat KepadaNYA, sampai pada batas dan waktu yang ditentukan. Umumnya mereka ini berakhir dengan akibat yang buruk, misalnya Firaun. Mengenai Istidrja di dalam Al Qur’an bisa dilihat pada ayat Al A’raf 182 -183, Al Qalam ayat 44, Ali Imran 178, Al Qoshosh ayat 39 – 40. Para Sahabat Nabi, Tabi Tabiin dan beberapa ulama besar bahkan bahkan pernah mengalami yang namanya keramat ini.
Sayyidah Nafisah dalam biografi hidupnya banyak sekali memiliki kekeramatan, dan bagi kami ini ini adalah yang tidak mustahil, apalagi beliau adalah orang yang dekat dengan Allah SWT. Bicara logika tentu sangat sulit untuk “sampai” kepada “ujungnya” kalau ingin memahami sebuah Keramat/Karomah, diperlukan sebuah kearifan serta kajian yang mendalam untuk memahami hal yang satu ini. Kami sendiri orang yang sangat rasional, namun jika sudah bertemu hal-hal yang tidak bisa dijangkau dengan logika, maka yang bicara adalah hati dan iman kami, dan semua kami sandarkan kepada Allah SWT.
Adapun Karomah-karomah dari Sayyidah Nafisah adalah sebagai berikut :
- Ada seorang putri dari ibu seorang Yahudi yang lumpuh, suatu saat ibu dan anaknya yang lumpuh tersebut mendatangi Sayyidah Nafisah. Suatu saat ibu wanita lumpuh tersebut ingin ke kamar mandi umum, ibu tersebut menitipkan putrinya yang lumpuh kepada Sayyidah Nafisah. Kebetulan pada saat dititipkan, Sayyidah Nafisah sedang melakukan wudhu dan secara kebetulan air wudhu itu mengalir ketempat putri Yahudi tersebut. Disaat itu Allah memberikan ilham untuk mengusapkan bekas air wudhu itu kepada kedua kakinya yang lumpuh. Dengan izin Allah putri Yahudi itu dapat berdiri dan berjalan seolah-olah seperti tidak pernah sakit sedikitpun. Kejadian itu sedikitpun tidak diketahui Sayyidah Nafisah, karena beliau sedang sibuk dengan Shalatnya. Tidak lama putri Yahudi bertemu dengan ibunya, tentu saja ibunya sangat terkejut, dan setelah diceritakan oleh anaknya, sang ibu berkata “Demi Allah, agama Sayyidah Nafisah agama yang benar, sedang agama kita adalah agama yang salah”. Kemudian mereka berdua menemui Sayyidah Nafisah sambil menangis, dan ibu yahudi tersebut menciumi kaki Sayyidah Nafisah untuk menyatakan terima kasihnya. Kemudian mereka menyatakan masuk Islam. Melihat kejadian itu Sayyidah Nafisah mengangkat kedua tangannya untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmatNYA. Demikian pula suami dari ibu Yahudi tersebut, begitu dia mengetahui anaknya sembuh, dengan berlari dia menemui Sayyidah Nafisah, sampai didepan pintu rumah Sayyidah Nafisah ia segera berteriak dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat. Berita masuk Islamnya Keluarga Yahudi dengan cepat menyebar kemana-mana sehingga banyak tetangga beliau yang masuk Islam.
- Diriwayatkan ada seorang laki-laki muslim yang menikah dengan seorang wanita Nasrani, kedua pasangan itu dikarunia seorang putra, si ibu sangat mencintai anaknya. Suatu saat anak si ibu ke sebuah negeri dan di negeri itu ia tertawa oleh musuh, si ibu mendengar anaknya tertawan hampir menjadi stress, setiap hari ia hanya bisa menangis saja memikirkan anaknya itu. Setiap hari dia tidak keluar keluar dari biaranya hanya untuk memohon kepada Tuhan agar putranya dibebaskan. Walaupun ia telah lama memohon tapi nampaknya belum juga dikabulkan. Hingga suatu saat itu berkata kepada suaminya, “Aku mendengar bahwa dikalangan Kaum Muslmn ada seorang yang bernama Sayyidah Nafisah binti Hasan, pergilah kamu menemui ia dan mendoakan anak kita, jika anak kita sampai dibebaskan maka aku akan masuk Islam dihadapan beliau. Sang suami segera menemui Sayyidah Nafisah dan menceritakan padanya semua kejadian yang dialami keluarganya. Dengan senang hati Sayyidah Nafisah berdoa sebagaimana yang diminta oleh lelaki itu. Sekembalinya lelaki itu, dia kemudian menceritakan kepada istrinya. Dimalam harinya rumah Sang wanita Nasrani itu diketuk orang, waktu pintunya dibuka, si ibu terperanjat ,melihat putranya yang ditawan musuh telah berada dihadapannya. Ia merangkul sambil bertanya: “Bagaimanakah kamu dapat bebas?” Jawab sang putra “aku tidak merasa sesuatu kecuali ada tangan yang menyentuh rantai belenggu yang mengikat tanganku sambil berkata: “lepaskan belenggu itu karena Sayyidah Nafisah bintil Hasan berkenan memberikan pertilangan padanya”.”Tiba-tiba aku telah berada didepan pintu ini. Akhirnya wanita Nasrani itu masuk Islam dengan senang hati.
- Dimasa hidup Sayyidah Nafisah, ada seorang penguasa Mesir yang terkenal Kezalimannya. Penguasa Mesir itu pernah memanggil orang untuk disiksa. Lelaki itu pergi ketempat Sayyidah Nafisah mengadukan keadaan dirinya dan mohon perlindungan dari beliau. Sayyidah Nafisah kemudian berdoa, setelah berdoa beliau berkata : “Pergilah semoga orang yang akan berlaku zalim terhadapmu tidak melihat”. Lelaki itu segera digiring kedepan penguasa yang zalim itu. Anehnya si penguasa tidak dapat melihat lelaki yang berdiri dihadapannya. Ia bertanya pada para pengawalnya yang berada disampingnya: “dimanakah si fulan yang kupanggil tadi ?” Jawab para pengawal: “Si Fulan telah berada dihadapan paduka”. Jawab penguasa: “Demi Allah sedikitpun aku tidak melihatnya”. Jawa si Pengawal: “Lelaki itu baru saja minta doa dari Sayyidah Nafisah”. Mendengar keterangan sanga pengawal, si penguasa Zalim itu mulai sadar akan kezalimannya. Lelaki itu segera dibebaskan dan diberi pakaian dan uang. Kemudian penguasa tersebut mengirim uang seratus ribu dirham kepada Sayyidah Nafisah, karena merasa telah diberi peringatan untuk bertaubat. Oleh Sayyidah Nafisah uang 100 ribu dirham itu habis dibagi bagikan kepada kaum fakir miskin seketika itu, sampai pelayan beliau berkata:”Hai Tuanku, sisakan sedikit uang itu untuk membeli sarapan”. Jawab beliau: “juallah kain ini untuk membeli sarapan”. Pelayan itu menjual kain beliau di pasar. Dan uangnya digunakan untuk membeli sarapan tanpa mengambil uang sepeserpun dari pemberian dari penguasa tersebut.
- Ada seorang janda miskin yang menanggung empat orang putri. Mereka hidup dari hasil menenun kain. Setiap minggunya mereka menghasilkan satu kain. Jika kain tenun itu sudah selesai maka ibunya menjual di pasar. Hasil penjualannya itu separuh dibuat membeli bahan tenunan selama seminggu. Pada suatu hari Jumat ketika sang ibu akan menjual kain tenunnya di pasar, ditengah jalan kain tenun yang dibungkus itu disambar oleh burung buas dan dibawah terbang. Melihat kejadian itu sang ibu jatuh pingsan. Setelah siuman ia duduk menangis tersedu-sedu memikirkan nasib keempat putrinya yang menunggu hasil penjualan kain tenun. Banyak orang yang mengerumuni wanita yang malang itu. Setelah ditanya tentang sebabnya, ia mengisahkan panjang lebar apa yang baru dialaminya. Orang-orang yang berkerumun itu menganjurkan agar ia mengadukan apa yang baru dialaminya pada Sayyidah Nafisah agar beliau mendoakan. Wanita itu segera menemui Sayyidah Nafisah, mendengar keluh kesah wanita yang malang itu, Sayyidah Nafisah segera berdoa memohon pertolongan pada Allah agar wanita tersebut diberikan pertolongan dan diberikan ganti rugi. Kemudian Sayyidah Nafisah menganjurkan wanita itu untuk beristirahat dirumahnya agar tidak terlalu susah. Dengan pertolongan Allah datanglah sekelompok orang kerumah Sayyidah Nafisah untuk menemui beliau, kata mereka: “Sebenarnya baru saja kami datang berlayar, waktu kami mendekati negeri tuan, tiba-tiba perahu kami bocor kemasukan air, hampir saja kami tenggelam. Berbagai usaha kami kerjakan untuk menutup kebocoran itu namun tidak dapat. Hingga kami putus as. Disaat itulah ada seekor burung menjatuhkan sepotong kain yang tidak dapat kami pakai untuk menutupi kebocoran itu. Kini kami datang dengan membawa uang 500 ratus dinar sebagai tanda syukur kam ata keselamatan kami”. Mendengar kesungguhan Jamaah itu Sayyidah Nafisah mengangkat tangannya memuji kepada Allah sambil menangis atas belas kasih Allah kepada hambaNYA yang sedang ditimpa kemalangan. Kemudian beliau bertanya kepada wanita yang malang tadi:” Berapakah harga kain tenun itu?” jawab wanita yang malang itu: “Aku biasa menjualnya dengan harga dua puluh dirham”. Akhirnya uang sebanyak 500 dinar itu diberikan semua oleh Sayyidah Nafisah. Wanita yang malang itu menerima dengan diringi tangis karena gembira. Ia segera pulang memberitahukan kepada putri-putrinya apa yang dialaminya pada hari itu. Keempat putri wanita segera meninggalkan pekerjaannya untuk berkhidmat kepada Sayyidah Nafisah.
- Imam Al Manawi berkata : “Sayyidah Nafisah sejak kecil hampir semua waktunya dihabiskan untuk beribadah dan hidup sederhana. Pada malam hari selalu sibuk sholat tahajud dan berzikir. Sedang di siang hari kebanyakan beliau berpuasa. Dimasa hidupnya beliau telah menggali lubang bekal kuburnya dirumahnya sendiri. Beliau sering Sholat dan membaca Al Qur’an dalam lubang bakal kuburnya itu. Selama hidupnya beliau pernah mengkhatamkan 6000 pembacaan Al Qur’an.Beliau menghadapi detik-detik kematiannya dengan berpuasa. Waktu akan menjelang kematiannya banyak orang menganjurkan agar beliau berbuka. Jawab beliau:” telah tiga puluh tahun aku minta kepada Allah agar aku dimatikan dalam keadaan berpuasa, bagaimana mungkin aku akan meninggalkan puasaku diakhir hayatku seperti ini?” kemudian beliau membaca surat Al An’am hingga menghembuskan nafasnya yang terakhir.
MENINGGAL DUNIA
Dihari kematiannya, semua penduduk kota Cairo dan sekitarnya pada berdatangan untuk menghadiri jenazahnya. Hampir di semua rumah terdengar suara orang menangis. Diriwayatkan bahwa ketika suami beliau akan memindahkan jenazahnya dari Mesir untuk dimakamkan dipemakaman Baqi’ Madinah, semua penduduk Mesir memintanya dengan baik agar jenazah Sayyidah Nafisah tidak dipindahkan dari Mesir. Namun suami beliau tetap ngotot untuk melaksanakan niatnya itu. Pada malam harinya suami beliau bermimpi melihat Rasulullah SAW berkata : “Wahai Ishaq, jangan engkau halangi kecintaan penduduk Mesir terhadap Sayyidah Nafisah, karena Allah menurunkan RahmatNya kepada mereka berkat Sayyidah Nafisah”.
Sayyidah Nafisah meninggal dunia tahun 208 Hijriah, selang empat tahun dari meninggalnya Al Imam Syafi’i. Sebaik-baik penutup dari sejarah kehidupan Sayyidah Nafisah adalah doa yang selalu diucapkannya .
Sayyidah Nafisah selalu berdoa :
Ya Allah, aku berlindung Kepada Mu dari kata-kata yang buruk, pekerjaan yang buruk, maksud yang buruk dan tetangga yang buruk.......
Ya Allah, jangan Engkau lelahkan kepadaku, jiwaku, hingga aku lemah dan tidak pula kepada seorang pun dari Makhluk MU, hingga aku menyia-nyiakan.......
Ya Allah berikanlah kepadaku Ilham petunjuk, baguskanlah bagian untukku, ampunilah kesalahanku, jauhkanlah keburukan dan tipu daya setan dariku, jauhkanlah darinya (Setan)......
Wahai Dzat Yang Maha Pengasih hingga tidak ada (apapun selain engkau) yang menguasaiku,
Amin Wahai Dzat yang menguasai Alam...
Sumber :
Al Hasyimi, Syaikh Abdul Mun’im, Anak Cucu Nabi, Jakarta : Penerbit Al Kautsar, 2009, hlm 477 – 491.
Al Husaini, HMH Al Hamid, Sejarah Imam Jakfar Shodiq Ra, Semarang; Penerbit Toha Putra, 1985, hlm 148 -149.
Muhdar, Yunus Ali, Kumpulan Kisah Keramat Para Wali (Alih Bahasa dari Kitab Jami’ Karomatul Aulia yang disusun oleh Syekh Yusuf Nabhani), semarang : Penerbit Toha Putra, 2000, hlm 343 – 347.